The Princess First Love part 6

Casts               : 2PM, Wooyoung, Miss A, Min, T-ara, Jiyeon, FT Island, Hongki

Tittle                : The Princess’ First Love

Genre              : Romance
Rating             : PG+17
Disclaimer   : Nama diatas milik mereka sendiri, saya hanya memiliki ceritanya, cerita ini terinspirasi dari imajinasi saya sendiri. Cerita ini pernah saya post di

ooOoo

Part 6 : Should I let you go?
Author’s POV
Hampir satu bulan berlalu sejak kejadian yang menimpa Min, sekarang keadaan sudah mulai tenang, bahkan mereka sedang sibuk mempersiapkan diri untuk Gayo Daejun satu minggu lagi.
Semua member 2PM sibuk dengan latihan baik dance ataupun vokal, mereka akan tampil dengan lagu-lagu dengan versi berbeda dari biasanya.
2PM juga akan duet bersama Wonder Girls untuk lagu Dance2Night, sedangkan Miss A akan tampil dengan versi yang lebih punk dari biasanya.
Ruang latihan mereka selalu penuh setiap harinya, baik member 2PM, Miss A maupun Wonder Girls, mereka sama-sama ingin menampilkan penampilan yang terbaik dipenghujung tahun.
Siang itu giliran 2PM dan Miss A yang harus melakukan latihan dance, mau tak mau Wooyoung dan Min harus saling bertemu.
Sebenarnya terbesit perasaan senang dihati mereka setelah selama hampir satu bulan mereka tidak bertemu sama sekali.
Ini juga merupakan penampilan perdana Miss A diTV setelah skandal Min dengan Wooyoung waktu itu, jadi mereka benar-benar bekerja keras untuk menampilkan yang terbaik.
Sesekali selama latihan berlangsung mereka saling mencuri pandang, kemudian langsung membuang muka dengan cepat saat tanpa sengaja mata mereka bertemu.
Mereka sedang beristirahat saat tiba-tiba pintu ruang latihan dibuka, semua mata langsung mengarah pada perempuan yang datang dengan wajah murung itu.
“Jiyeon-ah…” Wooyoung menatapnya kaget
Jiyeon tersenyum dengan senyum yang dipaksakan kemudian menunduk menyapa semua orang yang ada disana, termasuk Min.
Wooyoung berdiri menghampiri Jiyeon yang hanya berdiri dipintu, ditariknya tangan Jiyeon menuju ruang lain yang kosong.
“kau kemana saja Jiyeon-ah? Kenapa aku tak pernah bisa menghubungimu? Apa kau masih marah?”
Gadis itu menunduk, tak menjawab sama sekali pertanyaan Wooyoung. Wooyoung semakin bingung dengan perubahan sikap Jiyeon.
“Jiyeon-ah? Gwenchana? Kenapa kau diam saja?”
Jiyeon masih diam, tak menjawab apa-apa membuat Wooyoung semakin cemas akan keadaannya. Diangkatnya dagu Jiyeon untuk melihat wajah gadis itu.
Wajahnya murung, tak ada senyuman ceria yang biasa menempel erat diwajahnya. Ada lingkaran hitam dibawah matanya, sepertinya ia tak tidur selama berhari-hari.
“oppa…” suaranya bergetar “wae? Kenapa kau membohongiku?” Jiyeon menatap mata Wooyoung dengan pilu, air mata mulai terlihat memenuhi bola matanya
“membohongi apa?” Wooyoung berpura-pura tidak tahu
“tentang Joon oppa… kenapa kau membohongiku?”
Wooyung terdiam, tak sanggup menjawab pertanyaan Jiyeon, rahasia yang selama ini ditutupnya rapat-rapat perlahan mulai terbuka.
“oppa…” Jiyeon menatap Wooyoung yang menghindari matanya “kau tahu kan kalau Joon oppa masih hidup? Kenapa kau tak bilang padaku? Apa alasannya oppa?”
Pertanyaan Jiyeon sama sekali tak bisa dijawab oleh Wooyoung, ia bingung harus memberikan jawaban seperti apa.
“apa Joon oppa punya wanita lain? Apa dia tak mencintaiku lagi?”
ooOoo
Wooyoung’s POV
Aku menunduk menghindari tatapan mata Jiyeon yang terus menatapku nanar, pertanyaan yang diajukannya padaku begitu sulit untuk kujawab.
“apa Joon oppa punya wanita lain? Apa dia tak mencintaiku lagi?”
Mwo? Apa dia belum tahu tentang semuanya? Pertanyaan Jiyeon membuatku tersadar kalau sebenarnya rahasia kami masih terjaga dengan rapi, Jiyeon hanya mengetahui kalau Joon hyung masih hidup, tapi ia sama sekali belum tahu alasan kebohongan ini.
“apa Joon oppa mencintai wanita lain?” tanyanya lagi, kuberanikan diriku menatap matanya
“Jiyeon-ah, apa kau masih mencintai Joon hyung?”
Ia menatapku kaget, pertanyaanku tadi membuatnya terkejut sampai tak mampu lagi membuka mulutnya, sekarang justru dia yang menghindari mataku.
“Jiyeon-ah, jawab aku…”
Ia masih diam, menundukkan kepalanya untuk menghindari tatapanku. Apa kau membohongiku Jiyeon-ah? Bahwa sebenarnya sejak dulu kau tak pernah melupakan perasaanmu pada Joon hyung.
Entah dari mana datangnya, perasaan sedih perlahan memasukiku, aku sendiri tak mengerti kenapa perasaan seperti ini bisa muncul, padahal aku sendiri tahu kalau aku sama sekali tak mencintai Jiyeon.
Tokk…Tokk…
Pintu ruangan itu diketuk dari luar, membuyarkan semua lamunanku.
“Udon-ah…” Chansung membuka pintu “apa kalian sudah selesai? Kita harus latihan lagi, semua sudah menunggumu”
Chansung langsung pergi dan menutup pintu, aku kembali menatap Jiyeon yang sedang menghapus air mata dipipinya.
“aku pulang dulu oppa…”
Tanpa melihat kearahku ia langsung bangun dan pergi meninggalkanku sendirian diruangan itu, lagi-lagi perasaan sedih yang entah apa penyebabnya menggelayutiku.
Aku keluar ruangan dan kembali menuju ruang latihan, ketika masuk kulihat Min melihatku sekilas kemudian membuang pandangannya kearah lain.
Min-ah, aku begitu ingin bersandar padamu saat ini, semua yang kulalui ini benar-benar membuatku merasa lelah, aku hanya bisa menatap Min dari kejauhan.
Latihan baru akan dimulai saat tiba-tiba ada suara berisik dari luar, kemudian pintu dibuka dengan kasar, Minjae hyung menatapku dengan wajah panik.
“Wooyoung-ah, pacarmu pingsan!”
Tanpa pikir panjang aku langsung berlari keluar ruang latihan dan menemukan Jiyeon yang sudah ditidurkan disofa.
“dia tadi pingsan saat akan keluar” jelas Minjae hyung padaku
Tangan kananku mengenggam tangannya yang dingin dan tangan kiriku membelai wajahnya lembut, berusaha membangunkannya.
“Jiyeon-ah…” ucapku lemas, aku merasa lemas melihat gadis dihadapanku ini dalam keadaan seperti ini
“bawa dia keruang istirahat” Minjae hyung menyuruhku
Aku langsung menggendong Jiyeon, Minjae hyung ingin membantuku tapi aku menggeleng, ku bawa dia menuju ruang istirahat.
ooOoo
Min’s POV
Dia melewatiku tanpa melihat kearahku sama sekali, tangannya menggendong Jiyeon dan berjalan dengan langkah cepat.
Melihat tangannya yang menggendong tubuh Jiyeon, langkah kakinya yang begitu terburu-buru, ekspresi panik diwajahnya serta matanya yang sama sekali tak melihatku membuat hatiku hancur.
Semua orang berjalan mengikuti Wooyoung menuju ruang istirahat, semuanya kecuali aku, aku tak sanggup untuk ikut meskipun sebenarnya aku juga cemas pada Jiyeon.
Aku bersandar pada dinding disebelahku, tanganku memegang erat dadaku yang terasa sakit, tiba-tiba seseorang menepuk pundakku membuatku langsung tersentak kaget.
Aku menoleh kebelakangku dan menyadari ternyata aku tak sendiri, Suzy masih dibelakangku, ia pasti tahu tentang rasa sakit yang kualami.
Ia menatapku dengan cemas, seperti seorang ibu yang menatap anaknya yang sedang patah hati, maknae ku menjelma menjadi sosok yang sangat dewasa.
Suzy menarik tanganku dan membawaku keruang loker yang kosong, ia mengajakku duduk disofa panjang yang ada disana.
Aku terharu saat menyadari bahwa maknae ku menjadi seorang pelindungku, ia membawaku kesini karena tak ingin ada orang lain yang melihat keadaanku saat ini.
“eonnie… bisa kau lanjutkan? Ceritamu waktu itu?”
Aku mengerutkan keningku, bingung akan permintaannya yang tiba-tiba, aku menggeleng pelan, wajahnya tampak kecewa akan penolakanku.
“baiklah kalau begitu, aku bertanya saja ya? Eonnie menjawab… eotte?”
Aku mengangguk kecil, tak ingin mengecewakannya lagi, ia tersenyum girang lalu tidur dipangkuanku.
“apa eonnie benar-benar mencintai Wooyoung oppa?”
Aku terdiam sesaat, pertanyaannya sama sekali tak mengejutkanku, aku berpikir sejenak kemudian mengangguk kecil.
“lalu, kenapa eonnie malah berpacaran dengan Hongki oppa? Bukannya Wooyoung oppa?”
Aku menghela nafas berat, aku tahu pertanyaan ini akan muncul. Haruskah kujawab dengan jujur?
“kau harus menjawab dengan jujur eonnie”
Suzy seolah-olah bisa membaca jalan pikiranku, aku tertawa kecil kemudian menatap kosong kedepanku sambil tanganku membelai rambutnya.
“Hongki oppa sudah terlalu baik padaku Suzy-ah, aku tak ingin menyakitinya…”
“apa kau bahagia?”
Aku tertawa kecil mendengar pertanyaannya, kalau aku bahagia bersama Hongki oppa, aku tak mungkin masih menitikkan air mata untuk Wooyoung oppa seperti ini.
Ia sepertinya bisa menangkap jawaban dari ku, meskipun tak kuucapkan seharusnya ia bisa tahu saat tanganku perlahan memegangi dadaku yang masih sakit.
“kenapa kau menyerah pada Wooyoung oppa?”
“Suzy-ah, ada kalanya kau harus kehilangan orang yang kau cintai saat kau memilih untuk bersama orang yang mencintaimu”
Ia terdiam sejenak, memikirkan arti dari perkataanku tadi. Usianya masih terlalu muda untuk bisa paham dengan semua ini.
“tapi bukankah akan lebih baik kalau kau bersama orang yang kau cintai dan mencintaimu?”
Aku mengerutkan keningku, tak mengerti akan pertanyaannya.
“disini tak ada pihak yang saling mencintai Suzy-ah, hanya ada cinta yang bertepuk sebelah tangan…”
Rasa sakit itu merasuki hatiku lagi saat mengingat kenyataan akan perasaanku yang hanya dimiliki oleh diriku sendiri selama bertahun-tahun.
“ada eonnie…” jawabnya sambil menatap lurus keatas, aku memandangnya bingung “Wooyoung oppa juga mencintaimu, masa kau tidak tahu?”
Mwo? Wooyoung oppa menyukai ku? Haha, lelucon yang menyebalkan Suzy-ah. Aku tak percaya padamu Suzy-ah.
Aku tertawa kecil menanggapi leluconnya yang sebenarnya menyakitkan bagi diriku, Suzy lah sekarang yang menatapku dengan wajah bingung.
“eonnie! Kenapa kau malah tertawa? Aku ini serius tahu!”
“sudahlah Suzy-ah…” aku mencegahnya untuk melanjutkan angan-angan kosong itu tapi ia menatapku dengan geram
“Wooyoung oppa benar-benar mencintaimu, aku saksinya”
“mwo? Jangan mempermainkanku Suzy-ah”
“eonnie, dengarkan aku dulu ya? Baru kemudian kau akan tahu kalau aku berbohong atau tidak. Bagaimana?” tanyanya dengan wajah kesal, aku hanya mengangguk kecil
“eonnie tahu kan kalau aku menyukai Wooyoung oppa? Eh maaf, pernah menyukainya maksutku, hehe” ia tersenyum padaku “jadi aku pernah bertanya padanya tentang diriku, karena dia begitu perhatian padaku jadi aku bertanya saja padanya, aku ini dianggapnya apa dan dia bilang kalau dia hanya menganggapku adiknya”
Ia terlihat kecewa saat menceritakan bagian itu, aku tersenyum getir, aku juga pernah merasakannya bahkan sedang merasakannya.
“kemudian aku bertanya, apa dia sedang menyukai seseorang, ia menjawab ya, ketika kutanya siapa yang disukainya, ia menatap kearah foto-foto yang dipajang diruang latihan vokal itu, dan kau tahu eonnie, foto mu lah yang dipandanginya”
Semangatnya terlihat jelas saat bercerita, aku hanya diam dan mendengarkannya dengan seksama, tak ingin melewatkan satu bagian pun.
“aku mungkin belum pernah pacaran eonnie, tapi…” ia mengatur nafasnya yang terengah-engah “aku bisa tahu kalau dia benar-benar menyukaimu saat melihat tatapan matanya waktu itu. Setiap kali kalian bersama juga aku bisa merasakannya eonnie, ia benar-benar memperhatikan dan melindungimu, apa coba namanya kalau bukan cinta? Wooyoung oppa memang mencintaimu eonnie”
Aku terdiam, bingung harus bereaksi sepertia apa, hatiku ingin sekali mempercayai semua ini tapi otakku memaksaku untuk berpikir realistis.
Kemudian aku teringat kata-kata yang dikatakan Jiyeon waktu itu didepan dorm kami, ia mengatakan kalau Wooyoung oppa masih menyukaiku.
Aahhh!!! Aku bingung, entah yang mana yang harus kupercayai. Tapi yang jelas kenyataan yang ada lah yang lebih kuat dan meyakinkan.
Kalau Wooyoung oppa mencintaiku, kenapa ia bersama Jiyeon? Kenapa ia justru berpacaran dengan Jiyeon? Ia juga begitu romantis padanya.
Aku menggeleng keras, berusaha memilih bagian mana yang harus kuikuti, hatiku atau pikiran rasionalku sendiri.
“eonnie!!!” Suzy menyadarkanku dari pertengkaran hebat antara otak dan hatiku yang baru saja kualami
“entahlah Suzy-ah…” aku tertunduk lemas “yang jelas sekarang Wooyoung oppa berpacaran dengan Jiyeon, jadi dia pasti juga mencintai Jiyeon”
Suzy terlihat berpikir, sepertinya semua ini semakin rumit saja setelah dibahas seperti ini, aku menyesal telah menuruti keinginan Suzy.
“mungkin Wooyoung oppa hanya kasihan pada Jiyeon atau Jiyeon yang memaksa Wooyoung oppa, Wooyoung oppa kan orang yang tak mau menyakiti hati perempuan”
Aku menoleh kaget pada Suzy, kata-kata itu terlalu kejam “jangan begitu Suzy-ah, Jiyeon bukan orang seperti itu”
“mianhe eonnie, tapi memang begitu yang kupikirkan”
“jangan berpikir negatif tentang orang lain Suzy-ah”
“eonnie, sudah berapa lama eonnie mengenal Jiyeon?”
“sudah cukup lama, wae?”
“apa eonnie yakin eonnie benar-benar mengenal Jiyeon?”
“tentu saja Suzy-ah, apa sebenarnya maksut ucapanmu itu?”
“entahlah eonnie, tapi aku tau Jiyeon bukan orang sebaik penampilannya, dia itu artis yang luar biasa hebat dalam berakting”
Suzy mengusap-usap lengannya, menunjukkan rasa takutnya. Aku bingung akan semua perkataannya, semuanya begitu tak masuk akal.
Jiyeon selama ini baik padaku, meskipun memang terkadang ia hanya datang padaku saat ia sedang perlu saja, tapi setidaknya ia memang baik dan jujur padaku.
“eonnie…” Suzy menatapku dengan serius “kau benar-benar yakin kalau Jiyeon sebaik itu?”
Aku terdiam, berpikir tentang apa saja yang selama ini terjadi antara aku dan Jiyeon, entah kenapa aku mulai merasa kurang yakin.
“waeyo Suzy-ah? Kau tahu sesuatu?” tanyaku
Suzy terdiam, seperti sedang berpikir, ia terlihat ragu-ragu seperti ingin mengatakan sesuatu tapi kemudian diam lagi.
“Suzy-ah, katakan padaku? Apa kau tahu sesuatu?”
Aku menatap matanya, ia melihatku dengan serius selama babarapa saat kemudian ia mneghela nafas berat.
“sebenarnya, aku tahu sesuatu…”
ooOoo
Author’s POV
Seungho menunggu didepan pintu apartemen sahabatnya sambil membawa beberapa bir untuk menghabiskan malam bersamanya.
Pintu dibuka, sekilas senyum tampak dari wajah laki-laki yang membuka pintu, ia menyuruh Seungho masuk dan langsung mengambil bir bawaannya.
“wah hyung, sepertinya kita akan begadang malam ini” ucapnya semangat
“iya, sekali-sekali tak masalah”
Mereka duduk didepan TV, beberapa makanan ringan memang sudah dipersiapkan sebelumnya, mereka berdua sama-sama sudah tahu kalau malam ini mereka pasti tidak akan tidur.
Mereka awalnya sama-sama diam, padahal satu-sama lain sudah tahu apa hal yang pasti akan dibicarakan malam itu.
“hyung…” Seungho menoleh pada laki-laki yang mulai meminum birnya itu “apa kau pernah bertemu Jiyeon lagi setelah hari itu?”
“apa kau masih perlu bertanya?” Seungho menatap laki-laki itu, ia tertawa pelan “Siapa lagi yang akan ditemuinya selain aku?”
“apa dia bertanya? Apa yang kau katakan padanya?”
“Joon-ah, kau tahu kalau Jiyeon bukan orang yang mudah percaya, apa lagi kepadaku”
“jadi, apa yang kau katakan?”
“aku hanya menceritakan yang perlu kuceritakan”
“hyung…” Joon mendesah kesal “kau tahu bagaimana daya tangkapku, jadi jangan berbelit-belit dan langsung ceritakan saja”
Seungho tertawa sampai hampir tersedak bir yang sedang diminumnya, Lee Joon menatapnya dengan kesal, membuat Seungho semakin geli.
“haha, santai saja Joon-ah, kita punya banyak waktu malam ini…”
“hyung~~”
“arasseo…” Seungho meminum lagi bir nya “dia menemuiku keesokan harinya, tentunya bertanya tentang kau dan apa yang sebenarnya terjadi…” Seungho meminum habis bir ditangannya kemudian membuka kaleng selanjutnya
“kukatakan padanya kalau kita berbohong masalah kematianmu karena suatu alasan yang tak bisa dijelaskan, lalu kupinta dia untuk melupakan semuanya dan menjalani hidup masing-masing saja”
“kemudian?”
“apa lagi? Kau lebih mengenal Jiyeon dari pada aku, kau pikir dia tidak akan mendesakku mengenai alasannya?”
“kau akhirnya memberitahunya?”
“kalaupun rahasia itu harus terbongkar, aku ingin itu keluar dari mulutmu Joon-ah, bukan aku”
“jadi dia belum tahu sampai sekarang?”
“belum, sampai sekarang saja dia masih terus menghubungiku untuk bertanya masalah itu”
“aku mohon padamu hyung, jangan bertemu dengannya lagi…”
Seungho terdiam, meminum kembali bir ditangannya. Joon menghela nafas berat kemudian menghabiskan birnya dalam satu kali tenggakan.
Mereka sama-sama menyadari kalau menghindari Jiyeon adalah hal tersulit didunia, bahkan bisa dikatakan sebagai sesuatu yang mustahil.
“Joon-ah, sebenarnya sejak dulu aku ingin bertanya ini padamu”
“apa itu?”
“kau… apa benar kau sudah tidak ingin kembali lagi? kau akan tetap bertahan seperti ini?”
“aku…”
ooOoo
Wooyoung’s POV
Aku menunggunya untuk bangun, duduk disampingnya sambil terus memperhatikan wajah nya yang terlihat sangat lelah.
Apa yang kau lakukan belakangan ini Jiyeon-ah? Kenapa kau datang dengan keadaan seperti ini? Apa karena aku?
Ia terbangun, matanya dengan lemah memandangku yang duduk tepat disampingnya, sesaat kemudian ia tersenyum, memaksakan dirinya untuk terlihat baik-baik saja.
“oppa… aku kenapa?”
“kau pingsan didepan, sepertinya kau kelelahan”
“aku memang lelah, oppa…”
“kau sebenarnya kenapa Jiyeon-ah? Jangan selalu menyiksa dirimu seperti ini”
Ia memaksakan dirinya untuk duduk tapi kucegah, aku tahu kondisinya masih lemah saat ini, meskipun ia mencoba untuk terlihat sehat.
“Jiyeon-ah, apa karena aku? Mianhae kalau masalah kemarin yang membuatmu seperti ini, aku benar-benar minta maaf”
“oppa…” ia memegang tanganku “jangan salahkan dirimu, aku hanya kelelahan karena persiapan untuk minggu depan, bukan karena masalah itu”
“gurae, jagalah kesehatanmu Jiyeon-ah, aku tak mau kau sampai sakit”
“ne, oppa. Arasseo”
Kami sama-sama diam, ia terlihat sedang memikirkan sesuatu, ia membuka mulutnya seperti ingin mengatakan sesuatu tapi kemudian tidak jadi.
“ada apa Jiyeon-ah? Kau mau apa? Katakan saja”
“oppa…” ia ragu-ragu “bisakah kau berjanji satu hal padaku?”
Aku terdiam, bingung harus menjawab apa, aku takut keinginannya adalah sesuatu yang tidak bisa kukabulkan.
“oppa? Bisakah?”
Aku memandang lurus kematanya dan melihat permohonan itu dimatanya, aku tak sanggup menolaknya jika dia sudah seperti ini.
“baiklah, janji apa?”
Kali ini ia yang terdiam, menundukkan kepalanya seolah ragu untuk mengatakan keinginannya, aku juga diam, menunggunya untuk bicara
“berjanjilah kalau kita akan selalu bersama dan tidak akan mengingat masa lalu lagi, kita lupakan semuanya yang telah berlalu”
Aku begitu terkejut mendengar keinginannya, setengah hatiku merasa sangat lega karena itu berarti dia tidak akan mempermasalahkan Lee Joon lagi.
Tapi setengah hatiku lagi terasa perih dan tak ingin mengabulkan janji itu, wajah Min melintas dikepalaku seperti sebuah jaring yang melarangku untuk berjanji.
Selalu bersama Jiyeon? Tak pernah terpikir olehku sejak awal akan ada keinginan seperti ini darinya, meskipun aku juga tidak berpikir hubungan ini akan sementara.
Sejak awal aku memang memutuskan untuk bersama Jiyeon, melindunginya, menjaganya dan menghilangkan air mata diwajahnya.
Tapi aku sama sekali tidak pernah berpikir kalau aku akan seperti ini, sekarang aku ingin mempertahankan apa yang dulu kumiliki.
Aku memang bodoh, disatu sisi aku ingin tetap melindungi Jiyeon, tapi disisi lain aku juga ingin bisa bersama Min, orang yang kucintai sejak dulu.
Keraguan ku akan keputusan yang kubuat dimulai sejak beberapa minggu lalu, kenyataan yang lagi-lagi membuatku terpaku dititik tengah.
Flashback…
“Min… dialah yang menemukanmu”
Ucapan Nichkhun hyung membuatku terpaku, aku masih belum sepenuhnya mengerti kata-kata dan raut wajahnya.
“maksudmu?” tanyaku bingung
“mungkin sudah saatnya kau tahu semua ini Uyong-ah”
Kata-katanya semakin membuatku bingung, apa sebenarnya yang ingin dikatakan Nichkhun hyung kepadaku.
“jelaskan saja hyung…”
“Min yang menemukanmu, ia bahkan melihatmu jatuh dari pagar itu”
“melihatku? Bagaimana bisa?” aku semakin kebingungan
“dia mengejarmu Uyong-ah, Min mengejarmu dan melihatmu jatuh”
“mengejarku? Tapi, kenapa? Bukankah dia membenciku? Kenapa dia mengejarku hyung?”
Aku semakin terperangkap dalam labirin kebingungan yang terjadi disekitarku, Nichkhun hyung menghela nafas melihat ketidak sabaranku.
“Uyong-ah, bisa kah kau diam dan dengarkan saja?”
Aku mengangguk pasrah, jantung ku berdebar dengan sangat kencang, benar-benar ingin tahu apa sebenarnya yang ingin diberitahunya.
“aku mendengar ini semua dari Fei noona, dia yang memberitahuku semuanya, tentang malam itu, tentang Min, juga tentang kebodohan kalian berdua selama ini”
Nichkhun hyung diam, seperti sedang menguji kesabaranku. Oh hyung! Ayolah, jangan sampai aku mati penasaran.
“Min menyukaimu Uyong-ah, sejak dulu…”
Kata-katanya membuatku membeku, mulutku membuka dan menutup berkali-kali tapi samasekali tak tahu harus berkata apa.
Min menyukaiku? Aku memutar otakku untuk menemukan bukti-bukti itu tapi otakku sama sekali tak pernah menangkap tanda-tanda itu.
Aku bingung, tapi seperti biasa, hatiku tak pernah mau sejalan dengan otakku, saat otakku sedang kebingungan, hatiku justru seperti terbang kelangit.
Aku bahagia, ya aku sangat bahagia mendengar kenyataan yang sebenarnya tak masuk diakal menurutku, tapi tetap saja aku merasa bahagia.
“Min menyukaiku?”
Akhirnya mulutku bisa berkata juga, sebuah pertanyaan konyol yang sebenarnya kukeluarkan hanya untuk membuatku merasa semakin bahagia.
“iya, Fei noona yang memberitahuku”
Aku sumringah, bahagia tak terkira, Fei noona tidak mungkin berbohong, Fei noona tidak mungkin salah.
“ceritakan semua hyung! Semuanya!” pintaku dengan semangat
“Fei noona juga tidak tahu persisnya kapan, tapi yang jelas Min juga menyukaimu sejak lama. Dia merasakan perasaan yang sama denganmu, kebahagian yang sama juga rasa sakit yang sama”
Aku langsung merasakan perih didadaku saat siluet Hongki dan Min melintas dikepalaku, seperti inikah yang ia rasakan saat melihatku bersama Jiyeon.
Tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu yang mengganjal dihatiku, semua yang kudengar ini terasa seperti sebuah kepalsuan belaka.
“hyung, kalau Min memang menyukaiku, kenapa dia berpacaran dengan Hongki?”
“entahlah Uyong-ah, Fei juga tak bisa menjawabku saat aku bertanya seperti ini. Sepertinya kau harus bertanya pada Min sendiri”
Aku terdiam lagi, kali ini kembali otakku yang menguasai diriku, rasa tak percaya itu semakin kuat saat mengingat betapa cerianya Min saat bersama Hongki.
“mugkin dia memang pernah menyukaiku hyung, tapi sekarang sudah tidak”
“itu mustahil Uyong-ah, aku bisa melihatnya dari mata Min, dia mencemaskanmu sampai-sampai ia memanjat pagar tanpa memakai sandal”
“benarkah hyung?”
“iya, dia bahkan menelponku dengan suara yang tak jelas, nyata sekali kalau dia panik saat itu”
“itu karena aku jatuh, hyung”
Otakku benar-benar mengendalikan diriku, apapun yang Nichkhun hyung katakan untuk meyakinkanku, otakku terus saja menampiknya.
“Uyong-ah, pikirkanlah dengan benar semuanya. Meskipun aku tidak tahu apa alasanmu berpacaran dengan Jiyeon dan apa alasan Min berpacaran dengan Hongki, tapi aku tahu dan aku bisa merasakannya kalau ada ikatan yang kuat antara kau dan Min, dan itu sudah berlangsung jauh sebelum kalian mengenal Jiyeon ataupun Hongki”
Aku tertegun mendengar ucapan Nichkhun hyung, benarkah ada ikatan sekuat itu diantara kami? Kenapa aku tak menyadarinya?
Memang banyak hal yang sudah kulalui dengan Min bahkan sejak dia masih seperti dulu, tapi semua itu masih belum bisa meyakinkanku.
Nichkhun hyung sepertinya bisa menangkap sinyal keraguan didiriku, keraguan yang sebenarnya tidak perlu ada.
Seharusnya aku bahagia mendengar kenyataan kalau Min mencintaiku, tapi otakku ini terlalu menyebalkan dan tidak mau menurut saja pada hatiku.
“Uyong-ah, aku tahu sulit bagimu untuk percaya, tapi setidaknya itu yang kutahu dan itu yang kulihat. Aku hanya ingin yang terbaik untukmu dan untuk Min”
Aku tertunduk lemas, kalau bisa kukeluarkan saja otakku ini agar tidak mengganggu kebahagiaan yang ada dihatiku.
“sebaiknya kau tanya langsung…pada Min”
Aku menatap Nichkhun hyung tak percaya, masa aku harus menemui Min dan bertanya padanya langsung, itu tak mungkin kulakukan.
Apa aku harus datang menemuinya kemudian langsung bertanya ‘Min, apa kau mencintaiku? Lalu kenapa kau pcaran dengan Hongki?’ aku bodoh kalau sampai aku melakukan itu semua.
“tanyalah Uyong-ah, sekaligus mengungkapkan perasaanmu, sudah saatnya kau untuk mengambil sikap akan perasaanmu”
Kata-kata Nichkhun hyung membuatku tersadar, aku memang tidak bisa mengambil sikap, tidak bisa membuat keputusan.
Itu semua juga yang membuatku terjebak dalam semua dilema ini, membuatku tak bisa mengungkapkan perasaan yang kupendam selama bertahun-tahun.
Aku selalu ragu dengan semua yang ada disekitarku, termasuk pada perasaan Min padaku, itulah sebabnya aku tak pernah bisa mengungkapkan perasaanku padanya.
Tapi saat ini, sekarang, aku ingin sekali bisa melenyapkan itu semua, aku ingin meyakinkan diriku sendiri tentang perasaan Min padaku.
“aku akan bertanya padanya, hyung…”
End of flashback…
“oppa?!!!”
Jiyeon menyadarkanku dari lamunanku, aku melihatnya menatapku dengan curiga, kemudian ekspresinya berubah sedih.
“kau tak bisa memenuhi keinginanku?”
Suaranya terdengar murung dan kecewa, aku benar-benar bingung harus bagaimana, kau tak mau menjanjikan sesuatu yang tak bisa kupenuhi.
Tapi suara dan wajahnya benar-benar membuatku merasa tak tega untuk begini, tak tega untuk membuatnya kecewa lagi.
Apa aku harus mengabulkan keinginannya? Apa aku bisa berjanji untuk slalu bersamanya? Bagaimana dengan Min? Bagaimana dengan perasaanku sendiri?
Otak dan hatiku terus bertarung didalam diriku, membuatku menjadi manusia paling plin plan didunia ini.
Tok… Tok…
Pintu diketuk pelan, membuyarkan semua keributan didalam diriku. Aku menoleh, ternyata Chansung yang datang.
“hyung, kau dipanggil Jinyoung hyung”
Horeee!!! Aku bahagia luar biasa mendengarnya, baru kali ini panggilan dari Jinyoung hyung terasa sangat menggembirakan.
Aku lega karena bisa menghindari pembicaraan ini setidaknya untuk beberapa saat sampai aku benar-benar bisa memutuskan.
“Jiyeon-ah, aku pergi dulu ya, kau istirahat dulu disini”
Wajahnya terlihat kecewa tapi kemudian ia mengangguk pasrah, aku langsung keluar sambil menyembunyikan rasa syukurku.
Ketepuk bahu Chansung yang menungguku diluar, ia menoleh kaget saat melihatku datang dengan wajah yang sumringah.
“gomapta Chansung-ah…” ucapku sambil berjalan mendahuluinya.
ooOoo
“duduklah Wooyoung-ah”
Jinyoung hyung menungguku diruangannya dengan wajah serius, senyum yang terpasang diwajahku seketika itu juga langsung menghilang.
“bagaimana keadaanmu akhir-akhir ini?” tanyanya
“aku baik hyung, ada apa hyung memanggilku?”
“ada hal penting yang ingin kubahas denganmu”
“hal penting?”
“benar, aku ingin kau mempersiapkan dirimu”
“mempersiapkan diri? Untuk apa hyung?”
“untuk solo debut mu”
“n-ne? solo debut? Hyung, aku tidak salah dengar kan?”
Sepertinya hari ini dewi fortuna sedang bersama denganku, tidak, bukan hanya bersama, tapi dia sedang menggandeng tanganku.
Aku bahagia sekali mendengar berita ini, solo debutku? Jinyoung hyung ingin aku mulai solo debut? Astaga! Ini semua seperti mimpi.
“benar Wooyoung-ah, aku ingin kau solo debut bulan april 2012, sekalian saja untuk kado ulang tahunmu juga”
“jinja hyung? Jinja?!”
Jinyoung hyung mengangguk pasti, aku tak bisa menyembunyikan rasa bahagia di diriku, senyumanku langsung merekah seketika.
“assa! Gomawo hyung! Jinja gomawo!”
Aku kegirangan, ingin sekali aku berteriak dan mengumumkan ini semua keluar sana, jika perlu sampai keseluruh masyarakat Busan juga.
Jinyoung hyung tertawa melihat reaksiku yang begitu bersemangat karena senangnya, kalau Jinyoung hyung tidak ada didepanku, aku pasti sudah melompat-lompat kegirangan.
“baiklah sama-sama, aku juga senang karena kau semangat seperti ini, berarti apapun syaratnya kau pasti bisa melakukannya”
Aku langsung terdiam, kata-kata Jinyoung hyung langsung membuat senyumanku lenyap entah kemana, digantikan dengan ekspresi bingung dan penasaran.
“syarat?” aku mengerutkan keningku
“haha, jangan tegang begitu Wooyoung-ah, dimana semangatmu yang menggebu-gebu tadi? Akan kubatalkan rencana ini kalau kau belum mulai saja sudah kehilangan semangat, masa hanya karena kata syarat, aku bahkan belum memberitahu syarat apa, aku sudah langsung lemas begitu?”
“mianhae hyung, aku hanya kaget, kupikir tidak akan ada syarat apapun”
“tidak ada yang gratis didunia ini Wooyoung-ah, kau tahu itu kan?”
“aku tahu hyung”
“tenang saja, syarat ini tidak akan sesulit itu kok. Lagipula, tidak kah kau merasa beruntung? Bisa lebih dulu bersolo debut dibandingkan Nichkhun dan Junho? Kau member 2PM kedua yang akan melakukan solo debut, bukankah itu hebat?”
“ne, hyung…”
“ayolah Wooyoung-ah, aku tidak akan memberitahumu apa syarat itu kalau kau tetap cemberut seperti itu, angkat wajahmu dan tunjukkan semangatmu yang tadi”
Aku mengangkat wajahku dan berusaha untuk tersenyum, meskipun aku merasa apa yang akan kuhadapi ini pasti sesuatu yang sangat berat.
Aku masih ingat saat Junsu hyung akan melakukan solo debutnya, syarat yang diberikan Jinyoung hyung nyaris membuatnya mundur.
Jinyoung hyung menyuruhnya untuk tampil dan menjadi bintang tamu tetap di setidaknya tiga realiti show terbesar di Korea, semua orang tahu kalau hanya sedikit idol yang bisa sukses didunia realiti show.
Bukan hanya itu, Junsu hyung harus menyudahi hubungannya dengan kekasihnya yang aku sendiri tidak tahu siapa gadis itu, tapi Junsu hyung terlihat sangat sulit untuk memenuhi syarat yang satu itu.
Sekarang aku juga harus mengahadapi syarat-syarat menakutkan yang diajukan Jinyoung hyung padaku, sulit sekali rasanya untuk tetap bersemangat setelah mendengar kata syarat dari Jinyoung hyung.
Tapi aku tetap berusaha, ini adalah impianku setelah sukses dengan nama 2PM, aku juga ingin seluruh Korea, bahkan dunia juga mengenal namaku.
Aku menatap mata Jinyoung hyung dengan mantap, aku sudah memantapkan diriku untuk terus maju apapun syarat yang diberikannya.
Jinyoung hyung tersenyum puas setelah menangkap semangat dimataku, ia mengeluarkan sebuah kertas dari laci mejanya lalu diberikan kepadaku.
Kuraih kertas itu dengan lambang JYP Entertainment sebagai kop nya, ‘PERJANJIAN PERSYARATAN’ begitulah yang tertera disana.
Aku membaca kertas itu dengan seksama, sama seperti Junsu hyung, aku juga mendapat 2 syarat, tapi yang ini berbeda.
Aku tersenyum puas saat memandang syarat pertama, bahwa aku harus menyembunyikan rencana ini dari siapapun termasuk memberku sampai tanggal solo debutku ditetapkan, sepertinya dewi fortuna memang mencintaiku.
Mataku membelalak tak percaya saat membaca syarat yang kedua, aku memandang Jinyoung hyung dengan ekspresi bingung tapi ia hanya tersenyum.
Semua ini tidak masuk akal, mustahil dan pasti ada kesalahan didalamnya, Jinyoung hyung tidak mungkin memberiku syarat yang menggelikan seperti ini.
Kutarik lagi kata-kataku mengenai dewi fortuna tadi, dewi fortuna tidak mencintaiku, yang benar adalah dewi fortuna sangat membenciku dan saat ini sedang melempari dan memukuliku dengan palu yang sangat besar.
“i-ini sya-syaratku hyung?”
Tanyaku dengan penuh harap, berharap kalau Jinyoung hyung akan menggeleng dan segera memberiku syarat yang lain.
Jinyoung hyung mengangguk dengan mantap, aku langsung lemas, sekujur tubuhku lemas tak berdaya, tak yakin apa aku bisa menjalankan ini atau tidak.
To be continue…

                                                                        ooOoo

Annyeonghaseyooooooooo!!!!!!!!!!! *bow*
Mian kalau ceritanya makin berbelit-belit, author sekarang lagi dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk membuat cerita yang WAH. *emang dari dulu gak pernah bisa* (-_-“)
Penyakit akut author kumat lagi nih, author lagi kena ‘ANDILAU (ANtara DIlema dan gaLAU)’ nih… *plak*
Jadi gimana nih? Masih mau diperpanjang apa dicepetin nih ceritanya? Author masih bingung mau dikemanain lagi arah cerita ini.
Tetep tinggalin bekas-bekas kehidupan ya dibawah, jangan ampe gak ada, awas aja kalau ampe gak ada, haha *plak*
After all, gomawo buat readers yang udah baca ampe chapter ini, author ampe nangis bombayyyyyy dibuatnya. T.T *plak*
Khamsahamnida… *bow*

Opmerkings

Gewilde plasings van hierdie blog

Lirik Lagu Infinite Lately (White Confession) with Translate