Slaan oor na hoofinhoud

100% I Love You – Chapter 6

100%_I_Love_You_Chapter_2_Cover
Title : 100% I Love You | Author : Nurzaita (@AiYmm257_) | Genre : Romance, Friendship, Drama, Alternative Universe, Crime, Gore, Thriller | Rating : Teen | Length : Chaptered | Main Cast : Bae Suzy (Miss A), Kim Myungsoo (Infinite), Lee Junho (2PM)
Desclaimer : Pernah saya posting  di Blog Pribadi, Read FanFiction, High School FanFiction, Bae Suzy FanFiction dan All Kpop FanFiction.
TYPO BERTEBARAN!!
—oOo—
CHAPTER 6”
Myungsoo mengusap keringatnya dengan telapak tangan. Saat ini dirinya sedang berada dalam kamarnya —dirumah Daehyun. Kepalanya terasa begitu berat, berbagai masalah berkelebat dalam pikirannya yang membuatnya tidak bisa dipaksakan untuk kembali berpikir. Tapi batinnya terus mendesak agar ia disuruh memikirkan suatu hal yang… terjadi karena kebetulan atau bagaimana?
Suzy, gadis itu, entah bagaimana dan apa yang dirasakan oleh Myungsoo, ia merasa pernah mengenali sosok Suzy sebelumnya. Semua reaksi yang ditunjukkan Suzy padanya benar-benar mirip dengan sosok gadis yang dulu  pernah mengikat janji dengannya sepuluh tahun yang lalu. Janji yang membuatnya menjadi seperti sekarang ini…
 “Kenapa aku harus memanggilmu L?”
“Karena itu memang namaku, Ji-ya,”
Myungsoo mengerutkan dahinya, obrolan antar dirinya dengan gadis kecil itu kembali terngiang. Oh, bahkan semenjak Myungsoo meninggalkan Korea dan melanjutkan sekolahnya di Amerika ia tidak pernah mendengar kabar dari gadis bernama Ji itu…
“Cih, kenapa bisa aku bisa berpikir sedangkal ini? Itu semua hanya kebetulan,” seru Myungsoo frustasi. Setelah itu Kai membuka telapak tangan kirinya dan memandangnya dengan tatapan kosong.
Disana terdapat bekas luka bakar yang terlihat sangat jelas. Myungsoo memejamkan matanya dan mengepalkan tangannya. Kejadian yang hampir merengut nyawanya dan gadis itu kembali berputar. Bahkan Myungsoo masih dapat mengingat dengan jelas bagaimana ekspresi ketakutan gadis itu. Yang Myungsoo lakukan saat itu hanyalah mencoba melindungi gadis itu.
Kini Myungsoo membuka jaketnya dan melihat kedua tangannya yang jauh lebih parah. Kedua tangannya dipenuhi oleh bekas luka bakar, itulah alasan mengapa Myungsoo selalu mengenakan baju lengan panjang. Andai saja peristiwa itu tidak terjadi, mungkin saat ini ia masih bersama Ji-nya.
“Ji, dengarkan aku, aku akan melindungimu mulai hari ini, esok dan seterusnya. Aku berjanji akan selalu berada didekatmu,”
Suzy sedang duduk terdiam disudut ruangan. Ia sedang berada di gudang rumah Daehyun. Kedua kakinya ditekuk dan ia menyembbunyikan wajahnya dibaliik kedua lututnya. Kedua tangannya melingkar memegangi kakinya dengan erat. Entah kenapa, Suzy mendadak menjadi seorang gadis yang lemah, gadis yang pasrah, gadis yang bisa seenak hati dijadikan bahan mainan. Seperti yang dilakukan oleh Myungsoo dan ketiga kawannya  itu.
Sejak tadi Suzy masih betah dalam posisinya, gadis itu enggan mengangkat wajahnya apalagi melakukan aktivitas lain. Itu disebabkan karena dalam gudang ini ia sedang tidak sendirian. Ia sedang bersama Junho, mantan kekasihnya.
Susah payah Suzy menahan tangisnya, kejadian selama dua hari ini benar-benar membuatnya seolah hidup dalam masa lalu. Melihat Junho mengingatkannya dengan Donghae, lelaki yang tidak  sengaja ia bunuh. Itulah mengapa Suzy seolah membenci Junho. Gadis itu hanya ingin mengubur kenangan masa lalu itu. Ia takut bila Junho juga akan berbalas dendam dengannya…
Suzy mencakar kulit kakinya sendiri begitu perlahan air matanya mulai metes. Pertahannya runtuh, ia tidak sanggup untuk menahan segalanya. Rasa sedih, kecewa dan bersalah terus menggerogotinya. Kemana ia harus mengadu untuk menumpahkan segala rasa yang kini ada dalam dirinya? Suzy membutuhkan seseorang…
Junho, lelaki itu memandang Suzy dengan tatapan kosong. Matanya mencoba menerawang apa yang sedang gadis  itu lakukan dan pikirkan.. Namun tidak bisa, ia tidak bisa mengetahui karena sejak tadi gadis itu terus mendiamkannya.
Junho marah pada dirinya sendiri. Ia tidak bisa melindungi Suzy dan membawa kabur Suzy dari kuasa Myungsoo. Junho berpikir bahwa dirinya begitu bodoh. Bagaimana bisa kemarin ia bisa kalah dari Myungsoo? Ia tidak sanggup melihat disiksa oleh Myungsoo seperti ini. Ia yakin bukan Suzy pembunuh Kai dan juga Donghae. Ia yakin pasti ada orang lain yang menjadi otak dari masalah ini.
Junho menarik napas, ia bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Suzy lalu memilih duduk disebelah gadis itu. Dengan ragu-ragu, Junho menyentuh pundak gadis itu namun pandangan berhenti pada lengan gadis itu.
“Menjauhlah, Junho-ssi,” ucap Suzy dengan suara serak.
Junho tertegun mendengar bagaimana Suzy memanggilnya dengan bahasa seformal itu. Jadi, beginikah? Suzy sudah tidak menganggapnya? Suzy telah mengganggapnya sebagai orang asing? Astaga, Junho kembali merasa sesak pada dadanya. Ya Tuhan, kenapa rasanya seperti ini? Kenapa begitu sakit? gumam Junho dalam hati,”Suzy, aku hanya ingin berada disampingmu, melindungimu dan menyelamatkanmu, itu saja.”
Suzy kembali menangis mendengar penuturan Junho. Kenapa Junho seperti ini? Bukankah ia sudah  berkali-kali membuat Junho tersakiti? Bahkan Suzy telah membunuh kakaknya. Apa lelaki itu sudah tahu semuanya? Dan.. kenapa Junho seolah kembali menjadi pahlawannya ketika ia sedang dalam masalah serius seperti sekarang? Bukankah dulu Junho yang meminta berpisah? Tetapi tiba-tiba saja lelaki itu kembali datang dan menyatakan perasaannya seperti kejadian pagi tadi… Hati Suzy mencelos begitu mendengar jawaban Junho. Dia memanggilnya Suzy? Lalu kemana panggilan Baeji untuknya? Apa hanya karena tadi Suzy memanggil Junho seperti orang asing, Junho mengikuti semua alurnya? Ah, entah mengapa Suzy lebih senang memanggilnya dengan nama khusus itu…
“Jangan menangis. Aku berjanji akan membawamu keluar darisini,” janji Junho, suaranya terdengar serius dan sangat tulus.
Suzy semakin keras menangis. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya selain menangis. Ia tahu betul, Junho bukanlah orang yang tidak menepati janjinya. Lelaki itu akan menepati janjinya, dalam berbagai cara apapun akan dilakukannya demi menepati janjinya. Ia tahu bahwa Junho adalah lelaki yang bertanggung jawab atas semua ucapan dan perbuatannya. Sekarang, lelaki itu berjanji padanya…
Junho bergetar begitu melihat Suzy semakin keras menangis. Perlahan sebelah tangannya kembali bergerak menyentuh pundak gadis itu lalu ia menutupi tubuh Suzy dengan jaketnya yang tadi ia pakai. Suzy masih memakai seragam sekolahnya yang tipis, ia tahu gadis itu sekarang pasti sanat kedinginan, “Tidurlah, ini sudah malam. Aku akan menjagamu,”
Suzy mendongakkan wajahnya sedikit begitu merasakan tangan Junho menyelimutinya dengan jaket lelaki itu, air mata Suzy semakin deras, “Ma—maafkan aku…”
“Kau tidak bersalah, Suzy, kau—”
“A—aku yang telah mem—membunuh… kakakmu,” ucap Suzy gagap, setelah itu Suzy semakin keras menangis, “Ja—jadi berhentilah bersikap baik padaku. Seharusnya kau… membenciku,”
Junho membulatkan matanya mendengar perkataan Suzy, “Apa? Kau yang membunuh.. Donghae hyung?” napas Junho tercekat. Jantungnya seolah berhenti berdegup ketika mendengar pengakuan Suzy. Tidak. Junho menggelengkan kepalanya. Suzy tidak mungkin melakukan semua itu. Bukan Suzy pelakunya walaupun waktu itu Suzy memang memegang pisau dan berada disebelah kakaknya. Ia percaya bukan Suzy. Bukan. Bukan Suzy…
Suzy kembali menunduk, “Maafkan aku,”
Junho mengepalkan tangannya. Ia bingung menentukan perasaannya saat ini. Apa yang harus ia lakukan? Apakah ia harus marah dengan Suzy karena gadis itulah yang membuat kakaknya meninggal? Tapi disisi lain, Suzy adalah gadis yang  sangat ia sayangi dan ia cintai. Junho tahu persis bagaimana perilaku Suzy, jadi tidak mungkin Suzy yang melakukannya. Tapi kenapa Junho  merasa setengah percaya dengan omongan Suzy? Kenapa jadi begini?
Suzy meremas ujung roknya, “Jauhi aku, bencilah aku, aku seorangg pembunuh,”
Junho meraih tangan Suzy dan menggenggamnya dengan erat, “Jika memang kau yang melakukannya, aku yakin kau tidak sengaja,” kata Junho pelan, “Aku sudah mengenalmu cukup lama, aku tahu semua perilakumu jadi aku yakin kau tidak mungkin melakukannya,” lanjut Junho pelan.
Suzy memejamkan matanya, gadis itu tidak ada henti-hentinya menangis. Perkataan Junho semakin membuatnya merasa bersalah. Bagaimana bisa Junho masih mempercayainya padahal jelas-jelas ia sudah menghilangkan nyawa sang kakak?
“Apapun yang terjadi, aku akan terus berada di sampingmu untuk melindungimu. Aku tidak akan membiarkan seorang pun menyakitimu. Peganglah janjiku,”  janji Junho. Ia mengeratkan genggamannya pada tangan Suzy, “Aku janji akan selalu ada untukmu. Aku bahkan tidak peduli jika kau masih menyimpan rasa benci padaku, yang pasti aku ingin melihatmu bahagia dan hidup tenang, itu sudah cukup untukku,” lanjut Junho sambil tersenyum tulus.
Suzy kembali menangis. Dadanya sesak mendengar kalimat yang baru saja Junho ucapkan. Nada yang terdengar begitu tulus bahkan Suzy dapat mendengar keseriusan dari nada bicara Junho, “Kalau kau ingin melindungiku dan membuatku bahagia kenapa kau memutuskan untuk berpisah saat itu? Aku rapuh mendengarnya, kau tahu?” entah kenapa Suzy melontarkan perkataan yang tidak ia pikirkan sebelumnya.
Junho hanya membisu. Tidak mungkin ia menceritakan yang sebenarnya pada Suzy, jika ia tetap menceritakannya pada Suzy ia yakin akan membuat gadis itu semakin rapuh. Junho melihat Suzy mengangkat sebelah tangannya menutupi hidung dan mulutnya, mungkin gadis itu sedang menahan tangisnya agar tidak terdengar lebih keras.
Suzy memejamkan matanya seolah berusaha menghentikan airmatanya yang terus mengalir tanpa henti. Ia lelah menangis, sudah cukup ia menangis karena dua kenangan pahit itu. Ia tidak ingin mengeluarkan air matanya lagi setelah  itu. Namun kali ini Suzy merasa tidak sanggup. Dirinya menyuruh untuk menangis dan menumpahkan segala rasa yang tependam.
Junho melepaskan genggamannya dari Suzy dan beralih untuk memeluk Suzy. Junho tersenyum bahagia ketika Suzy sama sekali tidak menolak pelukan darinya. Junho menikmati malamnya bersama Suzy walau dalam keadaan pilu seperti yang terjadi saat ini. Bahkan tidak lama Junho memeluk Suzy, dadanya sudah basah oleh air mata Suzy, “Menangislah jika itu membuatmu tenang,” ujar Junho sambil mengelus rambut Suzy pelan lalu ia mengecup puncak kepala Suzy dan tersenyum kecil. Tanpa sadar, perlahan airmata Junho mulai mengalir.
Myungsoo mendengus sebal ketika sebuah benda kecil yang terletak disebelah bantal tidurnya terus menjerit dan membuat tidurnya terganggu. Myungsoo membuka matanya perlahan dan menatap sebal kesampingnya.
“Sial. Siapa yang menelpon pagi-pagi begini?” umpat Myungsoo dengan tangan yang meraba-raba sebelahnya untuk mencari benda kecil berupa ponsel itu.
Yeoboseyo?”
“Hmm, ada apa, Soojungie menelpon oppa pagi-pagi seperti ini? Kau benar-benar menganggu tidurku, kau tahu?” balas Myungsoo dengan mata yang masih terpejam.
“Aish, kau ini,” desis seorang gadis bernama Soojung diujung sana, “Aku hanya ingin tahu saja, sudah tiga hari ini Suzy tidak masuk sekolah. Jadi, apa kau sudah melakukan semua rencanamu?”
“Tentu saja,” jawab Myungsoo semangat dan spontan langsung bangun dari tidurnya, “Aku bahkan juga menyekap Junho disini. Aku akan membunuh Junho terlebih dahulu karena dia selalu menganggu semua keinginanku menyiksa Suzy, baru setelah itu aku akan membunuh Suzy,” lanjut Myungsoo diiringi dengan senyum liciknya.
“Rencanamu memang benar-benar bagus, oppa. Baiklah aku sudah tidak sabar melihat mereka mati dengan mengenaskan. Kalau bisa kau memutilasi tubuh mereka lalu dibakar atau kau buang saja, oppa,” ujar Soojung memberi saran.
“Ah, bagus juga idemu.”
“Baiklah, oppa, aku hanya ingin tahu saja tentang ini saja. Kututup ya?”
Myungsoo berjalan dengan santainya menuju gudang, tempat dimana Junho dan Suzy berada. Kali ini Myungsoo hanya sendiri datang kesana, ia hanya ingin memastikan bagaimana kedua orang itu. Baru saja Myungsoo akan membuka pintunya ketika matanya tanpa sengaja menangkap sosok Suzy dan Junho dari celah pintu. Myungsoo mengerutkan dahinya lalu terkekeh. Tapi detik selanjutnya ia menggeram kesal. Suzy, bagaimana bisa dia tengah berpelukan manis bersama Junho? Sedangkan bersama adiknya saja… Argh! Myungsoo semakin emosi mengingatnya.
BRAK!!
Myungsoo membuka pintu dengan kasar sehingga membuat Junho dan Suzy terkejut lalu terbangun dari tidurnya. Myungsoo tersenyum sinis, “Waktu kalian untuk saling bermesraan sudah habis, sekarang kalian tinggal menanti satu dari kalian akan kehilangan nyawa untuk selama-lamanya,” ujar Myungsoo diiringi dengan seringainya.
Junho berdiri dan menghampiri Myungsoo, “Aku tidak akan membiarkanmu menyentuh Suzy sedikitpun,” ucap Junho lantang.
Myungsoo terkekeh, baru saja ia akan membalas ucapan Junho ketika Junho memukulnya dengan keras sehingga ia terjengkangg kebelakang dan kepalanya membentur pintu dengan cukup keras.
Junho berlari kebelakang lalu menarik tangan Suzy dan membawanya pergi dari gudang ini. Junho menggenggam tangan Suzy erat dan mengajaknya berlari cukup kencang agar Myungsoo tidak bisa mengejar mereka. Beruntung, Junho  tahu dimana pintu belakang rumah Daehyun jadi ia dan Suzy bisa langsung keluar dari rumah Daehyun tanpa perlu repot-repot melewati pagar depan.
“Sial,” umpat Myungsoo melihat Junho dan Suzy berhasil kabur darinya. Sebelah tangannya memegang kepala belakangnya yang mengeluarkan darah.
“Tidak akan kubiarkan kau lolos kali ini,” gumam Junho, “Jika kalian berdua kutemukan, akan kupastikan salah satu dari kalian akan kuhabisi saat itu juga.”
“Aku lelah.”
Junho menoleh kebelakang ketika mendengar keluhan Suzy, “Kita tidak boleh berhenti. Aku yakin Myungsoo dan kawan-kawannya itu sedang mengejar kita,” kata Junho.
Suzy mengangguk pelan dan mencoba menghilangkan rasa lelahnya. Tiba-tiba Junho menariknya memasuki jalanan yang sepi dan sempit. Hal itu tentu saja membuat Suzy bingung, “Hei, kau tahu jalan disini? Jangan salah memilih jalan, nanti kita bisa tersesat.”
“Aku ingin mengambil mobilku diujung  sana. Kita langsung berangkat ke Seoul sekarang juga,” ujar Junho dan mempercepat larinya. Merasa genggamannya dengan Suzy sedikit berat, Junho berhenti berlari lalu menggendong Suzy diatas punggungnya dan kembali berlari.
Ya! Apa yang kau lakukan?”
“Diamlah, ini satu-satunya cara agar kita bisa sampai di Seoul untuk menghindari Myungsoo dan kawan-kawannya itu, mengerti?”
Suzy tertegun mendengar  perkataan Junho. Ternyata lelaki ini bersungguh-sungguh dengan ucapannya semalam. Lelaki ini benar-benar akan melindunginya, “Terimakasih… oppa,”
Junho mengerjapkan matanya, “Kau bilang apa?”
“Terimakasih, oppa.”
—oOo—
MyungZy or JunZy?
 Annyeong~ Nah, ini saya bawa chapter 6 hohoho B) Disini saya banyakin momen JunZy dan next chapter gantian MyungZy ya? Wehehehehe.. Maaf kalo ceritanya tambah garing -_- Didaerah saya belum ada pengumuman, jadi doakan saya lulus ya ^o^ Oya saya galau nentuin couplenya ._. Bagusan MyungZy atau JunZy saya bingung, ciyus deh -_- makanya ntar kita vote aja pake polling dibawah ^o^ Satu lagi, saya posting FF ini 2 atau 3 hari sekali deh, soalnya saya mau buat FF KrisSica+LuSica baru :3 baca dong di blog pribadi ku wkwkwk.. Okedeh, yang habis baca wajib LIKE+KOMEN ^.^

Opmerkings

Gewilde plasings van hierdie blog

Lirik Lagu Infinite Lately (White Confession) with Translate