Wedding Contract [Part 3]


weddingcontract
When you’re faced with your destiny… what will you do ? accept it  ? ignore it
-Princess Pink Storyline-
.
.
.
Jisoon’s Pov
“Sayang sekali, Cho Kyuhyun. Jangan panggil aku Park Jisoon kalau aku tak membuat kekacauan. Sekecil apapun itu.”
Aku menatap pintu yang perlahan-lahan menutup semenjak kepergian Kyuhyun. Kuangkat gaun ku yang sedikit berat ini dan melepas heelsku. Ku lempar sembarangan, aku tak peduli dengan sepatu sialan itu. Ku buka tasku. Lalu mengeluarkan sepatu kets yang sering ku pakai kemana-mana.
Aku berlari keluar ruangan, untung saja tidak ada siapa-siapa. Mereka semua pasti telah menungguku di gereja. Aku terus berlari. Tak peduli kemana harus pergi. Aku tak mau pernikahan ini terjadi, walaupun pada awalnya aku sendiri yang menyebabkan pernikahan ini. Aku tak mau terjebak bersama pria yang tidak ku sukai itu.
Aku melirik handphoneku yang terus bergetar. Kyuhyun sedari tadi menghubungiku, mungkin orang-orang tengah mencariku saat ini.
Langkah kakiku terhenti ketika sampai di taman belakang gedung gereja ini. Tak ada jalan keluar, yang ada hanyalah pagar tembok gereja. Aku bisa saja memanjatnya, tapi gaun pengantin sialan ini masih melekat pada tubuhku. Aku terjebak jalan buntu. Well, sepertinya aku hanya bisa menunggu keajaiban, seseorang datang membawaku kabur dari sini.
***
Eunhyuk’s Pov
Pintu kayu itu terbuka, aku sedikit lega ketika melihatnya. Musik hymne pernikahan mulai mengalun, namun tiba-tiba saja berhenti ketika melihat yang masuk ke dalam gereja bukan mempelai wanita, melainkan kakek Jisoon diikuti beberapa bawahannya. Dia tampak panik. Biar kutebak, pasti gadis itu berbuat onar lagi.
“Jisoon menghilang dari ruangan rias.”
“Mwo ?” teriakku tanpa sadar.
“Jadi bagaimana pernikahannya ?” tanya pastor yang masih berdiri di belakangku.

“Pernikahannya tetap berjalan. Kumohon, tunggu sebentar.” Pinta kakek Jisoon pada pastor yang akan menikahkanku dengan gadis aneh itu. “Cari dia sekarang!”
Aku pun berlari keluar dari gedung, sempat kulirik Kyuhyun yang juga berlari mengikutiku. Beberapa tamu undangan sudah terlihat kesal dengan insiden ini. Dimana gadis itu ? Aku berlari menuju ruangan rias. Walaupun aku tahu dia sudah tidak ada disana, tapi siapa tahu aku bisa menemukan sesuatu yang bisa menunjukkan keberadaannya.
Kubuka  pintu ruangan itu. Kosong. Gadis itu benar-benar pergi. Aku sedikit bersyukur. Tapi kenapa tidak dari kemarin dia kabur ? Membuat semua repot saja. Aku melihat sepasang high heels tergeletak di lantai. Pasti sepatu itu adalah miliknya. Aku memungut sepatu itu. Gadis itu benar-benar kabur.
“Apa kau menemukannya ?” tanya Kyuhyun yang baru saja masuk dalam ruangan. Aku menggeleng menjawab pertanyaannya.
“Dia pasti masih ada di sekitar sini, hyung. Menurut penjaga, pintu keluar gereja hanya ada di depan. Para penjaga pasti melihatnya kalau dia keluar dari sini.” Jelas Kyuhyun. Betul juga apa yang dikatakannya. Gadis itu tak mungkin bisa keluar dari lingkungan gereja kalau tak melalui pintu depan. Kecuali kalau dia memiliki kekuatan ajaib untuk bisa berteleportasi.
“Mungkin dia kabur karena memikirkan ucapanku.”
“Apa yang kau katakan padanya ?” tanyaku
“Aku bilang padanya, kalau jangan mempermainkan pernikahan.” Jawab Kyuhyun. Aku memegang daguku, berpikir sejenak. Benar juga, pernikahan sebenarnya tidak bisa dipermainkan seperti ini. Semestinya aku juga harus menolak pernikahan ini karena aku tak menyukai Jisoon. Apa aku juga harus kabur seperti Jisoon ?
Tidak! Jangan! Lebih baik jangan, kakek akan mati mendadak kalau sampai aku melakukannya juga. Lebih baik aku menerima pernikahan ini. Sebagai balas budiku pada kakek yang telah membesarkanku. Merawatku sejak kecil dan membiayai segala keperluanku. Kalau saja bukan karena kakek, aku juga tak ingin menikah dengan gadis yang bahkan belum ku kenal dengan baik itu.
“Hyung, lebih baik kau mencarinya sekarang.” Kyuhyun memegang bahuku. “Kau tentunya tidak ingin membuat tuan park terkena serangan jantung lagi kan ?”
Aku mengangguk menyetujui ucapan Kyuhyun.
“Kalau kau menemukannya hyung. Berarti Tuhan benar-benar menakdirkan kalian menikah.”
“Pernikahan ini disengaja. Bukan takdir Tuhan, Kyu.” Protesku.
“Cepat kau cari dia, hyung.” Kyuhyun mendorong tubuhku keluar dari ruangan. Refleks kakiku bergerak berlari, aku tak tahu ingin berlari kemana sebenarnya. Kubiarkan kakiku berlari sendiri, menuntunku. Kubiarkan kakiku menunjukkan takdirku.
Aku sampai di belakang gereja. Aku baru tahu kalau di belakang gedung ini ada sebuah taman. Samar-samar kulihat seorang gadis duduk di sebuah bangku. Tubuhnya merunduk, mengikat tali sepatunya. Kulirik sepasang high heels yang sedari tadi ku pegang. Aku mendekati gadis itu. Gaunnya sedikit kusut, rambutnya mulai berantakan. Keringat bercucuran di keningnya, membuat make up-nya sedikit luntur.
Ku tatap gadis itu yang masih mengikat tali sepatunya. Apa benar dia takdirku ? Apa tuhan menakdirkanku harus hidup dengan gadis ini. Tidak. Tidak mungkin. Ini hanya pernikahan kontrak. Bukan pernikahan sungguhan. Aku dan gadis itu tidak saling suka. Tak mungkin dia adalah takdirku.
Tapi kalau benar Park Jisoon adalah takdirku. Apa aku harus percaya dengan adanya takdir ?
***
Jisoon’s Pov
Aku duduk sendiri di bangku taman. Aku tak tahu harus berbuat apa. Kalau aku keluar lewat pintu depan, orang-orang pasti akan menemukanku. Aku juga harus berpikir panjang kalau ingin memanjat tembok di hadapanku itu. Tak mungkin pula aku kembali masuk dalam gereja dengan penampilan yang berantakan seperti ini. Ku usap keringat yang membasahi dahiku. Astaga… panas sekali. Gaun ini membuatku kepanasan.
Aku memainkan kakiku, mengayun-ayunkannya seperti anak kecil. Kulihat tali sepatuku yang terlepas. Kutundukkan badanku untuk mengikat tali sepatuku. Saat kurapikan simpulnya,aku tak menyadari seseorang berdiri di hadapanku. Aku baru menyadarinya ketika melihat sepasang sepatu berjalan kearahku. Baru saja aku ingin mendongakkan kepalaku, pemilik sepatu itu kini berjongkok di hapapanku.
Dia adalah orang yang akan menikah denganku. Lee Hyukjae. Pria itu merunduk di hadapanku. Kuperhatikan raut wajahnya yang serius ketika membuka sepatu converseku dan menggantinya dengan high heels. Dia memakaikan kakiku dengan heels yang telah ku lempar tadi.
“Apa yang sedang kau lakukan disini ?” tanyanya pelan. Wajahnya mendongak kearahku yang masih terus menatapnya. Jarak diantara kami sangat dekat. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang menderu menerpa wajahku.
“Apa kau ingin lari dari permainan yang kau buat sendiri ?” tanyanya lagi tanpa membiarkanku menjawab pertanyaannya.
Eunhyuk bangkit berdiri dan menarikku ikut berdiri juga. Tangannya bertengger di pinggulku. Baru saja aku ingin memarahinya karena dengan beraninya dia menyentuhkan tangannya di tubuhku. Tapi entah kenapa mulutku tidak bisa berkata-kata, seperti terkunci.
Pria itu memajukan tubuhnya sehingga wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari wajahku. Aku bisa mencium aroma tubuh pria gila itu yang membuatku sedikit kelimpungan. Baiklah, aku akui kalau aku sedikit terpesona. Cuma sedikit. Tak lebih. Aku bahkan menyesali telah mengakuinya.
“Dengarkan aku, Park Jisoon… Kau harus mempertanggung jawabkan permainan yang telah kau mulai sendiri. Kau tidak boleh kabur begitu saja.” Eunhyuk menyentil keningku lalu tubuhnya dimajukan lagi hingga hidung kami hampir beradu. Dia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya lalu berjalan pergi. Baru beberapa langkah, pria itu menoleh lagi.
“Temui kakekmu sekarang juga, ku tunggu kau 5 menit lagi di depan altar. Arasseo ?”
***
Aku tidak tahu ada apa denganku. Tanpa perintah dari otakku, kakiku berjalan ke ruang rias kembali untuk merapikan riasanku. Kakiku seolah bergerak sendiri setelah Eunhyuk mengatakan dia akan menunggu di depan altar. Kakek sepertinya sudah menungguku di depan pintu. Mungkin dia khawatir aku kabur lagi.
“Ne, sudah selesai” seru perias itu. Aku membuka mataku dan mengamati bayangan diriku di depan cermin. Riasanku kembali rapi seperti semula. Aku sedikit mengagumi pantulan wajahku di cermin. Ini seharusnya menjadi hari bahagiaku. Seharusnya, karena pada kenyataannya. Aku memang tak bahagia.
“Sudah siap ?” tanya kakek ketika masuk ke dalam ruangan. Aku tersenyum kecut padanya. Dan dia membalasnya dengan senyuman yang sangat bijaksana. Aku tak pernah siap untuk semua ini.
“Kau kemana saja tadi ?” Tanya kakek begitu sudah berdiri di sampingku. Aku hanya tersenyum lebar dan menaikkan jari telunjuk dan jari tengahku.
“Aku menelpon orang tuaku tadi.” jawabku berbohong.
“Kakek kira kau kabur dari pernikahanmu.”
Aku memang berniat kabur tadinya.
“Kau terlihat sangat cantik” Katanya lagi. Membuat dengan cepat aku mengangkat kepalaku. Ku tatap wajah kakek dengan mulut sedikit menganga. Kakek memujiku. Cucu kesayanganmu memang sangat cantik kakek.
Kakek terkekeh sebentar dan kembali tersenyum padaku. Senyuman bijaksananya membuatnya tampak lebih muda. Ini pertama kalinya ku lihat  kakek tersenyum lebar.
“Pengantin dan pengiring segera bersiap di depan gerbang” perintah wedding planner.
“Ayo,” panggilan kakek sukses membuyarkan lamunanku. Aku menggandeng lengan kakek berjalan menuju gedung gereja. Tempat pernikahanku akan berlangsung.
“Pengantin wanita bersiap masuk” suara yang kudengar dari dalam ruangan. Membuat jantungku kembali berdetak tak karuan. 10 kali lipat lebih kencang dari saat aku merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Tapi aku tahu, ini detak jantung ketegangan sekaligus ketakutan. Tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan cinta. Karena memang, aku dan calon suamiku tidak punya perasaan apapun.
Pintu kayu di hadapanku terbuka lebar. Bisa kulihat seorang pria dengan tuxedo hitam yang berdiri di ujung altar melihat ku sambil tersenyum. Cih, sempat-sempatnya dia tersenyum. Begitu juga dengan pastor yang berdiri di belakangnya. Juga belasan pasang mata dari tamu-tamu undangan melihat antusias padaku. Membuatku tambah gugup. Aku memegang erat lengan kakek.
“Santai saja. Anggap saja hanya ada kau di ruangan ini. Tidak perlu gugup”
Aku melirik kakek sebentar dengan kembali mengulas senyum pada bibirku.
“Sudah siap?”
Aku mengangguk dan sedetik kemudian instrumen khas pernikahan terdengar nyaring di ruangan ini.
Aku mulai melangkahkan kakiku menyusuri karpet merah yang terus mengantarku hingga ke depan altar. Tepat dimana Eunhyuk menungguku sambil terus tersenyum. Tidak ingin mengecewakan keluarga dan tamu undangan. Aku juga memaksakan diri tersenyum selama berjalan menuju altar.
Sesampainya di depan Eunhyuk. Kakek menyerahkan tanganku pada Eunhyuk. Eunhyuk menerimanya sambil terus melayangkan senyuman terbaiknya. Aku muak melihat senyumnya yang sok manis itu.
Kemudian dia mengajakku naik ke altar. Tempat dimana pastor sudah menunggu di hadapan kami. Dan upacara pernikahan di mulai. Dadaku semakin bergemuruh hebat.
Aku cukup heran melihat tidak ada sedikitpun raut wajah ketegangan pada Eunhyuk. Hebat sekali! Dia keliatan biasa saja dengan keadaan ini. Seperti orang yang sudah berpengalaman.
Aku terus bergumam dengar argumenku sampai saat sang pastor memanggilku.
“Nona Park Jisoon, kau bersedia?”
“Mwo ? Bersedia apanya ?” Kalimatku itu begitu saja keluar dari mulutku. Aish! Bodohnya aku. Eunhyuk meremas tanganku, berusaha menyadarkanku dari kebodohanku sendiri.
“Dia mungkin terlalu gugup.” Bisik Eunhyuk pada pastor. Pastor itu menganggukkan kepalanya memaklumiku. Untung saja, para tamu undangan tak mendengarku tadi.
“Nona Park Jisoon, apakah kau bersedia ?” tanya ulang pastor itu. Aku menelan ludahku dengan susah payah. Sementara jantungku kembali berdebar-debar. “Akan berjanji untuk selalu setia. Dalam suka maupun duka akan selalu bersama…”
Aku menarik nafas dalam-dalam sebelum mengucapkan janji pernikahan itu. Ayolah Jisoon, kau bisa! Kau pasti bisa!
Setelah merasa siap, akhirnya aku mengatakannya juga.
“Ya, aku bersedia.”
Dan aku bisa mendengar riuh tepuk tangan para tamu undangan. Eunhyuk beranjak menyematkan cincin pernikahan di jari manisku. Dan aku melakukan hal yang sama. Hingga aku kembali mendengar tepuk tangan membahana ke seisi ruangan ini.
“Sekarang kau boleh menciumnya.” Kata pastor nya lagi. Aku hampir saja melotot mendengarnya. Astaga, Eunhyuk tidak benar-benar akan menciumku kan?
Deg, jantungku kembali tak bisa diam. Terus saja berdetak sampai Eunhyuk mendekat. Wajahnya semakin dengan wajahku. Ku lihat matanya mengedip sebelah, lalu menjulurkan lidahnya kearahku. Sialan! Sempat-sempatnya dia mengejekku disaat seperti ini. Awas kau, Lee Hyukjae!
Ku pejamkan mataku erat. Tak mau melihat kejadian ini. Aku merasakan bibir dinginnya menyapu permukaan bibirku dengan cepat. Ciuman pertamaku. Dia mengambilnya… Sialan kau Lee Hyukjae. Aku akan mematahkan lehernya setelah upacara pernikahan ini.
Oh Tuhan!!! Bibirku telah ternodai.
***
Eunhyuk’s Pov
“HAHAHAHAHAHAH…”
Aku memegangi perutku yang sakit karena sedari tadi tertawa. Aku terus menertawakan gadis aneh yang telah menjadi istriku ini.
“Kenapa kau menciumku, brengsek ?” protesnya. Tangannya memukul bahuku keras. Aku masih terus saja menertawakannya. Ekspresinya sangat lucu ketika aku menciumnya tadi. Seperti orang yang tak pernah ciuman sebelumnya.
“Yak! Dasar pria mesum. Aku akan membunuhmu setelah acara ini.” Teriaknya lagi. Suaranya tenggelam oleh suasana pesta pernikahan kami yang sangat ramai yang dihadiri oleh rekan bisnis kakek.
“Kau ini lucu sekali…” ujarku sambil kembali menertawakannya.
“Kau merebut ciuman pertamaku.”
Aku menahan tawaku. Ciuman pertama katanya ? Jadi aku pria pertama yang menciumnya ?
“Jadi aku pria pertama yang menciummu ?”
“Aisssshhh!!!” dengusnya kesal. Aku meringis kesakitan ketika gadis itu menarik rambutku. Tenaganya seperti seekor monster.
“Ahhh Yak! Yak! Sakit bodoh!!!” Aku berusaha melepaskan tangannya dari rambutku. Sepertinya aku baru saja menikah dengan seekor monster. Dia semakin menarik rambutku dengan kuat. Aku merasakan rambutku tercabut sampai keakar-akarnya.
“Lepaskan!! Yak! Kau tidak malu dilihat oleh para tamu.”
“Aku tak peduli. Aku ingin menjambak rambutmu sampai kau mati.”
“Yak!!! Sakit bodoh!! Lepaskan tanganmu.”
“Shireo!! Biar kau mati saja.”
“PARK JISOON… APA YANG KAU LAKUKAN ?”
Aku selamat!!!
Terima kasih Tuhan… kau mendatangkan orang untuk menyelematkanku. Untung saja ada orang yang datang menginterupsi kami. Sehingga aku bisa lepas dari cengkraman gadis monster ini. Mulai sekarang aku akan memanggilnya monster. Tenaganya benar-benar melebihi seekor monster.
“Gomawo Kyuhyun-ah… Kau baru saja menyelamatkanku dari monster ini.” Ucapku pada Kyuhyun. Kyuhyun menaikkan sebelah alisnya melihat apa yang kami lakukan tadi. Lebih tepatnya apa yang dilakukan gadis monster itu padaku.
“Kau memanggilku apa ? hah ?”
“Monster. Asal kau tahu saja, tenagamu itu melebihi seekor monster.” Dengan cepat aku berlindung di balik punggung Kyuhyun sebelum gadis ini mengamuk dan menelanku hidup-hidup.
“Yak! Lee Hyukjae!!!!! Awas kau!!!”
***
Taewoo terus memerhatikan cucunya dari jauh. Dia menggeleng pelan ketika melihat cucunya itu sedang bertengkar dengan suaminya. Dilihatnya Kyuhyun tengah melerai mereka berdua. Taewoo memberi kode kepada Kyuhyun dari jauh untuk menghampirinya.
“Apa yang terjadi ?” tanya kakek begitu Kyuhyun telah berdiri di hadapannya
“ne?” jawab kyuhyun gugup. Dia menggaruk belakang kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Lalu melirik sebentar kearah kedua pasangan pengantin baru itu. Untungnya saat ini mereka berdua terlihat damai dan tidak bertengkar lagi.
“Mereka sedang menerima tamu, tuan.” Jawab Kyuhyun berbohong. Hanya jawaban itu yang bisa muncul di otaknya.
Taewoo tertawa sejenak, dia menepukkan tangannya pada bahu Kyuhyun. “Jangan membodohi orang tua ini, Cho Kyuhyun. Aku mengetahui apa yang sebenarnya terjadi disini.”
Kyuhyun tercengang beberapa saat. Jangan sampai Taewoo mengetahui rahasia Jisoon yang sebenarnya.
“Aku tahu semuanya…” Ulang kakek. “Aku kenal bagaimana cucuku itu. Tidak mungkin keluarga park bisa bertindak sebodoh itu. Tidak mungkin cucuku sendiri memberikan tubuhnya secara cuma-cuma pada orang lain. Disentuh pria lain saja anak itu akan marah. Dan asal kau tahu saja, Jisoon itu tidak pandai berbohong.” Kakek tertawa setelah menghentikan kalimatnya. Dia merangkul bahu Kyuhyun yang hanya bisa terdiam.
“Kamar mereka malam itu telah dipasangkan cctv. Tentu saja aku mengetahui apa yang terjadi malam itu. Mereka tidak melakukan apa-apa. Aku sedikit terkejut ketika Jisoon mengatakan kalau mereka melakukan sesuatu. Entah apa yang direncanakannya… Tapi aku justru kasian melihat Lee Hyukjae.”
“Lalu apa yang akan anda lakukan setelah ini ?” Akhirnya Kyuhyun berani mengeluarkan pertanyaannya.
“Biarkan mereka seperti itu. Mereka akan tinggal serumah dan aku meminta bantuanmu untuk mengawasi mereka. Laporkan semua kejadian di rumah mereka nanti padaku. Aku percaya padamu, Cho Kyuhyun.” Park Taewoo pun berlalu pergi meninggalkan Kyuhyun dengan segala pikiran yang berkecamuk di kepalanya.
Kyuhyun menggangguk pelan. Kembali dia melirik kepada pasangan pengantin baru itu.
“Mungkin sudah seharusnya Jisoon menikah dengan Lee Hyukjae.”
***
In a apartement – Beijing
Matanya terus tertuju pada layar iPadnya yang menampilkan berita pernikahan salah satu cucu dari orang yang paling berpengaruh di Korea Selatan. Pria itu tersenyum licik sambil terus menarikan tangannya di permukaan layar iPadnya.
“Selamat Lee Hyukjae… Kau baru saja menjadi milyader.”
Pria itu bangkit dari duduknya dan meletakkan iPadnya di atas meja. Tangannya mengambil ponsel di atas nakas. Dia menekan beberapa dijit nomor pada keypad ponselnya sebelum dia menempelkan benda itu di telinga kirinya.
“Apa malam ini ada penerbangan ke Incheon ?”
“Baiklah… Besok aku akan pergi ke  Incheon.”
***
Jisoon’s Pov
“Yak! Bisakah kau cepat sedikit ? Aku hampir mati kepanasan karena gaun ini.”
Aku terus mengetuk pintu kamar mandiku dengan keras. Sudah 2 jam Eunhyuk berada di kamar mandi. Entah apa yang dilakukannya. Kenapa dia tidak tidur di kamar tamu saja?  Kenapa kakek harus menyuruhnya tidur di kamarku ?
Kalau saja dia tidak berstatus sebagai suamiku, aku sudah menendangnya jauh-jauh dari kamarku. Atau mungkin aku menendangnya jauh-jauh dari kehidupanku. Pria itu sudah cukup membuat kepalaku sakit.
Pintu kamar mandi itu terbuka, dengan cepat aku menutup mataku. Pria itu hanya mengenakan handuk. Apa otaknya tidak berpikir kalau ada aku dalam kamar ini ?
“Tingkahmu berlebihan sekali.” Komentarnya.
“Cepat pakai bajumu, bodoh!” teriakku sebelum berlari masuk ke dalam kamar mandi untuk mengganti bajuku.
Aku masuk ke dalam kamar mandi. Aku mencoba untuk menarik resleting gaun yang ada di punggungku. Tapi tanganku tak sampai untuk membuka resleting gaun yang ku pakai.
Oh-oh, apa yang harus ku lakukan ?
Tidak mungkin aku menyuruh Eunhyuk membuka gaunku. Aku harus memanggil pelayan untuk membantuku.
“Eunhyuk-ah… Bisakah kau memanggilkanku pelayan ?” teriakku dari dalam kamar mandi. Tapi tak ada jawaban sama sekali.
“Yak! Lee Hyukjae, apa kau mendengarku ?” teriakku lagi. Tiba-tiba pintu kamar mandi terjeblak terbuka. Sial! Aku lupa menguncinya. Eunhyuk masuk ke dalam kamar mandi dengan tatapan herannya.
“Ada apa ?” tanyanya.
“Ani… Keluar dari sini!” Perintahku.
“Apa kau perlu bantuan ?” tanyanya lagi.
“Aku tidak bisa membuka gaunku.” Jawabku lirih lalu menundukkan kepalaku. Tidak mungkin pria ini yang ku suruh membukanya. Satu-satunya jalan adalah, tidur dengan memakai gaun ini.
“Sini kubantu…” ujarnya.
Baru saja aku ingin menghalanginya tapi tangannya sudah menarik punggungku terlalu dekat dengan tubuhnya. Dengan gerakan cepat dia menarik resleting gaunku. Dari ekor mataku, aku bisa melihatnnya menahan nafasnya. Tangannya seakan takut menyentuh punggungku.
“Sudah…” Ucapnya cepat lalu segera keluar dari kamar mandi.
Aku akhirnya bisa mengganti gaunku dengan piyama yang sering ku pakai. Aku keluar dari kamar mandi dan melihat Eunhyuk duduk di tengah tempat tidur.
“Bagaimana kontraknya ?” tanyanya begitu aku sudah duduk di tepi ranjang. Dia menendang pelan punggungku, membuatku hampir terjatuh.
“Yak!” sungutku. Hampir saja aku menarik rambutnya lagi kalau saja tidak mengingat ini sudah larut malam. Konyol sekali kalau orang-orang terbangun hanya karena teriakan pria gila itu.
“Aku sudah menulisnya.” Aku membuka laci dekat tempat tidurku dan mengeluarkan selembar kertas. Ku sodorkan kontrak yang telah ku tulis pada Eunhyuk. Dia membacanya dengan seksama dan mimik wajah serius yang berlebihan.
“Tidak boleh ada hubungan intim… Tidak boleh saling mencampuri urusan. Tidak boleh berada dalam satu ranjang kecuali dalam keadaan genting. Berpura-pura seperti pasangan suami istri di depan umum terutama di depan kakek.” Eunhyuk membacakan isi kontrak itu dengan secara lisan. “Hanya itu saja ? Kalau itu aku setuju saja.”
Dia mengambil sebuah bolpoint dari laci dan menandatangani kontraknya. Lalu menyodorkan bolpoint itu padaku. “Lalu kapan kita akan berpisah ?”
“Setelah aku berhasil merebut hati Kibum oppa.”
“Kau masih mengharapkannya ? hatinya sudah dimiliki sepenuhnya oleh Yoonhae.”
“Makanya, kau harus membantuku untuk mendekati Kibum oppa. Biar kita bisa segera bercerai dan aku bisa menikah dengan kibum oppa.
“Jadi karena itu kau mau menikah denganku ?”
Aku mengangguk pasti, “ Tepat sekali. Kau lebih mengenal Kibum oppa. Jadi aku mendapat keuntungan dari pernikahan ini kan ?”
“Lalu apa yang ku dapat dari pernikahan ini ?” tanyanya lagi.
“Apa yang kau minta ?”
Eunhyuk tampak berpikir sejenak, “Aku ingin memiliki studio rekaman pribadi.”
“Kau pandai bermain musik ?” tanyaku terkejut. Aku baru mengetahui bakatnya yang itu.
“Aku suka mengarang dan membuat lagu.” Jawabnya “Masih ada yang ingin ku minta. Tapi lain kali saja.”
“ara…ara… aku akan memberikan apa pun yang kau minta.”
Eunhyuk tersenyum sejenak lalu menatapku dengan pandangan yang sama sekali tidak ku mengerti.  Senyumnya itu membuat bulu kudukku meremang. Tunggu dulu, jangan-jangan dia salah paham dengan ucapanku barusan. Maksudku bukan seperti itu.
“Benarkah kau akan memberikan apa pun yang ku berikan ?” tanyanya dengan nada suara yang genit. Membuatku bergidik ngeri.
“Jangan salah paham….” ku mundurkan tubuh karena tubuhnya semakin mendekatiku. Apa yang mau dilakukan pria ini. Ya Tuhan!!! Jangan bilang kalau dia akan melakukan…. SELAMATKAN AKU!!!!
“Aku juga ingin mendapatkan keuntungan dari pernikahan ini.” Tubuhnya semakin dekat, tangannya menangkap tanganku dan saling menautkannya. Menarik tubuhku agar lebih dekat dengannya lagi.
“tapi… bukankah…”
Aku memejamkan mataku ketika wajahnya sudah bergerak maju. Tuhan… Jangan sampai ini terjadi ? Aku tidak ingin pria bodoh ini menyentuh tubuhku sedikit pun. Beberapa menit ku pejamkan mataku, tidak terjadi apapun.
Takut-takut ku buka mataku, kulihat pria itu sekarang tengah berdiri di hadapanku sambil tertawa. Aish! Dia mengerjaiku lagi.
“Hahaha… Ekspresimu lucu sekali, Jisoon-ah.”
“Yak!!!!!!”
Eunhyuk berdeham meredakan tawanya, “Aku tadi hanya bercanda, Jisoon-ah. Bukankah mulai saat ini kita akan menjadi teman ? Aku sangat suka bercanda. Kau harus tahu bagaimana sifatku.”
Tangannya terulur di hadapanku hendak saling berjabat tangan, “Mulai saat ini kita adalah teman. Saling membantu dan saling berbagi jika ada masalah. Sebagai teman, aku akan mendengarkan semua masalahmu jika kau mau.”
Aku terdiam menatap tangannya yang masih terulur di hadapanku.
“Deal ?”
Aku tersenyum licik menatapnya. Kubalas uluran tangannya. Aku segera menarik tangannya, begitu dia lengah kudekatkan tangannya dengan mulutku. Lalu aku menggigit tangannya kuat.
“AKKKHHHHHH!!!!” Eunhyuk menjerit kesakitan.
Rasakan kau Lee Hyukjae. Ini pembalasanku karena telah mengerjaiku dari tadi.
“yakk!!! Lepaskan tanganku.”
“Rasakan pembalasanku, pria mesum!”
***
TOK TOK TOK
Aku menggeliat pelan di atas tempat tidurku. Siapa yang berani sekali mengganggu tidurku ?
TOK TOK TOK
Aish! Orang itu benar-benar kurang ajar… Apa dia tidak tahu kalau aku sedang tidur.
“Yak! Jisoon-ah… Cepat buka pintunya.”
“Kau saja yang membuka pintunya.”
Tunggu dulu! Kenapa ada suara pria di dalam kamarku ? Ah tidak mungkin.
“Aku masih ingin tidur.”
Aku menoleh ke sampingku, kulihat seorang pria tidur di satu ranjang yang sama denganku.
“KENAPA KAU ADA DI KAMARKU ?”
Eunhyuk terbangun dari tidurnya dan memukul kepalaku memakai bantal.
“Bodoh! Aku sudah menjadi suamimu.”
Astaga, aku lupa kalau kemarin aku menikah dengan pria mesum ini.
“Cepat buka pintunya sana.” Perintahnya lalu mendorong tubuhku untuk segera membuka pintu. “eh tunggu sebentar.”
Eunhyuk menghampiriku. Masih dengan tatapan bingung, aku terpaku membiarkan Eunhyuk menggerayangi tubuhku. Dia mengacak-acak rambutku, lalu membuka dua kancing piyamaku. Celanaku ditarik sedikit turun ke pinggulku. Lalu dia sendiri membuka kaosnya dan melemparnya sembarangan.
Aku tersadar dengan apa yang dilakukannya. Siapa yang menyuruhnya bertelanjang dada seperti itu ?
“Apa yang kau lakukan ?”
Eunhyuk mengabaikan pertanyaanku. Dia membuka celananya dan melemparnya di lantai sembarangan. Lalu menutupi tubuhnya dengan selimut sebatas pinggang.
“Cepat buka pintunya!”
Aku hanya mengedikkan bahuku, tak mengerti dengan apa yang dia perbuat. Aku membuka pintu kamarku dengan enggan. Mataku sukses membulat bahkan hampir keluar dari rongganya, ketika melihat siapa yang mengetuk pintu dan menganggu tidurku.
“Kibum oppa ?”
Kibum oppa menutup mulutnya dengan tangan ketika melihat penampilanku. Aku menunduk dan memerhatikan hasil pekerjaan Eunhyuk barusan. Astaga! Aku baru sadar kalau dia mengacak-acak pakaianku agar supaya orang yang melihatku mengira aku telah…. Aish! Apa yang baru saja kau lakukan, Lee Hyukjae ?
Kulihat Kibum oppa mengintip ke dalam kamarku dan melirik Eunhyuk yang pura-pura tidur dengan keadaan telanjang dada.
“Sepertinya semalam ada pertandingan yang hebat.” Ejek Kibum oppa sambil menahan tawanya.
“Aish oppaa… ini tidak seperti yang kau pikirkan.” Sangkalku. Kibum oppa tertawa pelan. Aish! Wajahku pasti sudah sangat memerah saat ini.
“Kakek menyuruhku membangunkan kalian untuk sarapan pagi.”
“ne…oppa.”
Setelah Kibum oppa telah pergi. Aku membanting pintu kamarku dengan kencang. LEE HYUKJAE!!! HABIS RIWAYATMU KALI INI.
“Yak! Kau membuat kibum oppa salah paham.”
“Aku tidak tahu kalau itu adalah Kibum. Aku mengira dia adalah kakek.”
“AISSHHH! LEE HYUKJAE BABO!!!!!!”
***
Eunhyuk’s Pov
“Bagaimana kalau Kibum oppa semakin menjaga jarak dariku ? Bagaimana kalau Kibum oppa tidak mau memandangku lagi ? Apa yang harus ku lakukan ? Ini semua karenamu, babo.”
Jisoon daritadi mengoceh di sampingku sambil memegangi kepalanya. Aku hanya bisa terdiam dan memandang lurus ke jalan raya yang ada di hadapanku. Aku melihat tanganku yang memegang stir. Gigitan gadis itu membekas di tanganku. Bisa-bisa aku terkena rabies karenanya. Dasar gadis monster!
“Sudah sampai.” Kataku memecahkan keheningan. Jisoon menoleh kearahku sejenak, lalu turun dari mobilku. Dia terlihat kesulitan membawa buku-bukunya. Aku pun turun dari mobil. Bukan untuk membantu membawakan bukunya. Enak saja! Aku ini cuma suami kontraknya, bukan pembantunya.
Aku mendekati gadis yang telah menjadi istriku itu. Sorotan matanya seolah-olah melempar pertanyaan Apa kau ingin membantuku ? tapi bukan itu tujuanku. Aku hanya ingin sedikit menikmati hiburanku di pagi hari ini.
“Jisoon-ah…” Aku memajukan tubuhku mendekatinya. Menunggu reaksinya mendorongku, ataupun menarik rambutku. Gadis itu sepertinya sangat menyukai menarik rambutku. Tapi dia tidak mengerakkan tangannya sedikitpun.
“Wae ?” tanyanya bingung.
“Morning kiss.” Aku mengerucutkan bibirku mendekati bibirnya.
“Awww…”
Aku merasakan ada yang menginjak kakiku. Aku tahu kalau kaki gadis itulah yang menyebabkan sakit luar biasa pada kakiku.
“Apa salah kalau aku meminta morning kiss dari istriku ? hahahha” tawaku meledak. Aku meredakan tawaku sebelum gadis itu menghantamkan bukunya di wajahku yang tampan ini.
“Pergi dari hadapanku, pria mesum. Sebelum aku memenggal kepalamu.”
Aku segera berlari masuk ke dalam mobil. Gadis itu menatapku dengan tatapan membunuhnya. Aku hanya membalasnya dengan menjulurkan lidahku ke arahnya. Sepertinya aku menemukan hiburan baruku. Gadis itu. Aku sangat senang membuatnya mengamuk dan marah-marah seperti tadi.
***
Aku melajukan mobilku dengan kecepatan tinggi. Jalanan seoul mulai tampak ramai dengan pejalan kaki. Aku sedang menuju rumah seseorang. Orang itu adalah Park Hyerin. Dia gadis yang satu tahun lebih tua dariku.
Hyerin sudah kuanggap sebagai nunaku. Sudah lama aku memiliki perasaan dengannya, tapi aku takut, dia akan menjauhiku ketika dia sudah tahu dengan perasaanku. Maka dari itu, aku sering jalan bersama gadis lainnya, agar tak menampakkan kalau aku menyukai Hyerin.
Kami berdua dari panti asuhan yang sama. Park Taewoo -Kakek Jisoon, mengadopsiku dan akhirnya kami berpisah. Kami tetap berhubungan, aku masih sering mengunjungi panti asuhan itu. Namun, semenjak Hyerin nuna berumur 17 tahun, dia sudah tidak tinggal lagi di panti asuhan. Kini dia menyewa rumah di kawasan gangnam.
Aku saat ini tengah menuju ke rumahnya. Aku ingin menceritakan semuanya tentang pernikahan kontrakku padanya. Hanya Hyerin nuna tempatku berkeluhkesa. Hyerin nuna tahu semua tentang bagaimana suka dukaku tinggal di rumah orang terkaya di korea itu.
Kutepikan mobilku ketika sampai di depan rumah Hyerin nuna. Dari dalam mobilku aku bisa melihat 3 orang bertubuh besar yang mengenakan jas hitam di depan rumahnya. 3 Orang itu memakai kacamata hitam, agar tak ada yang bisa mengenalinya. Siapa mereka ? Aku menunggu beberapa saat di dalam mobilku. Sebelum masuk ke dalam rumah Hyerin nuna.
***
Hyerin’s pov
Aku membanting sumpitku ketika mendengar suara bel pintu rumahku berbunyi. Siapa yang pagi-pagi begini datang ke rumahku ? menganggu waktu sarapanku saja. Aku membuka pintu rumahku, dan sukses melototkan mataku ketika melihat siapa yang berdiri di depan rumahku.
3 orang pria di depan rumahku adalah suruhan penagih utang tempatku meminjam uang. Mereka pasti datang untuk menyita rumahku. Tidak! Aku tidak akan membiarkan mereka merebut rumah yang merupakan satu-satunya hartaku di dunia ini.
“Selamat pagi, nona.” Ucap salah satu dari 3 orang pria itu. Dia tersenyum padaku. Cih, senyumnya itu seperti mengejekku.
“Se… Selamat pagi…” balasku dengan gugup.
“Tak perlu basa-basi. Cepat ambil barang-barangnya.” Ujar salah satu lagi diantara mereka. Mereka bertiga menyerobos masuk ke dalam rumahku.
“Yak!!! Keluar kalian…” Aku menghalangi mereka sebisa mungkin, walaupun aku sadar kekuatan mereka jauh lebih besar dari kekuatanku. Mereka pun mendorong tubuhku keluar dari rumahku sendiri.
“Yak… Aku akan membayar utangku. Tolong jangan ambil barang-barangku.” Aku merengek sebisa mungkin. Aku memeluk kaki pria bertubuh besar itu. Apapun akan ku lakukan asal mereka tak mengambil barang-barangku.
“Aissssh!!! Urus gadis ini.” Pria yang ku peluk kakinya terlihat geram. Dia menendang tubuhku sehingga sedikit terhempas. Untungnya ada yang menahan tubuhku dari belakang.
Eh tunggu dulu ? siapa yang menahan tubuhku ? Aku menoleh ke belakang, dan melihat Eunhyuk menahan bahuku.
Eunhyuk ? Apa yang dia lakukan disini ?
“Berapa utangnya ? Biar aku yang melunasinya.” Aku terperangah melihat Eunhyuk yang masih berdiri di belakangku. Dia mengeluarkan sebuah kartu nama dari dompetnya, lalu menyodorkannya pada penagih utang itu.
“Aku akan membayarkan utangnya. Tinggal kalian sebut saja berapa yang kalian minta. Kalian bisa menghubungi nomor yang tertera di kartu itu.”
“Lee Hyukjae… Kau….”
TO BE CONTINUED

Opmerkings

Gewilde plasings van hierdie blog

Lirik Lagu Infinite Lately (White Confession) with Translate