Slaan oor na hoofinhoud

Do You Remember Me?

Do you remember me?
Cast:
-          Seo Joo hyun ‘SNSD’
-          Jung Jinwoon ‘2AM’
-          Park Jiyeon ‘T-Ara’
-          Im Seulong ‘2AM’
-          Lee HwanHee
                                                                             ***
POV: Seohyun
‘To love is nothing, To belove is something, To love and belove is everything.’
Begitulah tulisan terakhirku di diaryku yang kusimpan diantara buku-buku di ruang kerjaku
Mencintai seseorang yang tidak mencitai kita seperti tidak ada artinya, menaruh harapan yang tidak pasti. Semakin kita mencintai orang itu, pasti akan semakin sakit rasanya. Seperti kata orang-orang, Rasanya seperti kau memeluk kaktus, semakin erat kau memeluknya, maka semakin sakit pula rasanya. Sama seperti yang kurasakan sekarang, tapi.. kurasa sekarang waktunya untuk aku melepaskan pelukan itu perlahan-lahan dari Jinwoon..
Begitulah tulisan terakhirku di diaryku yang kusimpan diantara buku-buku di ruang kerjaku
~***~
Sudah seminggu ini aku bekerja di Rumah Sakit Seoul Medical Center sebagai dokter baru di Rumah sakit ini. Dokter-dokter baru lain termasuk aku seperti tidak diperdulikan disini, kami hanya diberi kesempatan untuk melihat saja dari jauh. Meski terkadang aku pergi ke Aula Rumah sakit Seoul Medical Center untuk bermain piano disitu..
Tidak peduli setinggi apa nilai dokter-dokter baru disini saat masih kuliah, semuanya seakan tidak dibutuhkan sama sekali di sini. 3 bulan lalu aku lulus kuliah kedokteran dengan nilai  yang cukup memuaskan, tetapi aku hanya menjadi seperti boneka saja disini. Sungguh menyebalkan!
Aku berjalan di koridor rumah sakit yang tidak begitu ramai hari ini, aku merasa tidak ada hal yang perlu kukerjakan di rumah sakit ini, hanya tinggal menunggu dokter-dokter senior itu pensiun dan saatnya dokter-dokter muda menjalankan tugasnya.
Tetapi tiba-tiba aku terpikir seseorang, teman SMAku, Jinwoon. Sudah 5 tahun aku tidak bertemu dengannya. Dulu dia murid yang sangat populer di SMA, semua siswi pasti menaksirnya, termasuk aku. Entah mengapa, sampai sekarang aku masih memendam perasaanku padanya dan tidak bisa melupakannya sampai sekarang. Padahal dia seakan tidak pernah melihatku, selalu bersikap dingin dan tidak pernah menyapaku sekalipun.
“Seohyun!” Panggil seseorang dibelakangku
“Aku punya kabar baik!!” Kata HwanHee, Sahabatku
“Apa itu?”
“Sooyoung-seonsaengnim yang biasa menangani semua pasien akan cuti selama 2 minggu! Kita akan ada kesempatan untuk menangani pasien!”
“Benarkah? Aah! Aku senang sekali!!”. Lalu aku dan HwanHee tertawa senang bersama-sama
Perkataan HwanHee benar, keesokan harinya Sooyoung-euisa seonsaengnim, seniorku cuti. Sekarang aku dan HwanHee lebih sering berjaga di UGD dan menangani beberapa pasien yang terluka kecil. Sekarang, aku baru merasa jika aku menjadi dokter! Bisa membantu orang yang sakit dan yang membutuhkan.
Seoul Medical Center, Beberapa hari kemudian di sore hari..
“Seohyun, malam ini kau berjaga di UGD bersama beberapa suster lain ya” Kata Seulong- seonsaengnim, teman seangkatan Sooyoung-seonsaengnim
“Ne, euisa seonsaengnim” Jawab Seohyun
“Tidak perlu panggil aku terlalu sopan seperti itu, panggil aku Seulong-seonsaengnim saja ^^” Kata Seulong-seonsaengnim sambil berjalan meninggalkan Seohyun
“Seohyun! Kau tugas malam ini ya?” Tanya HwanHee
“Iya, bagaimana rasanya tugas di UGD saat malam?” Tanya Seohyun
“Hanya menunggu pasien semalaman! Beberapa malam yang lalu saat aku jaga malam tidak ada yang datang ke UGD..” Jawab HwanHee lemas
“Haha.. Semoga aku bisa mendapat pasien malam ini!” Kata Seohyun
“Baiklah. Aku pulang dulu ya!” Kata HwanHee sambil melambaikan tangannya pada Seohyun
Satu jam berlalu.. Dua jam berlalu..
“Eonnie, Ini ada ramen” Kata seorang suster baru bernama Jiyeon
“Gamshahabnida ^^” Jawabku sambil mengambil ramen lalu memakannya dengan lahap
“Dari 3 hari lalu, belum ada pasien yang datang ke UGD saat malam hari, padahal biasanya rumah sakit ini ramai” Kata Jiyeon
“Biasanya Sooyoung-seonsaengnim dan Seulong-seonsaengnim berada disini hanya pada pagi sampai sore, mereka berdua selalu menjadi dokter langganan pasien disini” Kata Jiyeon
“Aku sebenarnya ingin mengambil spesialis anak.. Tetapi kurasa aku lebih nyaman menjadi dokter umum seperti sekarang” Ujarku
“Jadi dokter disini memang sulit, persaingannya sangat ketat. Sebenarnya Seulong-seonsaengnim dan Sooyoung-seonsaengnim pernah berpacaran, tetapi mereka sudah putus beberapa waktu yang lalu. Sejak saat itu mereka berdua bersaing ketat disini” Kata Jiyeon
“Waah, kau saja yang baru datang ke rumah sakit ini sudah tau banyak hal, aku yang datan glebih dulu malah tidak tahu tentang itu.” Kataku sambil tersenyum
“Aku tahu juga dari dokter-dokter lain yang berjaga disini saat malam. Aku memang seperti zombie, tidur saat siang hari, dan aktif di malam hari” Kata Jiyeon sambil tertawa
“Sebenarnya aku masuk jurusan kedokteran ini secara terpaksa.. Pada awalnya aku ingin masuk jurusan sastra, tetapi orangtuaku ‘memaksa’ku untuk masuk jurusan kedokteran.. Sebenarnya aku sedikit menyesal sih..” Kataku
“Aku juga.. Beberapa tahun yang lalu aku juga di’paksa’ orang tuaku untuk menjadi seorang perawat. Tapi aku turuti perintahnya saja, toh juga ada hikmahnya. Sekarang aku bisa membiayai keluargaku” jawab Jiyeon sambil tersenyum
Kami berdua berbincang-bincang tentang banyak hal hingga jam menunjukkan pukul 11 malam. Tiba-tiba ada telepon panggilan ambulans berbunyi. Beberapa saat kemudian ambulans tiba, dengan seorang namja yang berlumuran darah.
“OMO!! Dia habis kecelakaan? Kenapa darahnya banyak sekali?!” Tanya Jiyeon yang terkejut melihat keadaaan namja itu
“Kau bersihkan dulu darahnya, Nanti biar kuperiksa” Kataku dengan lagak layaknya seorang dokter profesional  dan Jiyeon pun mengikuti perintah dariku, meskipun sebenarnya aku panik, sangat panik
“Kurasa.. darahnya sudah tidak keluar lagi” Kata Jiyeon
Aku mulai memeriksa keadaan namja yang tidak diketahui itu, dia dikirim oleh polisi kesini karena menjadi korban tabrak lari beberapa menit lalu. Detak jantungnya teratur, tidak ada yang perlu dikhawatirkan pada namja itu
“Kurasa ia hanya mengalami benturan keras di bagian kepala.. Pasti besok atau lusa keadaannya sudah membaik” Kataku
“Tapi tadi aku shock sekali melihat kepalanya berdarah-darah.. untunglah dia tidak apa-apa” lanjutku
“Tidak ada anggota keluarganya pak?” Tanyaku pada polisi yang membawa namja itu ke rumah sakit ini. Polisi itu menggelengkan kepala
“Baiklah, saya pamit dulu. Terimakasih atas bantuannya euisa seomsaengnim” Kata polisi itu sambil membungkukkan badan
Jiyeon memanggil suster lain untuk membawa namja itu ke kamar pasien untuk memulihkan keadaannya.
~***~
Keesokan harinya..
Dengan berlari kecil aku pergi ke ruangan Seulong-seonsaengnim untuk memberikan kabar tentang kecelakaan namja misterius kemarin malam. Aku menceritakan hal-hal yang terjadi pada Seulong-seonsaengnim, satu-satunya dokter senior yang dekat denganku dan sering membantu dokter-dokter baru.
“Baiklah, kita lihat keadaanya” Kata Seulong-seonsaengnim sambil berjalan menuju kamar namja itu dan Seulong-seonsaengnim pun memeriksa keadaan namja itu
“Hmm.. sepertinya dia baik-baik saja, hanya terkena benturan dikepalanya. Ngomong-ngomong, kau sudah menghubungi keluarganya?” Tanya Seulong-seonsaengnim
“I.. Itu..Kata polisi kemarin sih identitasnya belum diketahui.. aku juga tidak tahu mau bagaimana.. Kata Jiyeon ditangani saja..” Jawabku. Seulong-seonsaengnim merogoh kantong milik namja itu dan menemukan dompet dan HP
“Dasar.. Polisi itu masa tidak melihat dompet dan Hpnya?!” Tanya Seulong-seonsaengnim sendiri
“Ini, dompet dan Hpnya, coba kau cek. Aku harus pergi duluan ya, sudah ada pasien yang menungguku sejak tadi” Kata Seulong-seonsaengnim sambil berjalan meninggalkan ruangan
Aku membuka perlahan-lahan isi dompet itu dan kucari tanda pengenalnya. Banyak sekali kartu kredit didalamnya, aku membuka satu persatu hingga kutemukan kartu pengenalnya
“Jung.. Jinwoon..” Kataku membaca tulisan itu
“Hah? Ji.. Jinwoon?!” Tanyaku kaget
Setelah kubaca identitasnya, memang itu benar Jinwoon, teman SMAku. Dan aku pernah memendam perasaanku padanya sampai sekarang. Aku mulai penasaran dan membuka Hpnya, mencari nomor orangtuanya. Tidak ada. Tiba-tiba aku teringat ucapan murid-murid lain, Jinwoon tinggal sendiri. Ia sudah tidak memiliki orang tua sejak ia SD.
Aku pun mulai mengutak-atik HP milik Jinwoon, isi SMSnya hanya kepada Jo Kwon, sahabatnya saat SMA di Ilsan. Isinya tentang dia yang akan diwisuda bulan depan. Lalu ada satu messege sebulan lalu dari Jo Kwon,
‘Jinwoon, kau masih ingat Seohyun yang dulu sempat kau taksir diam-diam? Dia sekarang jadi dokter lho! Dia memang anak yang pandai. Dulu kau bodoh sekali, tidak mau cepat-cepat menyatakan cinta padanya. Pasti kau diterima!’ Kata JoKwon dalam sms yang berada di HP Jinwoon
‘Sampai sekarang sebenarnya aku masih menyimpan perasaan itu.. Tapi yasudah lah dipendam saja, toh aku tidak bisa bertemu dengannya lagi’  Jawab Jinwoon
‘Didepan cewek-cewek kau terlihat sangat cool. Tapi dibelakang kamu sama aja  cowok lainnya! Ga berani nyatain cinta! Hahaha, bercanda aja kok.. Jangan dimasukin di hati ya, di lambung aja XD’ Kata Jo Kwon
Tiba-tiba seseorang merebut HP yang sedang kupegang, “Jinwoon?! Kau mengagetkanku!” Kataku yang melihat Jinwoon sudah sadar di tempat tidurnya
“Hah? Jinwoon siapa?” Tanya Jinwoon balik padaku
“Ji.. Jinwoon? Kau kenapa?” Tanyaku, aku langsung berlari dan memanggil Seulong-seonsaengnim
Seulong-seonsaengnim segera masuk dan mencoba memeriksa keadaan Jinwoon beberapa saat, “Kau ingat siapa namamu?” Tanya Seulong-seonsaengnim
“Hah? Namaku? Aku tidak tahu!” Jawab Jinwoon
“Lalu, apa yang kau ingat?” Tanya Seulong-seonsaengnim
“Aku hanya tahu dia mengotak-atik Hpku barusan ini” Jawab Jinwoon
“Selain itu.. aku tidak tahu” Lanjut Jinwoon pelan
“Kemungkinan besar terjadi gegar otak yang menyebabkan Ia kehilangan sebagian dari memori di otaknya” Kata Seulong-seonsaengnim
“Coba kau tangani pasien ini dulu” Kata Seulong-seonsaengnim sambil berjalan pergi kembali ke ruangannya, ia memang dokter yang sangat sibuk. Aku hanya bisa terdiam beberapa saat sambil berpikir apa yang harus kulakukan sekarang. Aku sangat gugup jika harus bertatapan langsung dengan Jinwoon sejak dulu
“B..Baik, Apa yang kau ingat tentang kejadian semalam?” Tanyaku
“Aku tidak mengingat apa-apa..”
“Sama sekali? Sedikit?”
“Tidak sama sekali, yang kutahu sekarang hanya kau yang mengotak-atik HP milikku!”
“Ma.. maaf, tapi aku tidak bermaksud yang macam-macam kok! Aku hanya ingin menghubungi keluargamu!”
“Keluargaku? Memang aku punya keluarga ya? Bukannya semua sudah tau saat aku sekolah di Ilsan, aku tinggal sendirian?”
“Nah, itu! Kau mengingat saat kamu bersekolah di Ilsan! Kita satu sekolah!”
“Iya, dan kau.. Sepertinya kamu tak asing bagiku” Kata Jinwoon sambil terus memandangi wajahku sambil berpikir keras
“Hei! Jangan berpikir terlalu keras dulu sekarang, lebih baik kau istirahat saja dulu!” Kataku sambil menyuruh Jinwoon membaringkan badannya
“Kau istirahat saja dulu, nanti siang aku akan kembali” Kataku sambil berjalan meninggalkan ruangan Jinwoon
POV: Jinwoon
Siapa aku? Dimana aku? Aku tidak mengingat apa-apa selain yeoja tadi mengotak-atik Hpku! Tapi, rasanya aku pernah melihat yeoja itu.. tapi dimana? Aaah!! Aku tidak bisa mengingat apapun!  Jinwoon? Namaku Jinwoon? Itu saja aku tidak ingat, apa yang sebenarnya terjadi padaku sekarang ini? Aku hanya membaringkan kepalaku di tempat tidur rumah sakit dan perlahan-lahan aku mulai tertidur..
Saat aku terbangun beberapa jam kemudian, sudah ada seorang yeoja cantik yang tadi masuk ke kamarku
“Oh, kau sudah bangun? Bagaimana keadaanmu sekarang?” Tanya yeoja itu
“Kurasa sudah lebih baik..Ngomong-ngomong, siapa namamu?” Jawabku
“Ah maaf, aku lupa memperkenalkan diriku. Namaku SeoHyun dokter baru disini yang menanganimu” Kata Yeoja itu
“Bangapta, Seohyun-seonsaengnim” Kataku
“Nado Bangapta, Jinwoon ^^” Jawabnya
“Sebenarnya kau siapa? Kenapa sepertinya aku pernah mengenalimu?” Tanyaku
“Oh.. Aku dulu temanmu di SMA..” Jawab Seohyun-seonsaengnim
“Hanya teman SMA ya? Kenapa aku merasa kau pernah menjadi seseorang yang berarti bagiku ya?” Tanyaku yang kebingungan sendiri
“Ah tidak, tidak pernah.. Dulu kau sangat terkenal di sekolah, Kau pasti salah orang..” Jawab SeoHyun-seonsaengnim. Aku mengamati wajahnya dan meningat-ingat sesuatu
“Tidak, kau orangnya!” Kataku tiba-tiba
POV: Seohyun
“Ma, Maaf Jinwoon, tapi sepertinya kau salah orang. Ini ada makanan untukmu” Jawabku, kurasa aku akan mengacaukan pikiran Jinwoon jika aku menuruti kata hatiku untuk mengubah segalanya dan membuat Jinwoon ingat lagi padaku. Aku segera pergi keluar ruangan
‘Kurasa.. Lebih baik Jinwoon tidak mengenalku. Masih ada banyak sekali yeoja lain di luar sana yang pantas untuk Jinwoon. Sedangkan aku? Aku hanya seorang yeoja kutu buku yang hanya bisa menyendiri..’ Kataku dalam hati sambil bersandar di dinding depan ruang Jinwoon
“Seohyun-eonnie? Apa yang kau lakukan disini? Kenapa kau tidak menangani pasienmu?” Tanya Jiyeon yang lewat didepanku
“Nanti saja, saat istirahat makan siang akan kuceritakan” Kataku pada Jiyeon
Istirahat makan siang..
Aku mengambil jatah makan siangku, semangkuk ramen. Sambil menunggu Jiyeon, aku mencari tempat duduk di kantin rumah sakit Seoul Medical Center.
“Jiyeon! Disini!” Kataku sambil melambaikan tangan pada Jiyeon
Lalu aku mulai menceritakan tentang semua ceritaku dan Jinwoon sejak SMA dulu, mulai dari saat aku pertama kali bertemu dengannya sampai sekarang.
“Hmm.. menurutku ini seperti kau bisa mengulang segalanya sesuai keinginanmu” Kata Jiyeon sambil mengunyah ramennya
“Hah? Maksudmu?” Tanyaku bingung
“Iya, aku dulu juga pernah melihat pasien seperti ini.. Dia hanya kehilangan sebagian ingatan dan meningat sebagian yang lain. Jika kamu membuatnya ingat padamu secara tidak langsung, pasti tidak akan menggangu memorinya kok!” Kata Jiyeon
“Iya juga ya, tapi masa setiap hari aku harus merawatnya?” Tanyaku
“Iya, kau kan yang sudah menanganinya dari awal. Mungkin kau hanya akan dibantu sedikit oleh Seulong-seonsaengnim” Jawab Jiyeon
“Waah, jadi ini pasien pertamaku ya? Aku senang sekali!!” Kataku
“Jadi, kau tidak menyesal kan? Masuk ke jurusan kedokteran?” Kata Jiyeon sambil tersenyum . aku menggelengkan kepala dan membalas senyum Jiyeon
~***~
Sehari pun berlalu begitu cepatnya, Aku mulai berpikir cara untuk memulihkan ingatan Jinwoon tentangku dan membuat perasaannya yang dulu tidak kuketahui, menjadi kuketahui sekarang!
“Pagi Jinwoon, hari ini kau akan menjalani terapi pertamamu. Setelah kau sarapan ikut aku ke ruang terapi ya!” Kataku sambil meletakkan sepiring sarapan di meja dekat tempat tidur Jinwoon.
Aku mengingat caraku dulu saat SMA, aku sering memberikan kertas bertuliskan ‘많이 먹으 세요, 진운니! ^^(Manhi Mokuseyo, Jinwoonnie!)’ di dekat piringnya dan aku melakukan itu juga sekarang
“Te..Terimakasih” Jawab Jinwoon sambil membaca tulisan  di kertas yang kuberikan itu
“Kutunggu ya!” Kataku sambil meninggalkannya di kamar
POV: Jinwoon
“많이 먹으 세요..진운이..! sepertinya aku pernah membaca tulisan sama persis seperti ini.. tapi kapan?” Tanyaku sendiri
“Ibuku? Aku tidak pernah mengalami masa-masa itu.. Tapi kalau bukan Ibuku yang pernah melakukan ini, siapa lagi?” Tanyaku lagi sambil mengerutkan dahi
“Ah sudahlah, lebih baik aku makan saja daripada memikirkan ini. Pasti setelah terapi beberapa kali ingatanku bisa pulih!” Kataku sambil mulai memegang sumpit dan memakan sarapanku
Tok, Tok, Tok!
“Masuk saja” Kataku sambil menelan sarapanku
“Cepat habiskan sarapanmu, kau sudah ditunggu oleh Seohyun-seonsaengnim” Kata seorang suster dengan tanda pengenal ‘Jiyeon’
“Iya, iya. Akan segera kuhabiskan” Kataku, lalu Suster itu berjalan keluar kamar
“Eh! Tunggu, aku mau bertanya sesuatu!” Kataku sambil memanggil suster itu
“Ya? Ada apa?” Tanya Suster itu
“Aku mau bertanya, Seohyun-seonsaengnim itu dokter baru ya? Sepertinya aku pernah mengenalnya..” Tanyaku
“Iya, dia dokter baru. Mungkin yeoja yang pernah kau sukai? Hihihi” Jawab Jiyeon sambil tertawa kecil lalu pergi
“Ah, dasar menyebalkan! Aku bertanya serius padanya!” Kataku
Aku segera turun dari tempat tidurku dan memakai sandal yang berada di dekat tempat tidurku dan mulai berjalan menuju ruang terapi.
“Seohyun-seonsaengnim?” Tanyaku sambil mengetuk pintu
“Ya? Masuk saja” Kata seseorang dari dalam
Terapi berjalan dengan lancar selama 30 menit, hingga Seohyun-seonsaengnim mengajukan pertanyaan padaku sebelum aku kembali ke kamar
“Jinwoon” Kata Seohyun-seonsaengnim
“Apa kau pernah ingat, ada seorang yeoja yang pernah kau sukai saat dulu?” Tanyanya
“Hah? Yeoja yang kusukai? Entahlah” Jawabku
“Yakin kau tidak tahu?” Tanya Seohyun-seonsaengnim
“Tidak, aku tidak ingat” Jawabku
“Baiklah, coba ingat-ingat perlahan mulai nanti setelah makan siang. Besok lusa kuharap kau mendapatkan jawabannya.” Kata  Seohyun-seonsaengnim
“Sekarang kau boleh kembali ke kamar. Istirahat yang cukup ya!” Lanjut  Seohyun-seonsaengnim sambil melemparkan senyumnya yang hangat
Aku segera berjalan meninggalkan ruang terapi dan melangkah menuju kamarku. Beberapa langkah aku berjalan
POV: Seohyun
Aku merapikan buku-buku bacaanku yang berada di tempat kerjaku. Semua buku sudah kubaca, sampai-sampai aku bosan membaca buku-buku itu berulang-ulang. Aku hanya meletakkannya ke rak buku dan kembali duduk termenung sendiri sambil memandang keluar jendela yang sedang hujan dan teringat saat pertama kali aku bertemu dengannya, Jinwoon
[Flashback]
Sejak tadi pagi, suasana di Ilsan sepertinya kurang baik, berawan sepanjang hari. Menghabiskan hari seperti ini akan lebih bermanfaat jika aku pergi ke perpustakaan sekolah.
Aku pun berjalan perlahan menuju sekolahku yang tidak terlalu jauh dari rumahku sambil melihat-lihat sekelilingku. Tetapi, tiba-tiba saja hujan mengguyur kota Ilsan.
“Aahh! Hujan!” Kataku sambil berteriak mencari tempat berteduh. Tetapi percuma saja, tidak ada tempat untuk berteduh. Aku pun menggunakan tasku untuk melindungi kepalaku dan berlari menuju sekolah.
Tetapi tiba-tiba aku tidak merasa ada tetesan air hujan lagi yang mengenaiku, Seseorang telah memayungiku. Aku menoleh ke arah belakang, tebakkanku benar. Ia adalah sesosok pria bertubuh tinggi dan berdada bidang
“K..Kau siapa? Tidak perlu membagi payung padaku” Kataku sambil menunduk, aku tidak berani menatap wajahnya
“Yeoja cantik sepertimu tidak seharusnya basah karena hujan seperti ini” Katanya dengan suara lembut
“Memangnya kau mau kemana?” Tanya namja yang membawa payung berwarna biru itu
“Aku.. Aku mau pergi ke perpustakaan sekolahku, disana” Jawabku polos sambil menunjuk gedung sekolahku yang sudah terlihat
“Tujuan kita sama! Bagaimana kalau kita pergi kesana bersama-sama?” Ajaknya
Aku menanggukan kepala tanda setuju dengan ajakannya dan aku berjalan disamping kanannya
“Hmm.. Namamu siapa?” Tanyanya
“Aku? Aku Seohyun.. Kamu?” Tanyaku balik
“Aku Jinwoon. Bangapta Seohyun-ah ^^” Kata Jinwoon, aku pun menatap wajahnya untuk pertama kalinya dan melihat eye-smilenya yang manis
“Na.. Nado Bangapta, Jinwoon” Jawabku yang masih terkejut melihat mukanya yang sangat tampan itu. Tanpa sengaja, aku melihat lengan kirinya yang basah terkena air hujan karena payung yang dibagi dua untukku.
Aku pun menggeser sedikit payung itu ke arah kiri, sehingga ia tidak lagi terkena air hujan.
“Ti.. Tidak usah, aku sudah biasa kok” Kata Jinwoon sambil mengembalikan posisi payung seperti semula
Di perpustakaan sekolah..
Aku mengambil sebuah novel yang ingin kubaca sejak dulu. Dan Jinwoon mengambil sekuel dari novel yang kuambil dan kami berdua duduk di dekat jendela dan sesaat memandangi halaman sekolah yang sedang diguyur oleh hujan.
“Kau suka cuaca hujan seperti ini?” Tanya Jinwoon yang duduk berhadapan denganku
“Aku sangat suka! Bagiku, hujan seperti menurunkan kebahagiaan kepadaku” Jawabku sambil tersenyum
“Aku juga menyukainya.. Pasti saat hujan ada sesuatu yang tak terlupakan olehku. Contohnya sekarang, aku bertemu denganmu” Katanya sambil membalas senyumku
“Sampai sekarang, aku penasaran. Jika kita bisa melupakan hal-hal kecil, tetapi kenapa.. Kita tidak bisa melupakan seseorang yang pernah kita kenal ya..” Kataku sambil memalingkan wajahku ke wajah Jinwoon
“Hmm.. Kurasa kita tidak bisa melupakan seseorang. Jika bisa, itu pun sulit. Mungkin semua itu berhubungan dengan memori di otak kita sendiri..” Jawab Jinwoon
“Aku juga pernah membaca suatu kutipan: Jika kau ingin melupakan seseorang, maka kau membutuhkan waktu sepanjang hidupmu” Kataku sambil memandang wajahnya
Lalu kami berdua terdiam dan membaca buku kami masing-masing, sesekali aku melihat wajahnya yang sedang serius membaca buku.
“Kau murid kelas 10 juga ya?” Tanya Jinwoon
“Iya.. Aku baru masuk tahun ini..” Jawabku, Kami pun kembali terdiam.
Aku melihat ada sebuah grand piano berwarna putih di perpustakaan itu.
“Kau tak keberatan kan, jika aku memainkan piano itu?” Tanyaku
“Kau bisa bermain piano? Aku sama sekali tidak keberatan!” Jawab Jinwoon tersenyum
Lalu aku duduk di depan piano itu, dan mencoba memainkan lagu yang baru kupelajari, Piano Concerto no. 21 karya Mozart.
“Waa!! Hebat sekali!!” Kata Jinwoon sambil bertepuk tangan
“Aku senang sekali bermain piano sejak aku SD dulu..Sampai sekarang pun aku masih belajar piano. Aku ingin sekali menjadi pianis kelak ^^” Jawabku
“Besok jika kau menjadi pianis, aku pasti akan menonton konsermu!” Kata Jinwoon
Siang itu kuhabiskan dengan bercakap-cakap dengannya. Sangat menyenangkan sekali hari itu. Dan tanpa kusadari, aku sudah jatuh cinta padanya. Secepat itu.
[Flashback-end]
“Hujan..” Kataku sendiri sambil memandangi tetesan-tetesan air di jendela ruang kerjaku
“Hmm.. Tapi hujan memang mendatangkan kebahagiaan, buktinya aku bisa bertemu dengan Jinwoon lagi sekarang” Lanjutku sambil tersenyum senang di ruang kerjaku
POV: Jinwoon
Aku membaringkan diriku di tempat tidur dan memandang keluar jendela melihat tetesan air yang membasahi jendela kamarku. Aku pun berpikir sejenak.. Apa yang sudah terjadi padaku selama ini, aku berusaha mengingat-ingat semuanya..
“Yang biasa kulakukan saat hujan.. Mungkin berkeliling sekitar rumah dengan payung?”
“Atau mungkin berjalan-jalan dengan yeoja-yeoja cantik? Hahaha..”
“Hmm.. sepertinya aku memiliki payung kesayangan berwarna biru..”
Aku terus berbicara sendiri sambil menatap kaca jendelaku yang tertuju pada menara yang cukup tinggi, Namsan Tower
“Kalau tidak salah.. Itu Namsan Tower..” Kataku sendiri sambil terus memandangi menara itu
“Aku benar-benar tidak sabar.. Tidak sabar agar semua ingatanku pulih kembali seperti dulu dan menyelesaikan tugas dari Seohyun -seonsaengnim”
“Tapi.. sebenarnya siapa ya.. Yeoja yang pernah kutaksir dulu?”
Daripada memikirkan itu sekarang, lebih baik aku tidur saja~
Tiba-tiba saat aku bangun..
“Ayo, Jinwoon. Cepat habiskan supmu pagi ini. Kalau sudah dingin nanti tidak enak lagi” Kata suster yang kemarin datang
“N.. Ng..” Jawabku sambil menanggukkan kepalaku dan aku menoleh ke luar jendela, sudah pagi.
“Kemarin kau tidur lama sekali, sampai kukira ada sesuatu yang terjadi padamu..”  Kata suster itu
“Mungkin karena aku terlalu banyak berpikir..” Jawabku
“Tidak usah terlalu dipaksakan, kalau kau benar-benar mau, cepat atau lambat kau pasti bisa mengingatnya” Kata suster itu sambil menuangkan air di gelasku
“Hmm.. Sebenarnya aku disuruh oleh Seohyun-seonsaengnim untuk mengingat yeoja yang pernah kusukai dulu.. Ah, tugas yang sulit sekali” Kataku sambil mengunyah, Lalu aku melihat kertas samam seperti kemarin berada persis di  depanku
“K.. Kau yang meletakkan ini?” Tanyaku
“Hah? Tidak! Ada seorang yeoja yang menitipkannya padaku untuk diberikan padamu” Jawab Jiyeon
“Ngomong-ngomong, dia siapa sih? Memanggilmu ‘Jinwoonie’ begitu?” Tanya Jiyeon
“Aku tidak tahu! ” Jawabku
“Mungkin fansmu? Hihihi” Kata Jiyeon sambil berjalan pergi meninggalkan ruanganku
“Dasar.. Tidak bisa diajak bicara serius..” Kataku menggerutu sendiri dan melanjutkan memakan sup yang sangat lezat itu.
“Eh! Tunggu sebentar!” Panggilku
“Ya?” Tanya Jiyeon
“Besok, aku minta sup ini lagi ya, boleh? Rasanya eeennaaaakkk sekali!!” Jawabku
“Baiklah, aku usahakan!” Kata Jiyeon
POV: Seohyun
“Aku tahu, Jinwoon itu sangat menyukai sup yang dulu pernah kukirimkan padanya diam-diam itu..” Kataku sendiri sambil berjalan di koridor rumah sakit
“Seohyun-eonnie!” Panggil Jiyeon dari arah berlawanan dariku
“Bagaimana? Kau sudah memberikan sup buatanku padanya?” Tanyaku
“Sudah! Dia sangat senang dengan sup itu! Besok pagi dia meminta sup itu lagi! Kau buatkan lagi ya!” Kata Jiyeon
“Waahh.. Benarkah? Aku senang sekali!! Terimakasih Jiyeon!” Kataku sambil tersenyum-senyum sendiri
“Sudah-sudah! Kembali kerja lagi!” Kata Jiyeon sambil tertawa kecil
Aku kembali ke ruangan kerjaku, ternyata sudah ada beberapa pasien menunggu di depan ruanganku. Wow!! Aku tidak pernah menyangka ada sekitar 5 pasien datang!
“Seohyun-seonsaengnim, pasien-pasien ini dipindahkan kepada Seohyun-seonsaengnim karena pasien Seulong-seonsaengnim sudah terlalu banyak!” Kata seorang suster yang lewat
Aku pun menangani pasien-pasienku yang datang hari itu. Mereka nampak antusias dengan dokter baru sepertiku dan itu membuatku sangat senang sekali hari itu. Sesudah aku menyelesaikan pasienku hari itu, aku berjalan menuju ruangan Jinwoon.
Tanpa mengetuk pintunya, perlahan aku membuka pintu kamarnya. Terlihat Jinwoon sedang duduk sendirian, termenung. Terlihat bagaimana karismanya yang membuat setiap yeoja terkesima padanya
“Jinwoon? Kau tidak bosan?” Tanyaku dari dekat pintu
“Aku? Sedikit..” Jawabnya
“Bagaimana kalau kita pergi ke taman?” Ajakku
“Baiklah” Jawab Jinwoon sambil tersenyum dan menunjukkan eye-smilenya
Aku dan Jinwoon berjalan melewati koridor rumah sakit dengan ditemani sinar matahari sore yang hangat.  Dan kami berdua duduk di bangku taman rumah sakit
“Kau itu kan seorang dokter.. Kenapa bisa sedekat ini dengan pasienmu?” Tanya Jinwoon
“Bukannya ini adalah kewajiban yang harus dilakukan seorang dokter ya? Menjalin hubungan baik dengan pasien-paseinnya?”
“Pasienmu sudah habis hari ini?”
“Belum, masih ada kamu, pasienku” Jawabku sambil tersenyum
“Seohyun-seonsaengnim, apa yang harus kulakukan agar ingatanku pulih?” Tanya Jinwoon
“Asal kamu benar-benar berusaha dan tetap semangat. Itu menjadi modal utamamu. Sisanya nanti tidak terlalu sulit setelah kamu memiliki kedua hal itu dalam dirimu” Jawabku
Jinwoon mengangguk-anggukkan kepalanya dan berpikir sejenak sambil memandangi pohon-pohon yang berada di taman
“Sudah lama aku tidak berada di luar ruangan sejak sekitar seminggu lalu..” Kata Jinwoon sambil menghirup udara sambil menutup kedua matanya. Aku hanya tersenyum.
“Seohyun-seonsaengnim, Sarapan sup tadi pagi rasanya enak sekali!!” Katanya
“Oh ya? Kau suka?”
“Tentu saja! Supnya juga masih hangat.. Ah, enak sekali.. ”
“Kau pernah memakan sup itu sebelumnya?”
“Hah? Maksudnya?”
“Tidak.. Apa Ibumu pernah memasakkannya juga padamu?”
“Entahlah.. Tapi rasanya aku pernah memakan sup itu.. Entah kapan..” Jawab Jinwoon
“Hei, bagaimana kalau kita ke aula rumah sakit? Disana ada gitar lho! Kau bisa memainkannya?” Ajakku
“Sepertinya aku ingat.. Ayo kita kesana!” Jawab Jinwoon
Aku berjalan bersama Jinwoon menuju aula, aku banyak menceritakan tentang novel-novel yang sudah kubaca, termasuk novel yang pernah kubaca bersamanya saat aku pertama kali bertemu dengan Jinwoon di perpustakaan sekolahku dulu
“Ada satu perkataan yang kuingat dulu, Jika kau ingin melupakan seseorang, maka kau membutuhkan waktu sepanjang hidupmu. Tapi, kenapa aku bisa lupa tentang orang-orang yang dulu pernah kukenal ya..” Kata Jinwoon sendiri
“Apalagi, aku melupakan mereka dengan cara yang mengenaskan seperti ini.. Sungguh menyakitkan” Lanjutnya
“Kurasa.. Kau pasti bisa mengingat mereka semua lagi. Memangnya siapa yang ingin kau ingat-ingat lagi? Sepertinya kau sangat ingin mengingat lagi seseorang..” Kataku memancing Jinwoon
“Kau bisa membaca pikiranku ya?” Tanya Jinwoon sambil tersenyum
“Iya, memang aku ingin mengingat seseorang.. Tapi, aku tidak bisa menjelaskan bagaimana orang itu” Lanjut Jinwoon
“Pacarmu ya?” Tanyaku
“Sepertinya bukan.. Mungkin yeoja yang sudah sejak dulu kukagumi..” Jawab Jinwoon
Di Aula Rumah Sakit..
“Aula ini biasanya digunakan untuk pertemuan-pertemuan atau disewakan. Aula ini sengaja dibuat jauh dari gedung rumah sakit supaya tidak menganggu pasien” Kataku menjelaskan
Jinwoon langsung mengambil gitar yang berada di pojok ruangan dan mencoba memainkannya, Ia memetik setiap senar dan perlahan-lahan mulai memainkan sebuah lagu. Berbagai ciri khasnya dari dulu sampai sekarang masih tetap sama.
“Jinwoon-ah! Nyanyikan aku sebuah lagu!” Pintaku
“Iya, tapi kau janji akan memainkan piano untukku ya?” Kata Jinwoon
“Darimana kau tau aku bisa memainkan piano?” Tanyaku
“Engg.. Entahlah, tiba-tiba aku seperti mengetahui kamu bisa memainkan piano.. Tapi kau benar-benar bisa memainkan piano kan?”
“I..Iya..”
“Kau pernah menonton ‘Sound of Music’? Aku masih ingat salah satu soundtracknya, ‘Sixteen going on seventeen’.. Bagaimana kalau aku nyanyikan itu saja?”
“Aku sudah menontonnya! Aku juga sangat menyukai lagu itu!”
Lalu Jinwoon mulai memetik senar-senar gitar dan bernyanyi satu lagu favoritku, ‘Sixteen going on seventeen’ Lagu yang dulu pernah kunyanyikan bersama Jinwoon saat SMA. Aku pun memainkan Piano Concerto no. 21, Semoga saja ingatan tentang pertemuan pertamaku dengan Jinwoon bisa teringat lagi dalam memorinya
~***~
Malam harinya, Di kamar..
POV: Jinwoon
“Aneh, kenapa aku bisa tahu Seohyun-seonsaengnim bisa memainkan piano?”
“Memangnya aku pernah mengenalnya?”
“Seohyun-seonsaengnim.. Sebenarnya dia cantik juga…”
“Rambutnya yang panjang digerai berwarna hitam.. dan juga pipinya yang chubby, ingin sekali aku mencubit pipinya itu~”
Aku pun mengambil gelas di samping tempat tidurku dan meminum gelas berisi air itu. Aku berpikir, seharusnya aku bisa keluar rumah sakit kan? Aku tidak sakit apa-apa! Aku hanya tidak ingat apapun. Itu saja.
Malam itu pun aku hanya berbaring di tempat tidur rumah sakit sambil memikirkan apa yang harus kulakukan untuk menunggu besok. Aku pun melihat ada tombol ‘emergency’ untuk pasien di dekat tempat tidurku. Muncullah niat usilku untuk mengerjai suster-suster yang berada di Seoul Medical Center. Tanpa menunggu apa-apa, aku pun langsung menekan tombol itu beberapa kali hingga beberapa suster datang ke kamarku dengan muka panik
“Ada apa? Ada apa?” Tanya Suster-suster itu
“Apa yang terjadi?” Tanya seorang dokter muda yang datang ke kamarku
“Ehmm.. Engg..” Jawabku bingung kehabisan akal apa yang akan kukatakan
“Aku.. Sakit perut!” Kataku lantang
“Hah? Kenapa kau bisa sakit perut?”  Tanya dokter dengan tanda pengenal ‘Lee HwanHee’
“Aku.. Aku lapar..” Jawabku
“Tch! Dasar.. Baiklah, ambilkan dia makan” Kata Dokter itu dengan ketus. Suster-suter itu pun langsung menuruti perintah dokter itu. Ia pun berjalan keluar kamarku
“Jadi dokter.. Ketus sekali!” Kataku sendiri
“Apa kau bilang? Aku bisa mendengarnya!” Katanya sambil menghentikan langkah kakinya tepat di depan pintu kamarku.
“Maksudku, kenapa ada dokter seketus dirimu! Coba lihat Seohyun-seonsaengnim! Jauh berbeda darimu. Pasti tidak akan ada pasien yang berani berobat padamu!” Kataku
“Jadi, maksudmu kau memintaku untuk mencontoh Seohyun? Begitu kan maksudmu?” Sahut HwanHee-seonsaengnim
“Iya, apa lagi maksudku kalau bukan itu?” Jawabku terus terang padanya
“Ah! Aku sudah bosan dengan pernyataan itu! Semuanya hanya memintaku untuk mencontoh Seohyun saja! Sungguh menyebalkan!”  Kata dokter itu sambil berjalan cepat meninggalkan ruanganku
“Apa yang salah? Aku hanya mengatakan sejujurnya kok” Kataku sambil mengangkat bahu
Selang beberapa menit, Suster biasanya, Jiyeon datang ke ruanganku sambil membawa jatah makan malam yang seharusnya datang 30 menit lagi.
“Ternyata kau yang membunyikan tombol ‘emergency’ itu ya? Tch, dasar..” Kata Jiyeon
“Ngomong-ngomong, apa yang kau katakan pada HwanHee-seonsaengnim? Pasti kau membicarakan masalah Seohyun-seonsaengnim ya?” Tanya Jiyeon
“Iya.. Bagaimana kau bisa tau tentang hal itu?” Tanyaku balik
“Tapi kau tidak boleh memberi tau hal ini pada siapapun ya? Seohyun-seonsaengnim sendiri tidak tau hal ini!” Kata Jiyeon sambil mengacungkan jari kelingkingnya
“Baiklah..” Jawabku sambil mengaitkan kelingkingku pada kelingkingnya
“Meski Hwanhee dan Seohyun-eonnie berteman sejak kuliah, tapi sebenarnya Hwanhee menganggap Seohyun-eonnie sebagai saingan terberatnya!” Kata Jiyeon
“HwanHee-eonnie sangat tidak suka dibanding-bandingkan dengan Seohyun-eonnie!” Lanjut Jiyeon dengan bersemangat
“Kalau kau sendiri.. Kau membela Seohyun atau Hwanhee?” Tanyaku
“Aku? Aku sih sebenarnya lebih ke Seohyun-eonnie ^^” Jawab Jiyeon
“Kenapa? Kenapa aku lebih memilih Seohyun?” Tanyaku lagi
“Hmm.. Kurasa dia itu adalah seorang yeoja yang sempurna! Sangat sempurna!” Jawab Jiyeon
“Dia itu pintar, baik, lembut, dan ia memiliki semua yang diinginkan semua namja di Korea!” Lanjut Jiyeon bersemangat
“Jika aku memang namja yang normal, kau pasti akan jatuh cinta padanya!” Kata Jiyeon
“Hah? Jadi kalau aku tidak jatuh cinta pada Seohyun, kau bilang aku tidak normal begitu?” Tanyaku sambil mengerutkan dahiku
“Hihihi, asal kau tau saja, semua rahasia milik Seohyun-eonnie tersimpan di diarynya yang ia sembunyikan di rak bukunya!” Kata Jiyeon sambil berjalan setengah berlari keluar dari kamarku
“Lagi-lagi, dia meninggalkanku begitu saja! Benar-benar membuat orang lain penasaran!” Ujarku
~***~
Sinar matahari pagi itu membangunkanku dari tidur semalam yang sangat nyenyak itu. Aku melihat di meja kamarku sudah disediakan sup yang sama seperti kemarin. Dengan semangat aku langsung berjalan menuju meja dan mengambil sup itu.
Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku melihat kertas bertuliskan  “많이 먹으 세요, 진운이!” di dekat semangkuk sup yang sudah disediakan untukku. Aku menyimpan kertas itu kedalam kantong bajuku dan segera memakan sup itu. Belum 5 menit berlalu, aku sudah menghabiskan semangkuk penuh sup itu.
POV: Seohyun
“Semoga Jinwoon menyukai sup buatanku hari ini!” Kataku sambil melangkah masuk ke dalam Seoul Medical Center.
Pagi itu sudah ada beberapa pasienku yang mengantri di depan ruang kerjaku di lantai 3, padahal tidak biasanya ada pasien pagi-pagi seperti ini. Mungkin karena Sooyoung-seonsaengnim sedang cuti, jadi pasien-pasien yang biasa berobat pada Sooyoung-seonsaengnim beralih padaku dan dokter-dokter muda lainnya.
Pukul 11.00..
“Jiyeon!” Panggilku setelah melihatnya ia berjalan di depan ruanganku
“Tolong, panggilkan Jinwoon. Dia ada jadwal terapi denganku hari ini. Tolong ya!” Kataku
“Oke! Tunggu sebentar ya!” Jawab Jiyeon sambil berjalan cepat menuju ruangan Jinwoon di lantai 4
Sambil menunggu Jinwoon, aku masuk ke ruanganku dan menulis diary yang sudah cukup lama tidak kuisi sejak aku masuk ke rumah sakit ini. Aku menulis saat aku bertemu dengan Jinwoon lagi di rumah sakit.
“Ehm” Seseorang berdahem di hadapanku dan membuatku berhenti menulis, Jinwoon.
“Ah.. Maaf Jinwoon.. Baik,kita bisa mulai sekarang?” Tanyaku sambil menutup diaryku dan memasukkannya dalam rak bukuku.
“Kau masih ingat, dengan apa yang kutugaskan dulu?” Tanyaku pada Jinwoon
“Masih.. Tapi aku benar-benar tidak ingat..” Jawab Jinwoon
“Oh ya? Tidak perlu terlalu dipaksakan. Pasti kau akan ingat lagi kok. Itu hanya memancing memorimu saja ” Kataku sambil tersenyum
25 menit berlalu.. terapi berjalan seperti biasanya, lancar.
“Seohyun-seonsaengnim!” Panggil Seulong-seonsaengnim dari luar ruanganku
“Ya? Ada apa?” Tanyaku
“Ada meeting mendadak, cepat ikut aku ke ruang rapat” Kata Seulong-seonsaengnim
“Terapi pada Jinwoon kurang 5 menit! Tunggu 5 menit lagi ya!” Kataku
“Tidak apa-apa, selesaikan terapinya sekarang saja. Hari ini ada meeting penting” Kata Seulong-seonsaengnim sambil menarik tangan Seohyun-seonsaengnim
“Eng.. baiklah Jinwoon. Terapi sampai disini saja ya!” Kataku sambil berjalan mengikuti Seulong-seonsaengnim
“Iya.. Terimakasih” Jawab Jinwoon
POV: Jinwoon
“Meeting penting apa sih? Sampai Seulong-seonsaengnim seperti itu..” Kataku sendiri sambil melangkah keluar ruangan Seohyun-seonsaengnim
Tiba-tiba aku teringat ucapan Jiyeon kemarin malam, Seohyun-seonsaengnim memiliki banyak rahasiannya dalam diarynya di rak bukunya. Aku segera membalik badan dan mencoba mencari diary yang tadi kulihat.
Aku pun mengambil diary berwarna putih bersih, sepertinya dia merawatnya dengan baik. Dengan berjalan cepat aku pun kembali ke kamar sambil membawa diary itu di tangan kiriku.
Di kamar..
“Ternyata masih ada juga yang menulis diary di zaman modern seperti ini ya..” Kataku sambil memandangi cover diary itu
“Lho? Untuk apa aku membawa diary ini ke kamar? Aku kan tidak memiliki perasaan apapun pada Seohyun-seonsaengnim..”
“Tapi kenapa aku penasaran sekali dengan buku ini ya..”
“Jinwoon! Makan siang datang!!” Seru suara yang tidak asing lagi bagiku, Jiyeon
Aku langsung menyembunyikan diary itu dibawah bantalku dan berpura-pura seolah tidak terjadi apa-apa di kamarku
“Cepat makan makananmu! Jangan memikirkan Seohyun-seonsaengnim terus!” Kata Jiyeon sambil meletakkan sepiring nasi di hadapanku
“Iya! Memangnya darimana kau tau aku memikirkan Seohyun-seonsaengnim?”
“Wahh! Kau mengakuinya ya? Aku hanya menebak kok hihihi” Jawab Jiyeon sambil berjalan keluar dari ruanganku dengan tawa kecilnya yang khas
“Dasar..” Kataku sambil memegang sumpit dan memakan makan siangku hari itu
Setelah menghabiskan makanan , aku langsung mengambil diary berwarna putih itu dari bawah bantalku dan memandangi cover diary itu lagi.
“Enaknya.. kubuka atau tidak ya..” Mendadak aku bingung
Aku menghitung jumlah kancing bajuku sambil berkata “Buka, Tidak, Buka, Tidak, Buka, Tidak, Buka!” Dengan perlahan-lahan aku membuka diary itu
Aku pun membaca selembar demi selembar dari diary itu dalam hati
‘Diary ini kumulai saat aku kelas 3 SMA. Diaryku yang sebelumnya sudah habis dan tidak ada sisa selembar pun ㅠ_ㅠ
Aku sengaja membeli diary warna putih ini karena memang warna putih adalah warna favoritku ^^
Masih soal ‘dia’, sepertinya dia sekarang dekat dengan yeoja lain yaitu Kim Taeyeon, murid kelas sebelah yang sangat populer! Keduanya memang sangat populer.. Tidak sepertiku  ㅠ_ㅠ
Aku sudah menyelesaikan tugasku di SMA ini dengan baik, sangat baik! Dana aku puas dengan hasil ulangan-ulanganku disini. Tapi, seperti biasanya jika ada awal maka ada akhir. Sebentar lagi aku akan mengakhiri masaku bersekolah di SMA dan tidak bertemu dengannya lagi..
Jika suatu saat kita bertemu lagi.. Apa kau akan mengingatku? Kalau bahasa kerennya Do you remember me?’ Hihihi’
Aku pun membalik terus lembar demi lembar diary Seohyun-seonsaengnim tapi tidak ada satupun lembar yang menjelaskan siapa ‘dia’ yang dimaksud oleh Seohyun-seonsaengnim di diarynya itu.
Sampai aku membaca tulisannya di bagian akhir diary itu,
‘Besok adalah hari pertamaku masuk kerja di Seoul Medical Center! Aku sangat senang sekali hari ini!! HwanHee pun juga masuk ke Seoul Medical Center, jadi aku tidak sendirian lagi disana nanti!
Aku sudah berada di Seoul sekarang, kota yang sangat ramai.. Semua orang disini sangat sibuk dengan pekerjaannya sendiri .. Tadi saja saat aku turun dari kereta, orang-orang semuanya seperti mendesakku untuk bergerak cepat padahal aku membawa banyak barang >.<
Coba kalau aku hanya jadi pianis, mungkin aku tidak perlu mengalami kesulitan di Seoul seperti ini!
Saat aku menulis diary ini, aku tiba-tiba teringat padanya. Banyak yang berkata dia berada di Seoul sekarang. Kalau pun aku bertemu dengannya lagi, aku yakin dia pasti sedang bersama yeoja lain dan sudah melupakanku.. Aku jadi teringat suatu kalimat,
‘To love is nothing, To belove is something, To love and belove is everything.’
Mencintai seseorang yang tidak mencitai kita seperti tidak ada artinya, menaruh harapan yang tidak pasti. Semakin kita mencintai orang itu, pasti akan semakin sakit rasanya. Seperti kata orang-orang, Rasanya seperti kau memeluk kaktus, semakin erat kau memeluknya, maka semakin sakit pula rasanya. Sama seperti yang kurasakan sekarang, tapi.. kurasa sekarang waktunya untuk aku melepaskan pelukan itu perlahan-lahan dari Jinwoon’
“Apa?! Ji.. Jinwoon?” Tanyaku kaget melihat tulisan terakhir di halaman itu
“Ah.. Tidak mungkin.. Nama Jinwoon kan banyak sekali di Korea..”  Kataku sambil membalik            halaman diary itu lagi
‘Ya.. Setelah lebih dari 2 Minggu aku tidak menulis lagi, akhirnya aku melanjutkan menulis diary ini~ Mungkin karena aku terlalu senang dengan pekerjaanku sekarang! Meski seminggu pertama saat ada Sooyoung-euisa seonsaengnim aku tidak pernah mendapat pasien.. Tapi sekarang Sooyoung-euisa seonsaengnim sedang cuti! Jadi aku mendapat pasien yang lumayan banyak bagi dokter baru sepertiku ^^
Meski dulu aku sempat menyesal masuk kedokteran karena orangtuaku, tapi sekarang aku tidak menyesali apapun lagi! Aku mendapat pasien, seseorang yang kucari-cari sejak dulu.. Jung Jinwoon. Tapi, dia melupakan aku. Tidak hanya aku, tapi sebagian dari memori otaknya. Ya, dia mengalami kecelakaan dan gegar otak. Wajahnya sedikit berubah dari saat aku terakhir kali melihatnya. Hanya satu hal yang tidak berubah, eye-smilenya yang sangat manis >///<
Aku tidak akan melewatkan kesempatan emas ini, dengan dibantu Jiyeon (Suster sekaligus sahabatku  yang kutemui saat aku jaga malam. Dan sekarang  berganti shift menjadi suster yang bertugas saat pagi ^^) aku membuat Jinwoon mengingat sedikit demi sedikit diriku lagi.
Jujur saja, sebenarnya aku ingin melupakan Jinwoon, tapi dia kembali muncul dan membuat semangatku tumbuh. Aku sangat senang. Apalagi sekarang Jinwoon meningatku sedikit demi sedikit, dia tau aku bisa bermain piano, dan dia juga tau aku menyukai lagi ‘Six teen going on seventeen’ dan lagi, dia memainkan lagu itu untukku
Kurasa sedikit lagi ingatannya pu ’
Tulisan itu tidak disambung lagi. Mungkin saat ia menulis itu aku datang ke ruangannya
“Ju..Jung Jinwoon?” Aku masih tidak percaya dengan tulisan itu
“Tapi, sekali lagi.. Nama Jung Jinwoon tidak hanya satu..Tapi kurasa hanya ada aku yang memiliki nama ‘Jung Jinwoon’ di rumah sakit ini” Kataku
Lalu aku membalik halaman-halaman kosong itu dengan pikiran yang juga kosong.. Sampai aku melihat di lembar terakhir
‘To: Jung Jinwoon (Meski kau tidak mungkin membaca surat ini)
Aku sudah menunggumu selama 5 tahun sejak pertama kali aku bertemu denganmu.. Aku masih ingat bagaimana saat pertama kali kita bertemu dan memulai percakapan singkat di perpustakaan sekolah kita di Ilsan..
Aku tidak pernah berpikir aku bisa bertemu denganmu lagi di Seoul. Aku juga tidak pernah berpikir ada SMS dari JoKwon di Hpmu yang menuliskan tentang dirku.. Aku tidak pernah menyangka semua hal ini terjadi. Masuk ke Rumah sakit ini pun sebenarnya aku tidak pernah berencana seperti ini, yang kurencanakan dulu masuk ke Rumah Sakit di Ilsan saja.
Tapi, aku tidak pernah menyesali hal apapun yang sudah kulakukan selama ini. Aku sangat senang bisa bertemu denganmu lagi..
Seo Joo Hyun’
Lalu di bawah tulisan nama ‘Seo Joo Hyun’ aku menemukan foto berukuran 3×4 yang ditempelkan di diary Seohyun-seonsaengnim, seorang namja yang menggunakan seragam SMA sedang tesenyum. Wajah yang tidak asing lagi bagiku. Itu adalah diriku.
“Ti.. Tidak mungkin..” Perasaanku bercampur aduk, shock, senang, tidak percaya..
Aku mencubit pipiku dengan sangat keras, ini pasti mimpi! Tidak mungkin Seohyun-seonsaengnim bisa jatuh cinta padaku! Tapi, ini bukan mimpi.
Aku membaca kembali dari awal diary itu, setelah aku menggabung-gabungkan semua isi diary itu dengan memori yang tersisa di otakku, sedikit demi sedikit aku mengingat siapa diriku, dan siapa itu Seohyun.  Perasaanku masih bercampur aduk, aku tidak tahu harus mengatakan ini pada siapa. Aku tiba-tiba teringat dengan Jiyeon, kurasa dia bisa membantuku.
Dengan segera, aku mencari Jiyeon di seluruh penjuru rumah sakit, aku mencari Jiyeon hingga setengah jam, akhirnya aku menemukannya di taman. Ia sedang menghirup udara segar dan merilekskan badannya. Mungkin karena ia lelah seharian bekerja
“Jiyeon!” Panggilku
“OMO! Kau mengagetkanku!” Kata Jiyeon
“Ada apa memangnya? Masalah Seohyun-seonsaengnim pasti?” Tanya Jiyeon
“Benar.. Memang masalah Seohyun-seonsaengnim..” Jawabku
“Hah?! Benarkah?” Tanya Jiyeon
Aku mengajak Jiyeon duduk di bangku taman Seoul Medical Center..
“Jadi.. Sebenarnya tadi pagi aku diam-diam mengambil diary milik Seohyun-seonsaengnim di tempat yang kau katakan, di rak buku” Kataku
“Jadi kau benar-benar mengambilnya?!” Tanya Jiyeon terkejut
“Ng” Jawabku sambil menganggukkan kepalaku
“Jadi begitulah, aku membaca setiap lembar diarynya. Hampir di setiap lembar dia menuliskan kata ‘dia’ yaitu orang yang ia cintai. Tapi kau tau? Pada akhir diary itu, Seohyun-seonsaengnim menyatakan bahwa ‘dia’ yang ia maksud adalah ‘Jung Jinwoon’! Tentu saja aku shock!” Kataku
“Lalu.. Bagaimana perasaanmu?”
“Coba saja bayangkan kalau itu terjadi padamu! Apa yang kau rasakan?”
“Hmm.. Jika aku jadi dirimu, mungkin aku akan merasa senang dan tidak percaya!”
“Ya.. Begitulah yang kurasakan.. sedikit demi sedikit, aku sudah mengingat siapa itu diriku dan siapa itu Seohyun”
“Siapa dirimu? Siapa Seohyun? Ceritakan saja padaku aku tidak akan membocorkannya pada siapapun!”
“Yang ditulis oleh Seohyun, aku adalah namja populer di SMAku yang sama dengan Seohyun. Aku banyak digemari oleh yeoja, salah satunya Seohyun sendiri”
“Lalu, siapa itu Seohyun?”
“Dia adalah yeoja yang sudah menungguku sejak aku kelas 1 SMA, dia juga pernah memberiku bekal semangkuk sup yang rasanya sangat mirip dengan sup yang kau berikan setiap pagi itu. Kalau kau mau tau, baca sendiri saja diary Seohyun”
“Untuk apa kau membacanya?”
“Engg.. Yaa siapa tahu kau ingin tau isi diary itu juga?”
“Tidak usah. Cukup kau saja yang membacanya”
Kami pun terdiam beberapa saat..
“Kalau kau sudah mengambilnya, berarti kau harus mengembalikannya juga kan?” Tanya Jiyeon
“Tapi.. Bagaimana caraku mengembalikan diary ini padanya?” Tanyaku balik pada Jiyeon
“Jika ia tau, pasti ia akan marah..” Ujar Jiyeon pelan
“Hmm.. Nanti aku yang akan aturkan semuanya! Kau tenang saja!” Jawab Jiyeon
“Ah, aku beruntung sekali bisa mengenalmu di rumah sakit ini” Kataku
Lalu Jiyeon mengedipkan mata kirinya dan pergi meninggalkanku untuk kembali bekerja
~***~
Di ruang meeting..
POV: Seohyun
“Besok Sooyoung-seonsaengnim kembali dari cutinya selama 2 minggu.” Kata Mr. Changmin, Direktur Seoul Medical Center
“Saya sengaja memanggil dokter-dokter disini yang berjumlah 24 orang untuk membicarakan satu hal penting dari pusat” Lanjut Mr. Changmin dengan nada serius
“Semua dokter disini tau, kita menerima tambahan 14 dokter baru di rumah sakit ini. Meski sudah mendapat dokter baru, tetapi sebagian besar dari pasien yang datang memilih untuk berobat pada dokter senior.” Kata Mr. Changmin
“Karena itu, saya memutuskan 5 dari antara dokter ini dipindahkan ke kota lain yang lebih membutuhkan tenaga medis” Lanjutnya
“Saya akan mengumumkan kelima nama tersebut,
Pertama, Lee Jungshin-euisa seonsaengnim akan dipindahkan ke Ilsan
Kedua, Ham Eunjung-euisa seonsaengnim akan dipindahkan ke Daegu
Ketiga, Jang Wooyoung-euisa seonsaengnim akan dipindahkan ke ke Gwangju
Keempat, Seo Joo Hyun-euisa seonsaengnim akan dipindahkan ke Busan
Dan yang terakhir, Jung Yong Hwa-euisa seonsaengnim akan dipindahkan ke Daejeon”
“Baik, bagi yang namanya disebut harap tinggal. Sementara dokter yang lain bisa meninggalkan ruang meeting ini. Terimakasih atas waktunya”
Aku hanya bisa duduk diam, aku tidak percaya aku akan dipindahkan ke Busan secepat ini. Padahal aku baru saja bertemu dengan Jinwoon disini
“Kalian saya harapkan bersiap-siap mulai sekarang, karena besok lusa  kalian akan dipindahkan oleh kantor pusat menuju kota yang sudah saya sebutkan tadi” Kata Mr. Changmin
“Mr. Changmin, saya.. saya keberatan” Kata Eunjung-euisa seonsaengnim
“Keberatan? Kau ini dokter! Kau harus bersedia ditempatkan dimana saja!” Jawab Mr. Changmin
“Ma.. Maaf, Sebenarnya saya masih mempunya pasien yang harus menjalani terapi..” Kataku pelan
“Tidak jadi masalah, semua pasien kalian berlima akan ditangani oleh Sooyoung-seonsaengnim dan Seulong-seonsaengnim” Jawab Mr. Changmin sambil meninggalkan ruang meeting
Aku hanya bisa terdiam di ruangan itu sambil berdiri bersama keempat temanku lainnya. Semuanya masih ingin bekerja disini, mereka pasti merasakan hal yang sama sepertiku, kehilangan.
Dengan langkah yang lemas, aku berjalan menuju ruanganku dan meminum segelas teh yang berada di mejaku.
“Oh iya! Aku belum sempat menyelesaikan tulisanku di diaryku hari ini!” Kataku sambil berdiri menuju rak buku yang ada di ruanganku
Aku menggeser-geser buku-buku yang ada di rak bukuku sambil mencari diaryku. Tapi aku tidak menemukan buku berwarna putih itu.
“Lho? Bukannya tadi aku letakkan disini ya?” Tanyaku sendiri
15 menit sudah aku mencari buku itu di seluruh penjuru ruanganku, tapi tetap tidak ada!
“Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku tidak ingin ada yang membaca diaryku itu!” Kataku sendiri yang mulai panik.
Tanpa kusadari, jam sudah menunjukkan pukul 17.00 KST, waktuku untuk pulang. Aku membawa pulang sedikit barang-barangku yang berada di ruanganku dan memasukkannya dalam tas yang kubawa tadi pagi. Aku pun keluar dari Seoul Medical Center dan menunggu bus di halte depan Seoul Medical Center seperti biasanya.
~***~
Keesokan harinya..
“Seohyun-eonnie!” Panggil Jiyeon saat aku masuk ke ruanganku
“Kemarin ada meeting apa? Sepertinya meeting yang penting sekali..”  Tanya Jiyeon
“Oh.. kau tidak tau ya? Besok aku akan dipindahkan ke Busan” Jawabku
“Apa? Besok kau dipindahkan ke Busan? Yang benar saja?” Tanya Jiyeon tidak percaya
Aku hanya menjawab pertanyaannya dengan anggukan.
“Lalu, bagaimana dengan Jinwoon?” Tanyanya lagi
“Dia akan ditangani oleh Sooyoung-seonsaengnim atau Seulong-seonaengnim” Jawabku
“kenapa kau tidak menceritakan hal ini padaku kemarin?” Tanya Jiyeon sekali lagi
“Maaf.. Aku tidak sempat memberi taumu kemarin.” Kataku
“Mungkin nanti aku akan berada disini sampai jam 8 malam untuk membereskan ruanganku” Lanjutku
“Ooh.. Nanti jam 8, kau bisa pergi ke atap tidak?” Tanya Jiyeon
“Hah? Ke atap untuk apa?” Tanyaku
“Tunggu saja nanti!” Jawab Jiyeon sambil berjalan meninggalkanku
~***~
POV:  Jinwoon
“Jinwoon!!! Jinwoon!!!” Lagi-lagi terdengar suara khas milik Jiyeon itu lagi yang berteriak-teriak memanggilku dari koridor.
“Ada apa lagi?” Tanyaku sesaat setelah Jiyeon memasukki kamarku
“Hari ini.. hari terakhir Seohyun-seonsaengnim berada disini. Besok.. Besok ia akan pindah ke Busan..” Jawab Jiyeon sambil terengah-engah
“Apa? Yang benar saja! Aku bahkan belum mengembalikan diary itu!” Kataku
“Kan sudah kubilang, kau tenang saja! Nanti jam 8 malam, kau pergi ke atap ya? Seohyun akan berada disana juga!” Kata Jiyeon
“Atap? Dimana itu?” Tanyaku
“Sini, ikut aku!” Kata Jiyeon sambil mengisyaratkanku untuk berjalan mengikutinya.
Jiyeon membawaku ke lantai 8 menggunakan lift, dan naik menggunakan tangga ke atap. Pemandangan dari atap Seoul Medical Center sangatlah indah. Banyak bangunan tinggi yang terlihat dari atap Seoul Medical Center ini.
“Kalau pada malam hari, disini akan lebih indah lagi” Kata Jiyeon
“Oh ya? Benarkah?” Tanyaku
“Coba saja sendiri nanti malam” Jawab Jiyeon sambil mengajakku turun dan kembali ke kamarku
~***~
Jam 19.45 KST..
Aku mengambil diary Seohyun-seonsaengnim dari laci dekat tempat tidurku , lalu aku berjalan menuju lift ke lantai 8 dan kulanjutkan dengan menaiki tangga ke atap seperti yang tadi siang kulakukan bersama Jiyeon.
Benar yang di katakan oleh Jiyeon, pemandangan dari atap Seoul medical center sangat indah. Aku bisa melihat lautan lampu ditengah gelapnya malam hari bagaikan bintang. Menit-menit pun berlalu, jantungku berdegup dengan sangat cepat dan tanganku menggengam erat buku berwarna putih milik Seohyun-seonsaengnim itu.
Aku pun mendengar suara kaki yang melangkah melewati tangga dari lantai 8, jantungku berdegup semakin kencang.
POV: Author
“Jinwoon? Kenapa kau bisa berada disini?” Tanya Seohyun yang melihat Jinwoon
“Dimana Jiyeon? Katanya dia menyuruhku pergi kesini..” Lanjutnya
“Kudengar.. Besok Seohyun-seonsaengnim akan pindah ke Busan.. Apa.. Apa itu benar? ” Tanya Jinwoon
“I.. Iya. Memangnya ada apa?” Tanya Seohyun
“Sebelum kau pergi, aku mau meminta maaf padamu” Jawab Jinwoon
“Minta maaf? Minta maaf untuk apa?” Tanya Seohyun
“Maaf, aku membacanya” Kata Jinwoon sambil mengulurkan diary Seohyun
“K.. Kau membacanya?” Tanya Seohyun
“Maafkan aku..” Kata Jinwoon
“Padahal aku tak ingin siapapun membaca diary ini. Aku.. Aku kecewa padamu!” Kata Seohyun setengah berteriak
“Apalagi, kau membacanya tanpa seijin dariku! Kau benar-benar ke..” Kata Seohyun terputus karena tiba-tiba Jinwoon mencium bibir Seohyun sehingga ia tidak bisa berkata apa-apa
“Aku minta maaf, aku melupakanmu selama ini..” Kata Jinwoon
“Sekarang, aku sudah mengingat siapa dirimu sekarang. Jeongmal.. Jeongmal saranghaeyo” Lanjut Jinwoon sambil memeluk Seohyun.
Seohyun tidak meneruskan kata-katanya, ia mendekap erat tubuh Jinwoon, hangat.
“Nado.. Nado saranghaeyo” Sahut Seohyun pelan
~The End~

Opmerkings

Gewilde plasings van hierdie blog

Lirik Lagu Infinite Lately (White Confession) with Translate