Slaan oor na hoofinhoud

Wedding Contract [Part 5]

wc1
Princess Pink Storyline
Lee Hyukjae, Park Jisoon, Kim Kibum and Lee Yoonhae
Romance – PG 13 – Chaptered 
Cerita sudah pernah dimuat di sini. Hargai karya orang lain. Budayakan meninggalkan komentar.
Previous : Part 1 |Part 2|Part 3|Part 4|
-0O0-

Author’s pov
Eunhyuk meloloskan tubuhnya terhempas di sofa. Penatnya menguap di udara untuk sesaat sampai bayangan pria tadi muncul di otaknya. Dia berusaha memikirkan siapa pria itu. Wajah pria itu sangat tidak asing baginya. Dia seperti pernah bertemu dengan orang itu. Tapi dimana ?
Eunhyuk berjalan menghampiri Jisoon yang sedang meminum air mineral dari lemari es.
“Tadi itu siapa ?” tanya  Eunhyuk tapi Jisoon sama sekali tak menggubrisnya. Jisoon masih tampak kesal pada Eunhyuk yang mengejeknya tadi.
“Yak! Aku bertanya padamu.” Eunhyuk menarik kursi makan dan duduk di atasnya. Dia menatap Jisoon yang menyandar tubuhnya pada konter dapur.
“Kau berbicara padaku ?”
“Aish!” Dengus Eunhyuk kesal. Baru saja dia ingin pergi meninggalkan Jisoon, tapi gadis itu lebih dulu menghalanginya.
“Dia Dongwoon oppa. Son Dongwoon. Dia sunbaeku sewaktu di china. Apalagi yang ingin kau tanyakan ?”
“Kenapa aku seperti mengenal sunbaemu itu ?” Ucap Eunhyuk tampak berpikir.
“Mungkin itu hanya firasatmu saja.”
Eunhyuk mengedikkan bahunya. Berusaha mengabaikan bayangan pria yang bernama Dongwoon itu. Siapapun dia, suatu saat Eunhyuk akan mengetahuinya. Eunhyuk sangat yakin telah mengenal pria yang bernama Son Dongwoon itu.
***
Jisoon’s pov
The Next Day
Aku menelpon Kyuhyun berkali-kali. Namun pria itu tak mengangkat telponku. Liat saja nanti Cho Kyuhyun. Aku akan mencincang tubuhmu begitu sampai di rumah. Sudah setengah jam lamanya aku menunggu Kyuhyun di taman kampus, tapi dia belum juga keluar dari kelasnya. Kyuhyun pasti akan menelponku kalau dia terlambat pulang.
Aku memutuskan untuk mencari Kyuhyun di kelas tempat dia belajar. Mungkin dia sedang keasyikan bermain psp di kelasnya sehingga tidak menyadari kalau ada aku yang menunggunya disini.
“Jisoon-ah!”
Aku menoleh ke asal suara yang memanggil namaku. Aku menghela nafasku keras begitu melihat orang itu. Cho Kyuhyun. Berani-beraninya dia dengan tampang tidak merasa bersalah sama sekali menghampiriku menggandeng kekasihnya. Ternyata sedari tadi dia sedang berpacaran dengan Jihyun sehingga membuatku menunggunya seperti orang bodoh. Awas kau Cho Kyuhyun!
“Aku tidak bisa pulang bersamamu. Aku ada urusan dengan Jihyun.” Ujarnya membuatku tambah kesal pada pria maniak game itu. “Hubungi saja suamimu.”
Suamiku kau bilang ? Tunggu sampai dunia terbalik baru aku akan menghubunginya.
“Shireo! Kau harus mengantarku dulu baru boleh pergi bersama Jihyun.”
“Tidak bisa… Aku harus buru-buru. Apa perlu aku yang menghubungi suamimu ? Kau tidak perlu gengsi. Dia itu suamimu.” Ucapnya lagi dengan nada mengejek. Kalau saja Jihyun tidak ada di dekatnya, aku sudah daritadi mencekik lehernya.
“Tidak perlu! Aku akan pulang sendiri” Balasku ketus. Aku berjalan meninggalkan Kyuhyun dan Jihyun. Aku sempat menoleh kearah Kyuhyun, dia mengeluarkan lidahnya mengejekku begitu aku menatapnya.
“Yak! Hilangkan saja gengsimu itu daripada kau harus naik taksi lagi.” Teriak Kyuhyun tapi aku tak menghiraukannya.
Menelpon Eunhyuk ? Sampai kapanpun aku tak akan menelponnya untuk menjemputku. Lagipula dia juga pastinya tak ingin menjemputku.
Aku berjalan sambil menghentak-hentakkan kakiku kesal sampai-sampai aku tak melihat siapa orang yang berjalan di depanku. Aku bahkan sampai menabraknya.
“Mianhe…” ucapku tanpa mendongakkan kepalaku.
“Jisoon-ah…”
Aku mendongakkan kepalaku refleks. Suara itu. Kibum oppa.
“Oppa…” ucapku terkejut. Ternyata orang yang berdiri di hadapanku adalah Kibum oppa. Mau apa dia kemari ? Ah dia pasti ingin menjemput kekasihnya Yoonhae. Aku mestinya mengingat hal itu. Sedih ketika harus mengetahui kenyataan itu.
“Oppa pasti ingin menjemput Yoonhae.” Tebakku tapi Kibum oppa menggelengkan kepalanya. Apa aku boleh berharap kalau dia datang kesini untuk menjemputku ? kurasa jawabannya tidak.
“Kau sudah makan siang ?”
Aku menggelengkan kepalaku. Tanpa aku duga, Kibum oppa menarik tanganku. Refleks aku mengikuti langkahnya. Dia membukakan pintu mobilnya untukku. Dalam diam, aku tetap masuk ke dalam audi-nya. Kibum oppa pun juga masuk ke mobilnya dan duduk di jok pengemudi.
Keheningan melanda kami. Kibum oppa menjalankan mobilnya dalam diam. Aku juga tak ingin bertanya kemana dia membawaku. Banyak argumen yang sedang bergulat di otakku. Ekspresi pria itu tidak terbaca sama sekali. Mungkin Kibum oppa ingin menyeretku ke kantor Eunhyuk dan menyuruhku bercerai dengan Eunhyuk.
Ah kalau benar itu, aku dengan senang hati melakukannya.
Aku cekikikan dalam hatiku memikirkan argumenku.
Tapi bagaimana kalau sebaliknya ? Dia menculikku, menyanderaku lalu menelpon Eunhyuk meminta tebusan seperti dalam drama-drama. Ah suami kontrakku itu pasti akan menyuruh Kibum oppa melakukan apa saja asalkan uangnya tidak keluar sepeser-pun.
“Bagaimana kabar pernikahanmu ?” tanya Kibum oppa membuyarkan lamunanku.
“Ne ? Baik-baik saja.” Jawabku berbohong.
Kibum oppa kembali terdiam. Dia terlihat memusatkan konsentrasi pada kemudinya. Aku pun ikut terdiam. Aku merasakan sensasi aneh begitu berada di satu mobil yang sama dengan Kibum oppa. Rasanya aneh jika kau telah menjadi istri orang lain dan berada dalam satu area dengan pria lain yang mempunyai kekasih. Apalagi pria itu adalah orang yang kau cintai.
“Kau ingin makan siang dimana ?” tanya Kibum oppa lagi. Sesekali dia menoleh menatapku lalu kembali fokus pada jalanan di hadapannya.
“Ne ? Terserah oppa.”
Aku meloloskan nafas legaku diam-diam. Ternyata Kibum oppa tidak ingin menculik ataupun menyanderaku. Kenapa aku bodoh sekali memikirkan hal-hal mustahil seperti itu.
“Oppa… Apa tidak apa-apa kau keluar bersamaku ? Bagaimana dengan Yoonhae ?” tanyaku hati-hati. Tentu saja aku harus tahu diri. Aku tidak boleh merasa senang ketika diajak oleh kekasih orang makan siang bersama. Apalagi orang itu adalah sepupuku sendiri.
“Eng… mengenai yoonhae… aku minta maaf, Jisoon-ah.” Ujarnya mengalihkan pembicaraan. Kenapa aku tidak berpikir sebelumnya, kalau pertanyaanku tadi itu mengarah ke topik yang sama sekali tak ingin ku bahas.
“Maaf karena menyembunyikan hubunganku dengan Yoonhae. Ini sepenuhnya bukan salah Yoonhae. Aku yang melarangnya untuk memberitahumu, karena aku ingin menjaga perasaanmu.”
Aku tertunduk mendengar penjelasaannya. Aku merasa ada yang ingin merebak keluar dari pelupuk mataku. Oh ayolah, jangan sekarang!
“Yah… meski bagaimanapun kau sempat menyukaiku. Aku hanya menganggapmu sebagai adikku sendiri.”
Jleb! Aku merasa dadaku tertohok. Sekuat mungkin aku menahan air mataku tak jatuh. Tiba-tiba suasana dalam mobil Kibum oppa menjadi sunyi dan sesak. Tanganku meremas ujung kemejaku. Berusaha mungkin menunjukkan pada Kibum oppa kalau aku baik-baik saja.
“Gwenchana, oppa.” Ucapku sambil mengeluarkan senyum sebisaku untuk meyakinnya kalau aku baik-baik saja. Ya… Aku baik-baik saja. Aku juga sedang meyakinkan diriku sendiri, kalau aku baik-baik saja.
Keheningan menyergapi kami berdua kembali. Aku membungkam mulutku menatap keluar jendela. Apa yang harus ku lakukan sekarang ? Menyuruh Kibum oppa berhenti dan menurunkanku saat ini juga ? Pasti Kibum oppa akan tahu perasaanku. Aku juga tidak bisa berada dalam mobil ini dalam waktu yang lebih lama lagi. Air mataku bisa keluar kapan saja kalau aku sudah tak sanggup menahannya lagi.
Aku tiba-tiba mengeluarkan ponselku dari tas dan menempelkannya di telinga.
“Ne ? Aku sedang di jalan…”
“…”
“Baiklah… baiklah… aku segera pulang.”
Aku pun memasukkan ponselku kembali ke dalam tasku. Kibum oppa sempat melirikku. Mungkin sedang menerka-nerka siapa yang menelponku tadi. Padahal tadi aku sedang bicara sendiri seolah-olah ada yang sedang mengajakku bicara di seberang sana.
“Eunhyuk sudah di rumah. Dia menyuruhku untuk segera pulang.” Ucapku berbohong. Hari ini sudah berapa kali aku berbohong ? Akhir-akhir ini sepertinya hobiku adalah berbohong.
“Oh baiklah. Makan siang kita terpaksa ditunda dulu. Aku tidak mungkin memaksa istri orang lain makan siang ketika suaminya sudah menunggunya di rumah.”
Aku tersenyum menanggapi ucapan Kibum oppa. Aku juga tidak bisa berada lama-lama dalam satu area dengan orang yang kusukai tapi dia hanya menganggapku adiknya.
***
Aku mendorong pintu rumah dengan keras. Lalu membantingnya lagi. Seluruh kekesalan kutumpahkan pada pintu kayu yang sama sekali tidak bersalah itu. Tubuhku langsung berlari ke kamar. Aku sudah tidak sabar untuk menemui bantal kesayanganku dan menumpahkan semua tangis yang sedari tadi ku tahan.
Aku menoleh ke kamar Eunhyuk yang sedikit terbuka. Aku bertanya-tanya dalam hati, apa Eunhyuk sudah pulang ? jangan-jangan Eunhyuk masih ada di kantornya dan bertemu dengan Kibum oppa ?
Aish! Aku merasa bodoh sekali. Bagaimana kalau saja Eunhyuk bertemu dengan Kibum oppa. Dia pasti tahu kalau aku membohonginya tadi. Kenapa aku tidak kepikiran dengan hal itu.
Baru saja aku ingin melangkah ke kamarku. Tiba-tiba langkahku terhenti ketika mendengar suara ponsel yang berbunyi. Suara itu berasal dari kamar Eunhyuk. Berarti Eunhyuk sudah pulang dari kantor. Aku sedikit bernafas lega. Tidak mungkin dia ke kantor tidak membawa ponselnya. Atau mungkin saja dia lupa membawa benda itu ?
Aku mengambil inisiatif untuk masuk ke dalam kamar Eunhyuk. Aroma tubuh pria itu tiba-tiba menguak masuk memenuhi indera penciumanku. Bau maskulin pria itu sangat menyenangkan. Kulihat kamar Eunhyuk sangat rapi, warna putih dengan aksen coklat kayu membuatnya terlihat simpel. Berbeda dengan kamarku yang seperti kapal pecah.
Aku meraih ponsel Eunhyuk dan melihat layarnya untuk mengetahui siapa yang menelpon Eunhyuk.
Park Hyerin.
Aku mengerutkan keningku  ketika melihat nama itu. Seorang gadis menghubungi Eunhyuk. Siapa kira-kira gadis itu ? Untuk mengurangi penasaranku, Aku segera menjawab telpon orang yang bernama Park Hyerin itu.
“Yoboseoyo.” Ucapku pelan.
“Siapa ini ? Dimana Eunhyuk ?” sahut seorang gadis di seberang sana. Aku berusaha menerka-nerka siapa gerangan gadis yang sedang menelpon Eunhyuk. Apa mungkin gadis itu adalah kekasih Eunhyuk ?
“Aku istrinya.” Jawabku lirih. Tapi aku yakin, gadis yang bernama Park Hyerin itu bisa mendengar suaraku. Tiba-tiba saja sambungan telpon kami terputus. Gadis itu memutuskan sambungannya secara sepihak. Meninggalkan kebingungan dalam benakku.
Kembali aku merasakan beberapa argumen berperang di otakku. Siapa gadis itu ? Lalu apa hubungannya dengan Eunhyuk ?
***
Author’s pov
Hyerin terdiam sesaat begitu ia menutup sambungan telponnya. Orang yang bicara dengannya tadi adalah istri Eunhyuk. Bagaimana bisa ponsel Eunhyuk ada di tangan gadis itu ? Pertanyaan itu terus memenuhi otaknya.
“Aku istrinya.”
Ucapan gadis itu masih terngiang-ngiang jelas di telinganya. Hyerin merasa waktunya menelpon Eunhyuk tidak tepat. Dia hanya ingin memberitahu Eunhyuk kalau hari ini dia mulai bekerja di sebuah kafe.
Tapi kenapa orang yang mengaku istri Eunhyuk itu yang justru mengangkat telponnya.
Hyerin masih syok. Spontan tangannya mematikan sambungan telponnya. Gadis itu tadi pasti heran dengan kelakuan Hyerin yang mematikan sambungan telpon secara sepihak.
Hyerin menghela nafas. Dia harus segera kembali bekerja. Mungkin dengan bekerja, pikirannya bisa teralihkan dengan kejadian tadi. Dan perasaan tidak relanya bisa dia lupakan untuk sejenak.
***
Eunhyuk’s pov
Aku baru saja pulang dari kantor. Rumah sangat sepi. Mungkin Kyuhyun dan Jisoon belum pulang dari kampusnya. Aku memutuskan untuk mengelilingi rumah ini. Sekaligus menghafal setiap sudut dari rumah ini.
Aku naik ke lantai tiga. Hanya ada satu ruangan di lantai tiga dan aku belum pernah naik kesini. Ruangan itu dibatasi dinding kaca transparan. Aku jadi bisa melihat apa yang ada dalam ruangan itu.
Dari luar aku bisa melihat sebuah grand piano, keyboard, speaker dan di sudut ruangan itu ada sebuah sofa putih gading yang keliatan empuk. Studio rekaman pribadi. Aku membuka pintu ruangan itu dan masuk ke dalamnya. Tanganku menyentuh beberapa tuts piano dan memainkannya asal-asalan.
Inilah keinginanku selama ini. Mempunyai studio rekaman pribadi, dimana di dalamnya aku bisa menulis sebuah lagu. Aku memang sangat suka menulis sebuah lagu. Cita-citaku dari awal adalah menjadi seorang composer. Tapi takdir berkata lain sepertinya, Aku harus dihadapkan oleh beberapa dokumen yang membuat kepalaku sakit.
“Bagaimana ? Apa kau suka ?”
Aku menoleh ke asal suara. Aku melihat Jisoon berdiri pintu sambil menyandarkan tubuhnya.
“Kau menepati janjimu.” Ucapku senang tanpa menatapnya. Ruangan ini sudah terlanjur menghipnotisku.
“Yah… itu bayaranmu karena mau menikah denganku.” Ujarnya cuek
“Yah… kau membeliku dengan studio ini.”
Jisoon terdiam. Mungkin dia sedang mencerna ucapanku.
“Tapi terima kasih. Kau membuatku lebih daripada senang.” Ucapku lalu membalikkan badanku menatapnya. Aku menghampirinya yang masih berdiri di pintu. Jisoon terlihat menegakkan tubuhnya dan mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.
“Seseorang menelponmu. Park Hyerin.” Jisoon menyodorkan sebuah ponsel kearahku. Ponsel itu adalah milikku. Kenapa bisa ada di tangan gadis itu ? Apa dia masuk ke dalam kamarku ?
“Kau masuk ke dalam kamarku ?”
“Ponselmu berbunyi. Jadi aku masuk ke dalam kamarmu untuk mengangkatnya. Tapi orang yang bernama Hyerin itu mematikan telponnya begitu aku menjawabnya.” Jelas Jisoon yang merasa sama sekali tidak bersalah. Tapi bagiku itu sama sekali tindakan yang kurang sopan. Dia tidak berhak masuk ke dalam kamarku seenaknya saja.
“Kau—“
“Ponselmu sangat berisik.” Sangkalnya agar dia tidak terlihat bersalah. Aish! Gadis ini selalu ingin membuat dirinya benar dalam segala hal.
“Tapi kau tidak perlu masuk ke kamarku dan menjawab telponku.”
“Yak! Kau mestinya berterima kasih padaku.” Balasnya dengan nada membentak. “Ah aku tahu… kau pasti tak ingin aku mengangkat telponmu karena itu dari Park Hyerin.”
Aku terdiam tak bisa membalas ucapannya.
“Siapa Park Hyerin itu ? Kekasihmu ?” tanyanya dengan ekspresi penasaran.
“Bukan urusanmu.” Aku mendorong tubuh Jisoon sehingga keluar dari studio. Lalu segera kututup pintu dan menguncinya. Jisoon merasa tidak terima aku mendorongnya. Dia memukul pintu kaca itu dengan keras sambil berteriak. Untung saja studio ini kedap suara, jadi aku tidak bisa mendengar teriakannya yang sedang mengamuk diluar.
Aku bisa tenang kali ini, telingaku bebas dari resiko tuli mendadak.
***
The next day
Author’s pov
Kibum melirik jam tangannya. Yoonhae belum juga keluar dari rumah. Hari ini dia berniat mengantar Yoonhae ke kampusnya dan juga dia ingin menceritakan kejadian kemarin pada kekasihnya. Mengenai kejadian kemarin, Kibum kembali teringat pada ekspresi Jisoon. Kecewa dan sedih.
Apa Jisoon masih menyukainya ?
Kibum kembali bergulat dalam pikirannya sampai-sampai tidak menyadari kedatangan Yoonhae yang sudah berdiri di samping pintu audinya.
“Oppa…”
“eh… kau sudah siap berangkat ?” tanya kibum sedikit terkejut ketika melihat Yoonhae sudah berdiri dekat pintu mobilnya, bersiap untuk masuk ke dalam audinya.
Yoonhae mengangguk menjawab pertanyaan Kibum. Yoonhae masuk ke dalam mobil dan duduk di sampingnya. Kibum mulai menjalan mobilnya ketika Yoonhae sudah selesai memasang safety belt-nya.
Kibum kembali teringat dengan Jisoon. Perasaan bersalah seakan menyerangnya. Dia merasa tertuduh, tapi tak ada yang menuduhnya sama sekali. Ia frustasi tidak bisa mengartikan ekspresi Jisoon kemarin. Dia tidak tahu bagaimana perasaan gadis itu. Kibum hanya berharap kalau gadis itu tidak terluka.
Meski bagaimanapun, Kibum tetap khawatir dengan gadis itu. Seperti yang dia katakan pada Jisoon kemarin, dia sudah menganggap Jisoon sebagai adiknya sendiri. Dia tidak tahu bagian mana dari dirinya yang membuat Jisoon bisa menyukainya dulu. Mungkin juga sekarang. Entahlah, Kibum semakin frustasi dengan keadaan ini.
“Kemarin aku sudah bertemu dengan Jisoon. Aku sudah meminta maaf padanya mengenai hubungan kita.” Ujar Kibum membuka topik pembicaraan. Yoonhae menoleh kearahnya. Dia membaca raut wajah Yoonhae yang tiba-tiba berubah menjadi raut wajah yang takut dan khawatir.
“Kau tenang saja. Jisoon pasti mengerti keadaan kita.” Ucap Kibum menenangkan Yoonhae. Dan tentu saja, dia juga menenangkan dirinya sendiri. Berusaha meyakinkan dirinya kalau Jisoon pasti baik-baik saja.
Kibum mengusap kepala Yoonhae yang tertunduk. Tangannya mengelus rambut Yoonhae dengan gerakan menenangkan. Bukan dirinya saja yang mempunyai perasaan yang bergolak. Gadisnya juga pasti merasakan hal yang sama dengannya. Batin mereka berdua tidak tenang.
Kibum tersadar akan satu hal.
Ternyata tidak mudah jika orang lain menyimpan perasaan pada kita.
***
04.00 PM – At Mouse & Rabbit
Yoonhae mengaduk-ngaduk kopinya sedari tadi tanpa berminat untuk meminumnya. Tampaknya minuman berkafein itu tidak bisa merubah moodnya yang sedang berantakan. Minuman itu seakan hambar di lidahnya. Tidak seperti biasa, kopi selalu membuat Yoonhae kecanduan untuk meminumnya.
Sepulang dari kuliah, Yoonhae langsung menuju ke sebuah kafe. Kafe itu adalah milik sahabatnya, sunbaenya ketika masih sekolah dulu. Kim Jong Woon. Dia berpikir bisa menghilangkan bebannya, tapi sedikit pun bebannya tidak berkurang sama sekali.
Seorang pria menghampiri Yoonhae. Dia menarik kursi di hadapan Yoonhae dan duduk di atasnya. Pria itu menyodorkan sepiring pancake pada Yoonhae tapi nampaknya Yoonhae sedang tidak berminat memasukkan apa-apa dalam mulutnya.
“Oppa…” Yoonhae akhirnya mulai bersuara. Dia menatap pria di hadapannya itu dengan sendu.
“Kau ada masalah dengan kekasihmu ?” tebak pria itu. “Ceritalah padaku.”
Yoonhae berpikir sejenak. Apa dia harus menceritakan masalahnya pada pria di hadapannya itu ?
“Aku bingung menghadapi sepupuku oppa.” Ujar Yoonhae mulai menceritakan masalahnya.
“Sepupuku itu pernah menyukai kekasihku. Kibum oppa. Awalnya kami, maksudku aku dan kibum oppa menyembunyikan hubungan ini. Tapi Jisoon, sepupuku itu tahu kalau kami berdua menjalin hubungan.” Lanjut Yoonhae.
“Apa yang harus ku lakukan, oppa ?” tanya Yoonhae yang tampak putus asa. “Kim Jong Woon, Apa yang akan kau lakukan jika sepupumu itu menikah dengan orang yang tidak dia sukai ? Apa dia masih mencintai cinta lamanya ?”
Pria yang bernama Kim Jong Woon itu tampak menaikkan sebelah alisnya, tidak mengerti dengan arus pertanyaan Yoonhae.
“Maksudmu, sepupumu itu telah menikah tapi menyukai kekasihmu ?” tanya Jong Woon untuk memperjelas.
“Bukan seperti itu. Sepupuku menikah dengan orang yang mestinya ditunangankan denganku. Tapi karena suatu insiden, kakekku mendapati mereka tidur bersama di hotel. Akhirnya mereka berdua menikah. Tapi setelah menikah, sepupuku menjauhiku. Dia menghindariku. Seakan aku adalah orang paling berbahaya di dunia ini baginya.”
Jong Woon menatap Yoonhae serius, mendengarkan cerita gadis itu dengan fokus.
“Aku selalu bertanya-tanya apa dia masih menyukai kekasihku atau tidak. Aku juga selalu merasa  bersalah padanya karena tidak memberitahu hubungan kami dari awal. Dan aku yakin, kekasihku pasti juga merasakan hal yang sama denganku.”
Yoonhae menyeka air matanya yang mulai merebak.
“Jadi kau hanya ingin mengetahui perasaan sepupumu itu ?” tanya Jong Woon. Yoonhae hanya mengangguk menjawabnya.
“Kau tahu Yoonhae-ya…” Jong Woon menarik tangan Yoonhae, mengusapnya pelan. “Hanya anak kecil yang tidak mengetahui perasaan sepupumu itu.”
***
07.00 PM – At Taewoo’s home
Malam ini Park Taewoo mengundang kedua cucunya untuk makan malam bersama. Eunhyuk dan Kibum pun ikut bersama mereka. Acara makan malam pada saat itu berlangsung dengan hening. Masing-masing orang berfokus pada makanan di hadapan mereka. Kecuali Jisoon. Dia tidak benar-benar menikmati steak-nya. Dia terus memandangi Kibum melalui ekor matanya.
Eunhyuk yang duduk di samping Jisoon pun menyikut istrinya. Sedari tadi Jisoon menatap Kibum, menarik perhatian kakeknya yang tiba-tiba meletakkan sendoknya dan memandang Jisoon.
“Ada apa Jisoon-ah ?” tanya kakek memecahkan keheningan.
Jisoon mendongakkan kepalanya heran, “Ne ? Aniyoo…”
“Bagaimana hubungan kalian ?” tanya kakek pada Jisoon. Dia menatap cucunya dan Eunhyuk secara bergantian.
“Baik-baik saja.” Jawab Jisoon seadanya. Memangnya seperti apa hubungannya dengan Eunhyuk ? Tidak ada yang istimewa. Mereka hanya bertemu pada saat sarapan. Lalu setelah pulang kerja Eunhyuk, pria itu mengurung diri dalam studionya. Sedangkan Jisoon ? Dia memilih untuk tenggelam dalam pulau kapuk pribadinya.
“Kalian ingin bulan madu dimana ?” tanya kakek lagi.
“Uhuk! Uhuk!”
Semua orang menoleh kearah Eunhyuk. Sepertinya dia sedang tersedak sesuatu. Dengan gerakan spontan, Jisoon menyodorkan segelas air pada suaminya.
“Kami belum memikirkannnya. Kami sangat sibuk.” Ujar Jisoon menjawab pertanyaan kakek.
Kakek mendorong piringnya, memberi kode kepada pelayannya untuk mengambil piringnya. Sepertinya Park Taewoo sudah menyelesaikan makan malamnya.
“Aku berencana untuk mengadakan pesta. Atas terangkatnya Lee Hyukjae sebagai direktur PL Group.”
Kali ini Eunhyuk mendongak terkejut.
“Ah tidak perlu, haraboji. Anda tidak perlu repot-repot mengadakan pesta itu.” Sahut Eunhyuk.
“Ini penting agar para pebisnis yang lain bisa mengenalmu. Ini adalah langkah awalmu untuk terjun dalam dunia bisnis, Hyukjae-ya.” Jelas kakek. “Sekaligus memberitahu pada media kalau kau adalah suami dari Pewaris PL Group.”
***
Jisoon’s pov
“Yak!Yak!Yak! Kau ingin membawaku kemana. Yak! Park Jisoon lepaskan dasiku.”
Aku pun melepaskan tanganku dari pria yang kini telah menjadi suamiku. Eunhyuk merapikan dasinya yang sempat berantakan karena ulahku. Aku memerhatikan ke sekelilingku, berjaga-jaga siapa tahu ada pelayan kakek yang sedang melihat kami berdua dan mendengarkan pembicaraanku dengan Eunhyuk.
“Pulanglah duluan.” Perintahku pada Eunhyuk. Eunhyuk mengerutkan keningnya, menunjukkan ekspresi bingungnya.
“Aku ingin pulang bersama Kibum oppa. Pulanglah lebih dulu.” Ulangku memperjelas perintahku padanya.
“Mwo ?” Eunhyuk membulatkan matanya. Aish! Aku akan mencekik lehernya kalau dia masih berpura-pura tuli.
“Maksudku kau pulanglah lebih dulu. Aku ingin mengambil kesempatan ingin berduaan dengan Kibum Oppa”
Eunhyuk menjitak keningku. Beraninya dia!
“Kau pikir Kibum mau pulang bersamamu. Dia pasti merasa tidak enak padaku.”
“Makanya aku menyuruhmu pulang lebih dulu.”
“Tapi bagaimana kalau—“
“Pokoknya turuti saja perintahku!”
Aish! Pria ini terlalu bertele-tele. Dengan kasar aku mendorong tubuhnya masuk ke dalam porschenya. Masih dengan tatapan bingung, Eunhyuk menatapku dari dalam mobilnya.
“Bye… Lee Hyukjae. Doakan istrimu ini.” Pamitku sambil melambai padanya. Dari sudut mataku, kulihat dia masih terpaku dalam mobilnya.
Aku tidak peduli padanya sekarang. Dengan begini, aku bisa lebih dekat dengan Kibum oppa. Otakmu sangat briliant Jisoon-ah.
***
Aku menunggu Kibum oppa keluar dari rumah kakek. Dia belum juga menunjukkan batang hidungnya. Mungkin saja dia sedang berbicara dengan kakek di dalam. Lima menit berlalu, akhirnya Kibum oppa keluar dari rumah kakek. Aku pun bergegas menghampirinya.
“Oppa… kau ingin pulang ?” tanyaku.
“Ne… kukira kau sudah pulang bersama suamimu.”
“Ani. Dia menyuruhku pulang sendiri, dia ada urusan sebentar.” Jawabku berbohong.
“Baiklah. Kalau begitu kau pulang saja bersamaku. Semestinya seorang suami tidak membiarkan istrinya pergi bersama pria lain.”
Aku hanya mengendikkan bahuku. Kibum oppa pun merangkul pundakku, menarikku berjalan ke tempat dimana mobilnya di parkir. Kali ini rencanaku berhasil. Aku bisa berduaan dengan Kibum oppa. Dengan segala usahaku, aku akan merebut Kibum oppa! Sekuat apapun rasa sayangnya pada Yoonhae.
***
Eunhyuk’s pov
Aku duduk termenung menunggu Hyerin nuna di sebuah taman depan gedung apartementnya. Aku menggosok-gosokkan kedua tanganku yang dingin. Saat ini sudah masuk musim semi. Tapi kenapa udara malam ini sangat dingin ?
Aku tiba-tiba teringat pada Jisoon. Apa dia keluyuran malam-malam begini dengan Kibum tanpa mengenakan jacket ? Aish! Kenapa aku mengkhawatirkannya ? Jisoon kan punya Kibum yang akan memerhatikannya.
Aku menyunggingkan senyumku ketika melihat Hyerin nuna akhirnya muncul. Dia berlari-lari kecil ke arahku sambil membawa sebuah kantong plastik yang entah apa isinya.
“Kau sudah lama ?” tanyanya begitu sudah sampai di hadapanku. Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaannya.
“Tadi aku mampir membeli roti.” Dia mengeluarkan sebuah roti dari dalam kantong plastiknya dan menyodorkannya padaku.
“Roti isi selai strawberry. Kau suka strawberry kan ?”
Aku menggapai roti itu. Aku akan memakannya begitu sampai di rumah.
“Kemarin aku menelponmu dan istrimu yang mengangkatnya.” Ujar Hyerin ketika sudah duduk di sampingku.
Aku menoleh kearahnya, menunggunya melanjutkan ceritanya. “Aku hanya ingin memberitahumu kalau aku sudah mulai bekerja di sebuah kafe. Namanya Mouse and Rabbit. Kapan-kapan kau harus kesana untuk mengunjungiku.”
Hyerin nuna menengadahkan kepalanya menatap langit malam kota Seoul. “Hey! Lee Hyukjae! Apa kau pernah membayangkan bagaimana wajah orang tuamu ?”
Aku terdiam. Tak pernah terpikir olehku bagaimana wajah kedua orang tuaku. Yang jelasnya, wajah mereka pasti sangat mirip denganku.
Perhatianku teralih pada tangan Hyerin nuna yang sangat kecil. Tangan itu sangat rapuh. Aku mengulurkan tanganku untuk menggenggamnya tapi keberanianku seakan tersedot. Aku kembali menarik tanganku. Entahlah, aku merasa tidak sanggup menyentuh tangannya.
“Hyukjae… apa perasaanmu setelah menikah ? Apa kau begitu mencintai istrimu ?”
Tidak! Aku tidak mencintainya. Kau orang yang kucintai itu nuna. Jeritku dalam hati. Aku hanya terdiam. Aku benar-benar tidak punya keberanian untuk menjawab pertanyaannya.
“Kau tahu Hyukjae-ya. Aku jadi ingin menikah juga sepertinya. Tapi aku tidak mengenal pria lain selain kau di dunia ini. Aku tidak mungkin menikahimu yang telah memiliki istri.”
“Andai saja kita bisa menikah…” gumamku lirih. Tapi sepertinya Hyerin nuna mendengarnya. Dia tiba-tiba menoleh kearahku. Responnya itu membuatku salah tingkah.
“Ah! Aku cuma berandai-andai…” jawabku asal-asalan.”Nuna, aku mengundangmu di acara keluarga Park. Kau harus datang! Aku memanggilmu secara khusus.”
“tapi—“
“Aku tidak menerima penolakan, nuna.”
Hyerin nuna menganggukkan kepalanya menyetujui ajakanku. Entah apa yang terjadi nanti ketika aku mengajaknya ke pesta itu. Yang penting dia harus berada disana saat itu.
***
Jisoon’s pov
Aku masuk ke dalam rumahku. Tidak ada siapa-siapa. Batang hidung Eunhyuk belum terlihat. Sedangkan Kyuhyun mungkin sudah tertidur pulas di kamarnya. Aku mengendap-endap berjalan tanpa menimbulkan suara berisik. Takut membangunkan Kyuhyun.
Namun langkahku terhenti ketika melihat sebuah iPad tergeletak di atas meja. Ipad siapa itu ?
Aku pun meraih iPad itu dan segera duduk di sofa. Sepertinya milik Eunhyuk. Pria itu sering sekali meletakkan barang-barangnya di sembarang tempat. Apa dia tidak takut kalau barang-barangnya bisa saja hilang ?
Aku membuka iPadnya dan melihat apa saja isinya. Kebanyakan isinya adalah dokumen perusahaan dan lagu-lagu. Mungkin lagu itu ciptaannya. Aku tidak peduli. Hal itu tidak menarik perhatianku. Aku pun membuka sebuah file yang berisi foto-foto. Kulihat satu persatu foto pria itu. Astaga… ternyata pria ini sangat menyukai berfoto. Selcanya banyak sekali.
Aku memerhatikan fotonya satu persatu. Kalau diperhatikan, Eunhyuk itu tampan. Jujur saja aku sangat suka memerhatikan rahangnya yang menonjol itu. Aish! Apa yang sedang ku pikirkan. Setampan apapun wajahnya, dia tetap saja pria yang menyebalkan.
Tanganku berhenti menggeser layar iPadnya ketika melihat foto pria itu dengan seorang wanita. Jangan-jangan wanita itu adalah yang bernama Park Hyerin. Aku menatap foto wanita itu lekat-lekat. Dia lumayan cantik. Tapi sepertinya aku masih lebih cantik dibanding wanita itu.
“Yak! Sudah kubilang untuk tidak menyentuh barang-barangku.”
Aku tersentak ketika mendengar suara Eunhyuk di belakangku. Sejak kapan dia datang.
“Ah! Kapan kau pulang ?” Aku menolehkan kepalaku kearahnya. Dia berdiri di belakangku sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Dengan memasang tampang yang sama sekali tidak bersalah, aku menyodorkan iPadnya.
“Apa yang kau lihat ?”
“Ani… aku hanya melihat fotomu dengan seorang gadis. Apa gadis itu yang bernama Park Hyerin ?”
“Bukan urusanmu!” jawabnya ketus. Dia pun melangkahkan kakinya meninggalkanku.
“Yak! Aku hanya bertanya padamu.”
Pria itu menyebalkan. Sangat menyebalkan. Super duper menyebalkan. Aku menyesal menyebutnya tampan tadi. Dia sama sekali tidak tampan dengan tampilan menyebalkan seperti itu.
“Urusi saja Kibum oppamu itu.”
Blam. Suara pria menyebalkan itu menghilang setelah terdengar suara bantingan pintu kamarnya. Dasar pria menyebalkan. Aku hanya ingin tahu mengenai kisah percintaannya. Memangnya apa yang salah ?
***
Author’s pov
Kibum membuka pintu kamarnya dan segera membaringkan tubuhnya yang lelah sedari tadi. Dia merogoh ponsel dalam saku celananya, hendak menghubungi kekasihnya. Kebiasaan Kibum setiap malam yaitu menelpon kekasihnya. Dia harus memastikan kalau Yoonhae sudah tidur.
Kibum menunggu dengan sabar sambungan telponnya tersambung dengan Yoonhae. Tapi Yoonhae tidak juga menjawab telponnya. Tidak biasanya Yoonhae seperti itu. Dia pasti menjawab telpon Kibum walaupun dia sudah tertidur.
Tapi ada apa dengan Yoonhae ?
Kibum mematikan sambungan telponnya. Tiba-tiba perasaan aneh menyergapnya. Kekhawatirannya tiba-tiba menyerang dadanya. Dia merasa ada sesuatu pada Yoonhae. Dia tidak tahu apa sebabnya. Ini pertama kalinya Yoonhae mengabaikan telponnya.
Tiba-tiba Kibum teringat ketika mengantar Jisoon pulang tadi. Dia tidak mungkin menolak Jisoon, dan menyuruh Jisoon pulang sendirian tengah malam seperti ini. Kibum tidak tega melihatnya.
Kibum sama sekali tidak kepikiran dengan Yoonhae tadi. Apa mungkin Yoonhae melihatnya dengan Jisoon ?
***
The Next Day
Hari ini adalah hari kedua Hyerin bekerja di Mouse & Rabbit. Dia sudah mulai berbaur dengan pelayan yang lain. Yesung juga sangat senang dengan hasil kerja Hyerin. Gadis itu sangat ramah, banyak pelanggan yang tertarik datang ke Mouse & Rabbit karena pelayanan mereka yang memuaskan.
“Hyerin-ah… ada seseorang yang membawakanmu paket ini.”
Hyerin yang sedang membersihkan meja menoleh ketika mendengar namanya dipanggil.
“Ini untukmu.” Hyerin meraih sebuah kotak yang disodorkan padanya. Gadis itu penasaran dengan isi dari kotak itu. Dengan tidak sabaran, Hyerin membuka kotak itu. Mata Hyerin terbelalak ketika melihat isinya.
Sebuah gaun berwarna putih gading dengan hiasan pita pink pada bagian dadanya. Panjangnya kira-kira selutut. Gaun itu sangat indah di mata Hyerin. Tapi siapa yang mengirimnya ?
Hyerin memeriksa kotak itu untuk mengetahui pengirimnya. Dia menemukan sebuah kartu terselip dalam kotak itu. Hyerin menyunggingkan senyumnya ketika membaca kartu itu. Dia sekarang tahu siapa pengirim paket itu.
          Nuna, kau harus datang nanti malam.
Aku menunggumu.

          -Lee Hyuk Jae-
***
Jisoon’s pov
Aku menatap ke sekelilingku. Ball room hotel kakek telah disulap menjadi ruangan pesta yang dipenuhi oleh para pejabat-pejabat dan pebisnis teman kakek. Aku memilih duduk di sofa bersama Kyuhyun yang sedari tadi pacaran dengan psp-nya.
Aku melihat Eunhyuk dari jauh. Dia sedang menghadapi ratusan tamu undangan yang memberinya selamat atas terangkatnya dia sebagai PL Group. Kakek juga ikut menemaninya. Semestinya aku yang mendampingi suamiku berdiri disana. Tapi dengan alasan konyol, aku lebih duduk di sofa seperti orang bodoh.
Kulihat kakek sedang membisikkan sesuatu pada Eunhyuk. Aku jadi penasaran dengan apa yang mereka bicarakan, karena setelah itu Eunhyuk menghampiriku. Dia menyunggingkan senyumnya, membuat gadis-gadis yang dia lewati menjerit. Tubuhnya yang dibalut tuxedo hitam semakin mendekat ke arahku. Tatapan matanya tak pernah lepas dariku.
Apa otak pria itu bergeser ? Kemarin saja dia begitu menyebalkan. Kenapa hari ini dia terkesan seperti tebar pesona padaku ? Tebar pesona ? Jangan harap aku akan terpesona dengan pria menyebalkan seperti dia.
Aku menegakkan tubuhku ketika tangannya terulur ke arahku. Aku menatapnya bingung, dia mengedikkan kepalanya menunjuk lantai dansa. Dia mengajakku berdansa ? Yang benar saja kau Lee Hyukjae.
Kurasakan ada yang menyikut tanganku. Aku menoleh ke arah Kyuhyun. Dia memberiku kode agar mau berdansa dengan Eunhyuk.
“Kakek yang menyuruhku. Jadi tolong jangan permalukan aku.”
Eunhyuk pun menarik tanganku. Aku bahkan menyetujuinya. Tunggu saja kau, Lee Hyukjae… kakimu tak akan selamat. Kau belum tahu kehebatanku dalam berdansa.
Eunhyuk menarikku ke tengah lantai dansa. Sorot lampu pun mengarah pada kami dan musik tiba-tiba terganti menjadi lagu yang lebih romantis. Aku tidak tahu apa judul lagu itu. Yang kurasakan sekarang hanyalah perutku sedang terkocok.
Jarakku dengan pria ini terlalu dekat. Aku bisa menghirup harum tubuhnya secara berlebihan. Dan entah kenapa kakiku tiba-tiba menjadi lemas seperti ini. Eunyuk semakin menarik tubuhku mendekat kearahnya. Tangannya dengan santai bertengger di pinggulku.
Aku hanya terdiam mengikuti gerakan Eunhyuk. Dia lumayan pandai berdansa. Aku serasa terhanyut, hingga aku tidak sadar kalau satu lagu sudah selesai. Kini para tamu yang lain pun ikut bergabung untuk berdansa dengan pasangan mereka masing-masing.
“Kau terpesona denganku yah.” Bisik Eunhyuk di telingaku.
Apa dia bilang ? Terpesona ? Jangan harap!
“Akui saja kalau aku ini tampan. Kau bahkan tidak bisa berkutik ketika berdansa denganku.”
Aku menggertakkan gigiku. Kalau saja saat ini tidak ada orang-orang, aku akan mencekik lehernya. Atau mungkin lebih baik aku langsung saja membunuh pria menyebalkan ini.
Pria itu menarik tanganku untuk memeluk lehernya. Aku melotot kearahnya, dia hanya tersenyum seolah-olah hal itu wajar. Aku menginjak kakinya dengan keras. Mungkin heelsku menembus sepatunya. Tapi nyatanya tidak.
“Awwhh!” jerit Eunhyuk tertahan. “Kau menginjakku ?”
“Aku tidak sengaja.” Jawabku berbohong sambil menjulurkan lidahku ke arahnya.
“Akh! Yak! Kau menginjakku juga ?” aku merasakan sepatunya menginjak kakiku. Aish! Pria ini sepertinya butuh pelajaran dariku.
Dengan cepat ku tarik rambutnya dan mendorong kepalanya dengan kasar. Rasakan kau Lee Hyukjae!
“Apa yang kau lakukan ?” teriaknya membuat semua menoleh kearah kami. Eunhyuk merapikan rambutnya yang berantakan karena ulahku tadi.
Eunhyuk baru saja ingin melayangkan jitakannya di keningku tapi tiba-tiba aku menginjak gaunku sendiri. Aku kehilangan keseimbangan. Aku berpegangan pada bahu Eunhyuk namun pria itu juga tampak tak bisa menahan berat badanku.
Aku merasa tubuhku jatuh menindih tubuhnya. Suasana tiba-tiba berubah menjadi hening. Suara musik pun mulai tidak terdengar lagi. Tunggu dulu… Aku merasakan ada yang menyentuh bibirku.
Tunggu sebentar…
Aku membuka mataku. Mataku melotot ketika melihat wajah Eunhyuk tepat di depan wajahku dengan jarak yang dekat. Sangat dekat. Dan bibirnya menyentuh bibirku.
APA? BIBIRNYA MENYENTUH BIBIRKU ?
EUNHYUK MENCIUM BIBIRKU ????
AHHH ANDWEEE!!!
“YAK! KENAPA KAU MENCIUMKU, PRIA MESUM ???”
-TO BE CONTINUED-

Opmerkings

Gewilde plasings van hierdie blog

Lirik Lagu Infinite Lately (White Confession) with Translate