The Princess’ First Love part 7



Author : Sonia0430yes
Casts : 2PM, Wooyoung, Miss A, Min, T-ara, Jiyeon, FT Island, Hongki
Tittle : The Princess’ First Love
Genre : Romance
Rating : PG+17
Disclaimer : Nama diatas milik mereka sendiri, saya hanya memiliki ceritanya, cerita ini terinspirasi dari imajinasi saya sendiri. Cerita ini pernah saya post di
http://irma0430yes.wordpress.com/

ooOoo

Part 7 : A guy named Lee Joon

Lee Joon’s POV

Ah sialan! Aku terlambat lagi hari ini! Kupercepat langkahku menuju kantor Jtune Camp, Bi hyung pasti memarahiku lagi.
Aku menginap dirumah orang tuaku tadi malam dan begadang bersama teman-teman lamaku sampai jam 3 pagi, aku hanya memejamkan mataku sebentar, dan ketika bangun ternyata sudah jam 9.
Aku menaiki sebuah taksi yang sejak tadi sudah menungguku, taksi langgananku yang biasa mengantarku kekantor kalau aku menginap dirumah.
Sambil terus menunggu balasan sms dari Seungho hyung, aku memandang keluar jendela taksi untuk menikmati pemandangan kota.
Tiba-tiba mobil berhenti dan membuat kepalaku terbentur jok supir, supir itu langsung berbalik dan meminta maaf padaku.
“ada apa hyung? Kenapa kau mengerem seperti itu?”
“ah, mianhae Joon-ah, ada yang menyetop taksi”
“mwo? Siapa?”
Mataku memandang kearah depan taksi, mengira akan ada seorang gadis cantik yang menghadang taksiku seperti difilm-film, tapi tak ada.
“siapa yang menyetop hyung? Tidak ada orang disana?”
“bukan didepan Joon-ah, tapi dibelakang itu”
Aku menoleh mengikuti arah matanya memandang, tepat dibelakang taksi kami seseorang sedang berjalan dengan cepat.
Aku seperti mengenalinya, wajahnya tak asing dan sepertinya sering kulihat diTV.
Gadis itu semakin mendekat, aku terus memperhatikannya sambil terus mengingat-ingat siapa dia sebenarnya.
Ah! Aku ingat sekarang! Dia salah satu member T-ara, tapi siapa namanya? Aku tak bisa mengingatnya. Hanya Soyeon noona yang kukenal karena dia adalah sahabat Seungho hyung.
Ia membuka pintu taksi dan menatapku keheranan, begitu pula diriku yang menatapnya kebingungan.
“silahkan naik Jiyeon-shhi…”
Supir taksi itu menyuruhnya masuk sambil memasang wajah sumringah, aku menatapnya tak percaya.
“Hyung! Kau sedang ada penumpang, kenapa kau menaikkan penumpang lain? Itu melanggar aturan!” protesku
Gadis itu dengan santainya menaiki taksi dan duduk disampingku, membuatku bengong dan kebingungan.
“antar aku ke Apgujeong-dong” ucapnya santai, seolah tak melihatku yang protes sejak tadi
“ne, Jiyeon-shhi. Tapi sebelumnya bisa kau tanda tangan disini, putriku adalah penggemar beratmu dan T-ara”
Aku memandang mereka berdua secara bergantian, semua ini benar-benar menggelikan dan membuatku kesal.
“Ya! Hyung! Kau harus antar aku, aku sudah terlambat!”
Untuk pertama kalinya ia menoleh padaku, matanya indah tapi tak ada ekspresi apa-apa disana, ia kemudian berbalik menatap supir yang masih menyodorkan buku kecil dan sebuah pulpen.
“aku buru-buru, antar aku dulu baru aku tanda tangan” ucapnya dengan dingin
Aku semakin kesal saat supir taksi itu malah menuruti nya dan sama sekali tak mendengarkan apa yang kukatakan.
“HYUNG….!!!”
Bentakku! Tiba-tiba taksi itu berhenti lagi, kali ini bukan hanya aku yang terbentur kursi tapi gadis disebelahku juga.
Ia langsung menatapku marah, ia memang perempuan tapi entah kenapa tatapannya benar-benar menakutkan, aku langsung mengalihkan mataku pada supir taksi.
“hyung! Kenapa lagi?”
“Joon-ah, kau berisik sekali. Tenang saja, setelah mengantar Jiyeon-sshi aku akan langsung mengantarmu, kau memang sudah terlambat, jadi tak apalah untuk sedikit lebih terlambat lagi, ok?”
“MWO?! Hyung!”
Aku sudah tak mampu lagi menahan kekesalanku, kutatap gadis itu dengan geram tapi pandangannya padaku benar-benar sinis.
“Joon-ah, aku mohon padamu, Eunso ku sedang sakit dan dia tak mau minum obat, aku akan gunakan tanda tangan Jiyeon-sshi untuk merayunya. Aku mohon kau mengertilah”
“hyung, kau juga harus mengerti keadaanku, Bi hyung bisa membunuhku kalau aku lebih terlamabat lagi dari sekarang”
“Bi? Rain?” suara gadis itu mengagetkanku
Ia menatapku dari ujung kepala sampai ujung kaki kemudian suaranya keluar seperti sebuah suara meremehkan.
“cih, ternyata Lee Joon MBLAQ” ucapnya dengan senyum sarkastis
Aku semakin kesal dengan tingkah gadis sombong ini, menyebalkan sekali mendengarnya mengucapkan namaku dengan ekspresi seperti itu.
“gurae, aku Lee Joon MBLAQ, wae? Ada yang salah dengan itu?” tanyaku kesal
“ani, tidak ada yang salah. Pak, antarkan kami ke JTune Camp sekarang”
Aku dan supir taksi menatapnya dengan tak percaya, setelah tadi begitu sinis padaku sekarang dia ingin mengantarku?
“jangan GR, aku hanya ingin menjemput Soyeon eonnie” ucapnya dengan dingin
“mwo? Aku GR? Karenamu? Jangan bercanda ya!”
“sudahlah Joon-ah, yang penting sekarang kau bisa duluan kekantor, jadi terima saja”
Aku kembali menatap supir taksi dengan geram, ia langsung berbalik dan menjalankan taksinya menuju kekantorku.
Sepanjang perjalanan kami sama-sama menatap keluar jendela, tak mau melihat satu sama lain, aku bahkan berdo’a untuk tidak pernah bertemu dengannya lagi selamanya.

ooOoo

“hyung, kau kenapa? Tampangmu berantakan sekali, apa Bi hyung terlalu keras memarahimu?”
Thunder mendekatiku dan duduk disampingku saat aku kembali dari ruang Bi hyung.
“dia bahkan menertawaiku…” jawabku lemas
“mwo? Menertawaimu? Apa yang terjadi?”
Aku menceritakan kejadian menyebalkan itu sekali lagi dan seperti yang kuduga, aku mendapat respon yang sama, ditertawakan.
Arrgghh! Sepertinya aku memang sedang sial sekali hari ini, sudah kesiangan dan terlambat, bertemu dengan gadis menyebalkan itu dan sekarang aku juga harus ditertawakan, perfect!
“jangan pernah kau ceritakan ini pada Seungho hyung, GO hyung ataupun Mir, atau kubunuh kau?!” ancamku pada Thunder, ia mengangguk sambil menahan tawa.
Sungho hyung datang bersama dengan Mir dan GO hyung, entah dari mana mereka tapi yang jelas mereka datang dan langsung menghampiriku.
“Joon-ah, apa kau dimarahi lagi?” tanya GO hyung, aku hanya menggeleng
“jinja?” tanyanya lagi, aku mengangguk sekali lagi
“assa!”
Seungho hyung kegirangan, aku menatapnya dengan heran, sedangkan GO hyung dan Mir terlihat kecewa.
Aku semakin kebingungan, ada apa sebenarnya? Apa merka tahu apa yang terjadi padaku pagi tadi? Semoga saja tidak.
“mana uangku?” pinta Seungho hyung
GO hyung dan Min langsung merogoh saku mereka dan mengeluarkan sejumlah uang yang diberikan pada Seungho hyung.
Jadi mereka taruhan lagi? Hah! Benar-benar member aneh, saat aku seperti ini mereka malah menjadikanku bahan taruhan.
“wuah hyung, kau menang banyak hari ini, traktir aku karoke?”
Thunder mendekati Seungho hyung begitu pula dengan Mir, mereka seperti monyet yang sedang bergelantungan minta pisang.
Suasana hatiku semakin kacau ada diruangan ini bersama mereka, aku beranjak pergi saat Seungho hyung memanggil namaku.
“ya! Lee Changsun!”
Aku berhenti, aku berbalik menghadapnya dengan tujuan untuk marah, tapi begitu melihat matanya aku langsung menunduk.
“ya Joon-ah, kau ikut ya! Kita karoke malam ini”
Aku ingin membantah tapi begitu melihat tatapannya aku langsung menunduk lagi, Seungho hyung memang menakutkan.
“ne, hyung-nim” jawabku pasrah

ooOoo

I don’t care…e…e…e…e…e…
I don’t care…e…e…e…e…e…
Cause I don’t care…e…e…e…e…e…
I don’t care…e…e…e…e…e…
Girl, I don’t care!

Suara Thunder yang menyanyikan lagu 2NE1 dengan sumbang itu semakin memperparah mood ku yang memang sudah rusak sejak pagi tadi.
Alunan musik selanjutnya mulai berbunyi, lagu yang kupilih untuk kunyanyikan, mungkin karena moodku sedang jelek, jadi aku ingin berteriak dan melompat-lompat untuk melepaskannya.
Lagu pertama yang kupilih adalah You Inside My Dim Memory yang dinyanyikan oleh Hyun Jinyoung.
Semua memberku bersiap, memakai hoodie mereka yang kebetulan mereka bawa, berdiri disampingku sambil menungguku selesai menyanyikan bait awal lagu itu.

Angaebit jomyeongeun, heuteureojin naemomeul gamssago
Soole chuihae bitteulgeorineun, naeui moseup ijeneun sireo
(hyun jin young came back boys)

Kemudian musik berhenti, kami semua bersiap kecuali Seungho hyung, ia keluar ruang karoke untuk menjemput seorang temannya.
Musik itu dimulai, lagu lawas yang masih sangat enak dinikmati hingga sekarang, saat irama upbeat itu dimulai kami semua langsung bergerak mengikuti koreografi lagu itu.

Bboyan dambae yeongi, hwaryeohan charimsoke, geoullo bichyeooneun
Chorahan naeui moseup byeonhwadoin saenghwalsoke
Namaneui neoneun neoneun neoneun neoneun ithyeojyeogago

Aku mulai sedikit menikmati malam itu, sepertinya lagu itu berhasil membuat mood ku sedikit membaik.
Tapi semua itu hanya sesaat, pintu ruang karoke kami dibuka dan Seungho hyung masuk dengan 2 orang perempuan.
Perasaan kesal itu lagi-lagi merasuki diriku saat perempuan kedua itu menatapku dengan tatapan dan senyum yang sama seperti pagi tadi.
Hebat hyung! Kau semakin memperparah segalanya! Moodku hampir saja membaik sampai kau datang dan membawa si perusak mood itu kesini.
Ia masuk bersama Soyeon noona yang langsung menyapa kami semua, gadis menyebalkan itu ikut membungkukkan badannya.
Sekilas, hanya sekilas tapi dapat kulihat dengan jelas bagaimana senyuman sarkastisnya itu tertuju padaku, mata sinisnya tajam mengarah padaku.
Musik kedua dimulai, sebuah alunan lembut yang ingin kunyanyikan sejak tadi, tapi sekarang aku sudah tidak berminat lagi untuk bernyanyi.
Kuberikan mic ditanganku pada Mir, ia memandangku keheranan
“hyung! Kau tidak jadi bernyanyi?” tanyanya, semua orang sekarang jadi menatapku
“aku malas, ada perusak suasana disini”
Mereka menatapku bingung, hanya Thunder, aku dan pastinya perempuan menyebalkan itu yang mengerti maksud ucapanku.
“kau kenapa Joon-ah?” tanya Seungho hyung, aku hanya diam “apa kau malu? Wah, jangan bilang kalau kau malu pada mereka berdua, iya kan?”
Seungho hyung menyenggol-nyenggol pinggangku, aku menatapnya geram. Tapi bukan Seungho hyung namanya kalau tidak bisa membuatku tertunduk.
Ia balik menatapku dengan geram, membuatku langsung ciut. Ah hyung! Kau tidak tahu masalahnya, jangan begini padaku.
Aku langsung duduk disamping GO hyung, ia memperhatikanku dengan serius, kemudian tertawa dengan keras, membuat kami semua menoleh padanya.
“ya! Seungho-ah, sepertinya Joon memang malu pada mereka!”
Mwo?!?! Malu pada mereka?! Itu mustahil hyung!!!
“benarkan apa kataku tadi? Tapi, kau sudah sering bertemu Soyeon dan kau tidak seperti ini, berarti kau malu pada…”
Mata kami langsung bergerak mengarah kepada satu orang, satu orang yang sama sekali tidak terlihat tertarik dengan apa yang kami bicarakan.
“Jiyeon?” lanjut Seungho hyung dengan tersenyum padaku
“MWO?! Aku?! Malu pada perempuan seperti itu?!” tanyaku dengan nada meremehkan, gadis itu langsung menoleh padaku
“hyung~~, kenapa kau seperti itu? Seungho hyung hanya bercanda…” Mir menarik-narik tanganku, kulihat wajah Seungho hyung berubah semakin marah
“Joon…” suara Seungho hyung tertahan
“mungkin dia malu karena suaranya jelek…”
Suara itu langsung menarik perhatian kami semua, kami menoleh kearah gadis yang sekarang menguap malas.
“MWO??!!” aku langsung berdiri menatap gadis itu dengan kesal
“ya! Lee Joon!” suara Seungho hyung terdengar semakin marah
“atau mungkin, dia bahkan tidak bisa bernyanyi, makanya dia tidak mau…”
Dia lagi-lagi mengucapkan kata-kata itu dengan santai, seolah-olah tidak ada yang mendengar ucapannya disini, kesabaranku habis sekarang.
“YA!!! KAU…!!!!!” aku menunjuk pada gadis itu, ia menoleh santai seolah tak ada yang terjadi
“YA!!! LEE CHANGSUN…!!!” Seungho hyung berdiri didepanku dengan tatapannya yang menakutkan, sosok leadernya tampak jelas dimataku dan membuat nyaliku langsung ciut seketika.
Saat itu pula seseorang menarikku keluar dari ruangan yang terasa sangat panas itu, atau mungki itu hanya bawaan emosiku.
Thunder menarikku menjauh dari gadis yang menyebabkan semua masalah ini, bisa kulihat senyuman sinisnya saat aku keluar dari ruangan itu.

ooOoo

“hyung… kau jangan begitu, aku tahu kau sedang kesal padanya, tapi jangan begitu” Thunder duduk disampingku
Kami berada disebuah taman sepi tidak jauh dari tempat karoke tadi, untungnya tempat ini cukup gelap dan sepi jadi tak ada yang mengenali kami disini.
“kau lihat sendiri kan? Bagaimana menyebalkannya perempuan itu?”
“iya hyung, aku tahu. Tapi kau tidak bisa melakukan itu didepan Seungho hyung, dia akan sangat marah padamu kalau kau begitu”
“Seungho hyung tidak tahu masalahnya, tapi malah marah padaku…”
“justru karena dia tidak tahu makanya dia memarahi sikapmu yang seperti tadi, apa lagi kau melakukan itu pada Jiyeon, dia itu member T-ara yang paling disayang oleh Soyeon noona, dan Soyeon noona adalah sahabat Seungho hyung, jadi wajar kalau Seungho hyung marah padamu”
Aku menunduk, mengela nafas satu kali, mendongak menatap langit kemudian menghela nafas lagi, setelah itu menunduk dan menghela nafas lagi.
Emosiku sudah terlalu memuncak karena gadis itu, dia benar-beanr sudah membuatku kesal sampai ingin kutelan rasanya dia bulat-bulat.
“dia sepertinya tidak begitu menyukaimu, hyung…” ucapan Thunder membuatku tertawa
“masih harus kau katakan? Sudah sangat jelas kalau dia tidak menyukaiku, begitu pula aku yang sangat sangat membencinya”
“tapi aku bingung…” ia meletakkan jarinya membentuk sebuah kotak yang mengarah padaku
“bagian mana dari dirimu yang tidak disukainya ya? Semua gadis pasti menginginkan orang sepertimu hyung, tapi kenapa dia begitu ya?”
Aku tertawa lagi “karena dia bukan gadis normal, dia itu gila”, Thunder mengangguk-angguk menyetujuiku
“akan kubalas dia…” ucapku geram
“caranya?”
“entahlah…”
Aku ingin sekali membalas perbuatannya, tapi setiap kali berhadapan dengannya dia pasti bisa membalikkan semua kata-kataku.
“akan kutemukan caranya…”
“membuatnya menyukaimu…”
Kata-kata Thunder membuatku kaget, aku melihatnya dengan mata terbelalak tak percaya pada apa yang dikatakannya tadi.
“kenapa?” tanyanya bingung “setelah dia jadi menyukaimu, dia tidak akan begitu lagi padamu, iya kan?”
Aku tertegun, mendapati kebenaran dalam ide itu, tapi apa aku bisa melakukannya? Aku tidak pernah berurusan dengan gadis seperti itu, jadi mana aku bisa?
“kau pasti bisa…” ucapnya, aku menoleh “kau adalah Lee Joon, kau pasti bisa melakukannya”
Thunder menatapku dengan yakin, sebuah senyuman muncul disudut bibirku.

ooOoo

“kenapa mengikutiku?”
Gadis itu berjalan mendahuluiku dengan langkahnya yang diperbesar, aku tersenyum sambil terus mengikutinya dari belakang.
“apa ada yang marah kalau aku mengikutimu?”
Ia berhenti, berhenti sambil menatapku dengan wajah cemberut. Tangannya dilipat didada, baru pertama kalinya aku melihatnya dengan wajah kekanakan seperti itu.
“apa maumu?”
“mengikutimu…” aku tersenyum
“mau apa kau mengikutiku?”
“tidak ada alasan khusus, wae?”
“wae?” ia menatapku bingung bercampur kesal “kau menggangguku! Arasseo?”
Aku menggeleng pelan sambil tetap tersenyum, ia mendengus kesal lalu berbalik meninggalkanku.
Langkahnya terlalu kecil sehingga sangat mudah bagiku untuk mengejarnya dan kembali berjalan tepat disampingnya.
Kali ini ia tidak protes, ia terus berjalan seolah aku tak ada disampingnya. Ia tiba-tiba berhenti disebuah toko dan mengeluarkan topi dari dalam tasnya.
Dipakainya topi itu kemudian ia melangkah masuk, aku mengikutinya tanpa memperhatikan toko apa itu sebenarnya.
Mataku terbelalak kaget saat mendapati bahwa toko itu adalah sebuah toko pakaian dalam wanita, didalamnya banyak sekali pelanggan wanita yang langsung menatap kearahku saat aku masuk.
Sialan! Ini ternyata yang diinginkannya! Ia berbalik menatapku sambil tersenyum penuh kemenangan.
Gadis itu menertawakanku pelan kemudian menjulurkan lidahnya mengejekku, aku melihat sekelilingku yang menatapku, menyadari siapa diriku.
Dengan cepat mereka berlarian menyerbuku seolah aku adalah barang diskon, aku berbalik keluar dari toko itu dan berlari secepat yang ku bisa.
Sialan kau Jiyeon, aku pasti akan membalasmu!

ooOoo

“masih berani datang?”
Gadis didepanku ini menatapku tak percaya, dia pikir apa yang dilakukannya kemarin bisa membuatku mundur dan menjauhinya? Tidak akan!
“tentu saja! Hanya segitu tidak akan membuatku menjauh darimu…”
“sebenarnya apa maumu?”
“aku? Hmm…” aku berpura-pura berpikir “apa ya… bagaimana kalau makan siang bersamamu?”
“apa kau menyukaiku? Cih…” ia menatapku dengan tatapan meremehkan
“ne! aku menyukaimu Jiyeon-ah”
“Jiyeon-ah? Berani sekali kau memanggilku seperti itu…!”
“wae? Ada yang salah?”
“semuanya! Jangan panggil aku begitu kalau tak ingin kubunuh!”
Aku tertawa dengan keras, tanpa mengindahkan pandangannya yang terlihat semakin kesal, gadis ini memang berbeda dari gadis manapun.
“saranghae, Jiyeon-ah…”
Kalimat itu meluncur begitu saja dari bibirku tanpa kusadari, aku tersentak kaget, tak kalah terkejutnya dengan dia yang sekarang menatapku tak percaya.

ooOoo

Aku mundur beberapa langkah, berusaha menyembunyikan tubuhku dibalik tiang dihadapanku. Sesekali aku mengintip, mengawasi gadis yang sekarang sedang murung didepan sebuah taman kecil yang sepi.
Wajahnya cemberut, tangannya dilipat didada, sesekali bibirnya bergerak seolah berbicara. Meskipun tak bisa mendengar apa yang diucapkannya, tapi aku begitu yakin kalau itu adalah sebuah makian.
Ya, makian yang ditujukannya untukku. Aku yakin dia pasti sedang memakiku sekarang, sambil terus menunggu kedatanganku.

Flashback…
Hp ku bergetar, kuperiksa dan terkejut saat melihat namanya muncul pada layar hpku. Tumben sekali dia menelponku malam-malam begini.
“yeoboseyo…” aku belagak sok acuh padanya
“jemput aku sekarang didepan mini market dekat dorm kalian, aku kehabisan ongkos”
“mwo? Telepon saja membermu, kenapa jadi menelponku?”
Dia terdiam sesaat, seolah menyadari apa yang baru saja dilakukannya. Tiba-tiba saja telpon itu terputus.
Kutekan lagi nomornya, sesaat kemudian dijawab oleh mail box. Apa hpnya mati? Berarti dia tak bisa menghubungi membernya.
Dengan cepat aku meraih jaketku dan berlari keluar tanpa memperdulikan Seungho hyung yang memanggilku kebingungan.
End of flashback…

Dasar gadis bodoh, kau menyukaiku juga kan? Makanya disaat genting seperti ini, bukannya menelpon membermu, kau justru memilih untuk menelponku.
Dia bangkit dari duduknya, berjalan bolak-balik sambil menghentak-hentakkan kakinya dengan kasar. Aku tersenyum memandangnya dari kejauhan.
Hp ku bergetar lagi, pasti Seungho hyung lagi. sejak tadi dia terus saja menelponku, dia pasti bingung karena kepergianku tadi.
Baru beberapa detik aku melepaskan pandanganku darinya, tiba-tiba suara jeritan terdengar. Aku menoleh kearah teriakan itu.
Jiyeon sekarang tak lagi sendiri, beberapa orang laki-laki bertubuh besar  menhampirinya dengan gaya seperti orang mabuk.
Tanpa pikir panjang aku langsung berlari mendekatinya dan meraih tangannya. Membawanya berlari menuju tempat yang lebih aman.
Dengan enggan ia mengikuti langkah kakiku, tangannya masih berada didalam genggamanku, sesaat kusadari betapa dingin tangannnya saat itu.
Kami berhenti disebuah lorong kecil, sepi dan kotor. Tapi disana sepertinya tempat yang aman untuk kami berdua.
Dengan kasar ia melepaskan genggaman tanganku dan berjalan keluar lorong, aku meraihnya lagi, mencegahnya untuk mencari masalah.
“wae?!” tanyanya dengan kasar
“mitchiegesso? Apa kau tak takut kalau bertemu orang-orang tadi lagi?”
Aku menatapnya bingung. Gadis ini bodoh atau hanya ingin cari sensasi, kenapa justru marah setelah aku menyelamatkannya?
“mwo? Memangnya kenapa aku harus takut untuk bertemu fansku?”
“kenapa kau harus takut? Tentu saja, mereka seperti orang mabuk, dan mereka bisa saja mem…”
Aku tiba-tiba saja tersadar dengan apa yang baru saja dikatakannya, otakku memang begitu lambat kalau urusan begini.
“f-f-fans? Laki-laki tadi fans mu?”
“memangnya kau pikir mereka siapa? Preman?”
“habisnya kau tadi teriak seperti itu, makanya aku pikir mereka orang jahat”
“aku teriak karena kakiku terpeleset dan aku hampir terjatuh, untung mereka menangkapku. Jadi jangan sembarangan menilai kalau kau tidak lihat dengan jelas, dasar babo!”
“mwo? Kau ini…!!! Aku sudah berbaik hati berniat membantumu, tapi kau justru begitu”
“apa aku pernah minta bantuan kepadamu? Siapa suruh kau sok berbaik hati padaku!”
“wuahh… jinja, kau benar-benar tidak ingat ya? Kau tahu siapa yang menyuruhku datang selarut ini? Kau lupa?”
Dia langsung terdiam, gadis dihadapanku ini mendadak terlihat imut sekali saat salah tingkah. Perkataanku tadi membuatnya tak mampu menjawab.
“aku lupa!!!” jawabnya sambil langsung berbalik meninggalkanku sendiri. Ia berjalan keluar dari gang dengan langkah cepat, berusaha meninggalkanku dan rasa malunya.
Aku berjalan mengikutinya dari belakang, langkahnya sudah berubah jadi santai sekarang mungkin karena lelah.
Baru kusadari kalau ternyata ia tidak memakai jaket sedangkan malam begitu dingin, tangannya memegangi kedua bahunya, menahan rasa dingin yang pasti menyerangnya sejak tadi.
Neon jongmal baboya Joon-ah, kenapa sejak tadi dia begitu dan baru sekarang kau sadar? Cepat berikan jaketmu padanya.
Aku mempercepat langkahku sambil membuka jaketku, berjalan mendahuluinya sambil langsung memakaikan jaketku dibahunya tanpa mengucapkan satu patah katapun.
Dia berhenti, aku yakin kalau dia pasti terkejut dengan apa yang kulakukan. Kuteruskan langkahku, menghindari teriakannya yang akan sampai ditelingaku dalam hitungan detik.
Tapi bukan itu yang kudengar, aku justru mendengar langkah kakinya yang berlari mendekatiku lalu berjalan disebelahku.
Aku melirik kearahnya dan tersenyum melihatnya sedang membenarkan posisi jaketku agar benar-benar menutupi tubuhnya.
“gomawo…” ucapnya pelan, aku menoleh terkejut pada kata-kata yang tak pernah kubayangkan akan keluar dari mulutnya.
Dia melihatku yang kebingungan, kembali memasang wajah ketusnya yang biasa kulihat, tapi sesaat kemudian ia langsung berjalan mendahuluiku dengan setengah berlari.
Apa itu barusan? Apa aku tidak salah lihat? Wajah nya memerah, wajahnya tiba-tiba berubah merah padam. Apa karena aku?
Assa! Kau akan jatuh kedalam pesonaku sesaat lagi Park Jiyeon! Tunggu saja! Aku mempercepat langkahku dan berjalan tepat disebelahnya.

ooOoo

“jeongmal babo ya? Aish! Bagaimana bisa kau  melupakan dompetmu?!!!!”
Suaranya memekakan telingaku, baru beberapa menit lalu dia berterima kasih padaku, dan sekarang dia sudah berteriak lagi padaku.
Tapi memang kuakui, kali ini aku benar-benar bodoh. Bagaimana bisa aku keluar tanpa membawa dompetku? Lalu sekarang bagaimana caranya kami untuk pulang?
Lalu tempat ini? Dimana tempat ini? Aku pernah berjalan-jalan disekitar dorm, tapi itupun ditemani GO hyung, sekarang aku bahkan tidak tahu harus kekanan atau kekiri.
“mana tempat ini sepi sekali…” Jiyeon mendekap tubuhnya, berusaha melawan dingin yang semakin tak bisa dihalangi oleh jaketku.
“eottokhae? Kau ingat jalan pulang?” tanyanya dengan suara yang pelan, sepertinya terlalu lelah untuk marah, aku menggeleng.
Dia sepertinya benar-benar kelelahan, bahkan satu makian pun tidak keluar dari mulutnya saat aku menggeleng. Ia hanya menghela nafas berat.
“mianhae Jiyeon-ah” ucapku tertahan “sampai dompetpun bisa tertinggal, aku benar-benar bodoh”
Jiyeon hanya menggeleng pelan, untuk pertama kalinya aku melihatnya seperti itu. Dia jadi pendiam, bahkan terlalu pendiam.
Selama beberapa saat kusadari ada yang tidak beres dengannya, nafasnya mulai tak teratur dan wajahnya mulai pucat.
“Jiyeon-ah, gwenchana?”
Dengan panik aku mendekatinya yang sekarang bersandar pada sebuah dinding, tangannya semakin erat mendekap tubuhnya yang menggigil.
“Jiyeon-ah, kau sakit?” kupegang dahinya dan kurasakan panas yang tinggi. Panik langsung menyelimutiku.
“Jiyeon-ah, naik kepunggungku!” tidak ada reaksi darinya, aku melihatnya sedang memperhatikanku dengan bingung.
Tanpa menunggu persetujuan darinya dengan cepat kutarik tangannya dan tubuhnya langung jatuh kepunggungku.
Tempat itu begitu sepi, aku menggendongnya dengan hati-hati, agar ia tidak jatuh. Ia sama sekali tidak berontak dengan apa yang kulakukan.
Aku terus berjalan sampai kutemukan sebuah klinik kecil, sepertinya sebuah klinik keluarga. Pintunya ditutup, tapi lampunya masih menyala.
Tanpa pikir panjang aku langsung mengetuk pintu itu dengan kasar, berharap dengan segera akan ada yang membukakan kami pintu.
Tubuh Jiyeon masih terus menggigil, membuatku semakin panik. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasakan panik seperti ini.
Seorang laki-laki tua membuka pintu sambil menatap kami keheranan. Dia memperhatikanku dari ujung kepala sampai ujung kaki.
“ahjussi, apa kau dokter? Bisa bantu aku? Temanku sakit, badannya panas sekali, aku mohon tolong dia, jangan biarkan sesuatu terjadi padanya, aku mohon!!!”
Aku berbicara tanpa jeda sedikitpun, rasa panik sudah menguasai diriku sehingga tak lagi memikirkan masalah sopan santun terhadap orang tua.
Laki-laki itu membukakan pintu dan mempersilahkan kami masuk. Dengan cepat kuletakkan Jiyeon disebuah tempat tidur yang ditunjukkan laki-laki tadi.
Aku memperhatikan laki-laki itu memeriksa keadaan Jiyeon, Jiyeon hanya menutup matanya, sepertinya tak sanggup lagi untuk bangun.
“bisa bantu aku?” tanya laki-laki tua itu padaku, dengan cepat aku langsung berdiri disampingnya.
“bangunkan dia, dia harus minum obat ini sebelum tidur”
Aku membangunkan Jiyeon yang membuka matanya dengan sangat lemah, perlahan kubantu dia untuk duduk dan meminum obat.
“biarkan dia tidur, kalian menginap disini dulu untuk malam ini” laki-laki tua itu meninggalkanku sendiri diruangan itu.
Aku duduk disamping tempat tidur Jiyeon, memperhatikannya yang tidur dengan nyenyak. Wajahnya sudah tidak sepucat tadi, rona pink sudah mulai muncul ditulang pipinya.
Kurain tangan Jiyeon didalam selimut, menggenggamnya dengan erat, berusaha menghangatkannya dengan tanganku.
Perlahan rasa kantuk mulai merasukiku, kuperhatikan jam ternyata sudah pukul 3 pagi. Kusandarkan kepalaku dengan tangan kiriku dan tangan kananku masih menggenggam tangannya, akupun tertidur.

ooOoo

“ya! Joon-ah! Dari mana kau semalaman tidak pulang?”
Seungho hyung mendekatiku dengan tatapan penuh curiga, aku menunduk untuk menyembunyikan ekspresiku.
Aku tahu pasti akan berakhir begini. Setengah jam aku berdiri didepan dorm ku sambil terus memikirkan tentang jawaban apa yang akan kuberikan pada memberku.
GO hyung dating dari arah dapur sambil membawa sebuah mangkuk berisi sereal. Wajahnya kaget kemudian tersenyum sumringah padaku.
“ahh… uri Joonnie sudah pulang? Sudah besar ternyata sekarang makanya sudah bias tidak pulang semalaman”
GO hyung duduk disofa sambil terus menggodaku. Aku masih terus menunduk menghindari tatapan mata Seungho hyung yang begitu menakutkan.
“kau sebenarnya dari mana Joon-ah?” Tanya Seungho hyung lagi
“aku… aku… aku dari berjalan-jalan hyung, iya, berjalan-jalan”
Seungho hyung menatapku dengan geram, menangkap dengan jelas kebohongan yang baru saja kulontarkan.
“aku… bersama Jiyeon semalam…” ucapku dengan suara pelan
“mwo??!! Bersama Jiyeon??”
Seungho hyung dan GO hyung sama-sama menatapku tak percaya. Mereka begitu kaget dengan apa yang baru saja kukatakan.
“ne, hyung…” jawabku sambil terus menunduk
Tidak ada reaksi dari keduanya, mereka terdiam sesaat. Kemudian kudengar suara tertawa keras dari mereka berdua, aku menoleh kaget.
Mereka berdua tertawa dengan begitu lantang, tanpa memperdulikanku yang kebingungan sejak tadi.
“hyung? Ada yang lucu?” tanyaku bingung
Mereka masih terus tertawa. Mir dan Thunder dating dari lantai atas dan langsung mendekat dengan bingung.
“waeyo, hyung? Ada yang lucu?” Tanya Mir
Kupikir mereka akan tetap tertawa seperti tadi, tapi Seungho hyung langsung diam dan menatap Mir dan Thunder bergantian sambil menahan tawa.
“Joon semalam bersama Jiyeon…” ucapnya pada mereka berdua
Mir dan Thunder saling bertatapan sesaat sebelum akhirnya juga ikut tertawa, bahkan lebih kuat dari pada tawa Seungho hyung dan GO hyung tadi.
“ya!!! Ada apa sebenarnya?! Kenapa kalian malah menertawaiku?!”
Tanyaku sambil berteriak frustasi, mereka membuatku begitu bingung dengan reaksi aneh yang mereka berikan.
Tawa mereka berhenti meskipun sesekali masih terus tersenyum menahan geli. Seungho hyung tiba-tiba menepuk bahuku dan menatapku tajam.
“kau ternyata seperti itu Joon-ah…” ucapnya
“mwo? Seperti itu? Maksudnya?” tanyaku semakin bingung
“ternyata kau bernyali pada anak-anak” sambung GO hyung
“ya! Hyung! Berani sekali kau, dia bahkan 2 tahun lebih muda dariku” Mir ikut menimpali
“menginap dimana kalian semalam?” Tanya Thunder dengan antusias
Aku sampai pada detik puncak kebingunganku. Apa sebenarnya yang mereka bicarakan ini? Aku benar-benar tidak mengerti apapun.
Seperti itu? Bernyali pada anak-anak? Aku berani sekali? Menginap dimana? Satu persatu aku berusaha menyambungkan setiap pertanyaan aneh mereka.
Beberapa menit kemudian aku langsung tersadar apa sebenarnya maksud semua ucapan mereka tadi, dengan geram kutatap mereka semua.
“ya!!! Apa yang kalian pikirkan?!  Aish…!!! Makanya jangan terlalu banyak menonton yadong supaya pikiran kalian tidak jorok! Aku tidak melakukan apapun dengannya, aku hanya menemaninya tidur karena dia sedang sakit!!!”
“MWO??!!!!” Tanya mereka bersamaan, sambil menatapku antusias
“kau tidur dengannya?” Tanya GO hyung si ketua perkumpulan yadong lovers ini
“MWO?! YA!!! Aku tidak serendah itu, aku tidur dikursi disampingnya saat dia tidur ditempat tidur! Berhentilah berpikiran jorok!!!”
Yadong lovers itu tertawa tanpa berpikir, dikepala mereka pasti masih dipenuhi oleh pikiran-pikiran kotor.
“YA! Bisa kalian berhenti tertawa? Aku akan menjelaskan semuanya!”
Mereka menatapku bergantian, menahan tawa yang tadi begitu asik mereka lakukan. Mereka menarikku duduk disofa dan mengelilingiku.
“aku bertemu dengannya, menjemputnya karena dia tak ada ongkos pulang, tapi ternyata aku juga melupakan dompetku”
“lalu…” tanya Seungho hyung menatapku curiga
“kami berjalan untuk pulang, tapi ternyata dia sakit jadi aku membawanya keklinik dan kami menginap disana”
Mereka menatapku serius, mengamati setiap ekspresiku untuk menemukan tanda-tanda kebohongan dari ceritaku.
“Ya!!! Aku bersungguh-sungguh” tekanku pada mereka
“geotjimal! Kau kan bawa hp, kenapa kau tidak menelpon kami?” tanya GO hyung tiba-tiba
Kadar bodohku sepertinya sudah benar-benar akut, tanganku merogoh saku celanaku dan menemukan hpku disana.
Jinja babo ya Joon-ah! Kenapa kau bisa lupa kalau kau memiliki hp? Wuah daebak! Sekarang mereka menatapku dengan pandangan menggoda.
“kau kencan kan dengannya? Mengaku saja lah…” paksa Thunder
“aniyeo!” bantahku dengan cepat
Lengan Seungho hyung dengan cepat meraih bahuku. Ia menatapku tajam sambil mendekatkan wajahnya padaku.
“Joon-ah, sejak awal aku sudah curiga pada hubunganmu dengan Jiyeon. Sekarang ceritakan padaku, sejak kapan kalian pacaran?”
“jinja anieyo hyung! Aku tidak pacaran dengannya! Tadi malam aku benar-benar lupa kalau aku membawa hp. Jinjaeyo!”
“sudahlah Joon-ah, jujur saja padaku. Sejak kapan kalian pacaran?”
“hyung~~~” aku memohon padanya untuk berhenti
“sejak hari ini…”
Kami semua menoleh kearah dimana suara itu berasal, mata kami terkunci pada sosok perempuan yang berdiri sambil membawa kotak makanan.
“Jiyeon-ah?” ucapku terkejut
“anyyeonghaseyo Seungho-shhi, GO-shhi, Thunder-shhi, Mir-shhi” sapanya sambil membungkuk kemudian menatapku sambil tersenyum manis
“oppa anyyeong” sapanya padaku membuatku tak bisa bereaksi.

ooOoo

anyyeonghaseyo readers……… *bow*
gimana chapter ini? Ada perkembangan?
Mian kalo gak, q yakin kalian semua pada pengen tau kelanjutan dari pada syarat Wooyoung itu kan?
Itu ada di next chapter, untuk chapter ini q focus ke flashbacknya Joon ama Jiyeon dulu.
Jangan lupa ya, jejak-jejak kehidupan dibawah, kkeke…
Khamsahamnida… *bow*

Opmerkings

Gewilde plasings van hierdie blog

Lirik Lagu Infinite Lately (White Confession) with Translate