The Princess First Love part 2
Author : IrMa0430yes
Casts : 2PM, Wooyoung, Miss A, Min, T-ara, Jiyeon, FT Island, Hongki
Tittle : The Princess’ First Love
Genre : Romance
Rating : PG+17
Disclaimer : Nama diatas milik
mereka sendiri, saya hanya memiliki ceritanya, cerita ini terinspirasi
dari imajinasi saya sendiri. Cerita ini pernah saya post di
ooOoo
Part 2 : Another tears for you…
Author’s POV
Datang lagi, sudah 3 hari
berturut-turut Lee Hongki datang menjenguk Min. Sejak mengetahui bahwa
Min keseleo, Hongki sama sekali tidak pernah melewatkan free time nya,
bahkan ketika makan siang pun ia akan jauh-jauh datang ke kantor JYP
Entertainment hanya untuk membawakan Min makan siang.
Ditempat yang sama seseorang terus saja menggerutu karena sama sekali tak pernah menjenguk Min sejak 3 hari yang lalu.
Bukan karena kesibukannya, tapi justru
karena ia terlalu kesal bila harus berada disatu ruangan dengan Hongki
yang terus saja memanjakan Min setiap harinya. Sesuatu yang sangat ingin
ia lakukan tapi tak bisa.
Member Miss A dan member 2PM yang lain hanya bisa diam melihat semua pemandangan yang ada.
Member Miss A harus tetap latihan sambil
terus memperhatikan gerak-gerik Hongki dan Min, terutama ketika mereka
sedang berdua saja diruang istirahat.
Situasi yang lebih parah dialami member
2PM selama 3 hari ini. Wooyoung tak pernah berhenti mengeluh dan
menghela nafas setiap 3 detik.
Ketika ditanya apa yang terjadi, ia akan diam dan memasang wajah marah kepada semuanya.
Siang itu jam makan siang tiba, semua member keluar ruang latihan dan menuju ruang ganti masing-masing.
Wooyoung baru saja berniat untuk menemui Min, tapi kedatangan Hongki lagi-lagi menghalanginya
“annyeonghaseyo” Hongki masuk dan menyapa 2PM yang baru saja keluar ruang latihan.
Member 2PM menatapnya dengan berbagai ekspresi, penasaran, kaget, biasa saja dan tersenyum mengejek.
Ekspresi Wooyoung adalah yang terparah, ia sama sekali tak bisa menyembunyikan kekesalannya
“ah, annyeonghaseyo Hongki-sshi. Menjenguk Min lagi?” Nichkhun membalas sapaan Hongki dengan ramah
“Ya! Hongki-ah, sekali-kali menjenguk kami juga. Jangan Min saja” ucap Taecyeon
“oh, apa yang kau bawa? Baunya enak” Chansung mendekat dan menciumi aroma makanan dari kotak nasi yang dibawa Hongki
“ah, iya. Ibuku yang buat, spesial untuk Min” Hongki menunduk malu
“wuahh! Daebak! Sepertinya kau dan Min sudah benar-benar berpacaran sekarang” Junho ikut menimpali
“eh? Ahh, ne…” Hongki tertawa kecil sambil menutupi wajahnya yang menjadi merah
Wooyoung mematung, wajahnya benar-benar suram. Jawaban Hongki membuatnya kaget, tak tahu harus berbuat apa.
Wooyoung berjalan duluan menuju ruang
ganti sambil terus menundukkan kepalanya, menutupi ekspresinya yang
sekarang benar-benar buruk.
Ia terlalu kaget dan shok ketika menyadari bahwa Min dan Hongki sudah berpacaran sekarang.
Member lain tak ada yang memperhatikan kecuali Nichkhun. Ia memandangi punggung Wooyoung yang membungkuk lemah.
ooOoo
3 hari kemudian
Kondisi Min sudah mulai membaik. Ia bahkan sudah mulai berjalan meskipun masih sedikit tertatih.
Member Miss A yang lain pun sudah tak perlu lagi menginap di kantor JYPEnt karena Min sudah bisa pulang.
Sejak pulang 2 hari yang lalu, akhirnya hari ini Min datang ke kantor JYPEnt untuk melihat membernya latihan.
Min hanya duduk dipojok sambil terus memperhatikan pembagian posisi koreografi mereka untuk comeback stage nanti.
Klikk
Suara pintu dibuka, satu persatu
member 2PM masuk dengan pakaian latihan mereka. Wooyoung masuk paling
terakhir, ia sama sekali tak tahu kalau Min hari ini akan datang.
Ia tak memperhatikan dan terus saja
berjalan menuju pojok ruangan –berlawanan arah dengan Min- untuk
meletakkan botol air minumnya dan mulai pemanasan.
Wooyoung sama sekali tak tahu kalau Min
sedang memperhatikannya. Ia terus saja melakukan pemanasan sebelum
akhirnya melihat bayangan Min dari diding cermin dihadapannya. Ia
berbalik arah dan melihat Min.
Min tersenyum pada Wooyoung, tapi Wooyoung malah mebalikkan badannya.
“oppa! Wooyoung oppa!” panggil Min.
Member 2PM dan Miss A yang lain menoleh kearah mereka berdua, tapi
kemudian melanjutkan latihan mereka.
Wooyoung memandang Min sesaat lalu mendekat padanya dan duduk disampingnya
“bagaimana keadaanmu?” Tanya Wooyoung sedikit kaku
“sudah lumayan, dokter bilang besok aku sudah bisa berjalan sepenuhnya dan 3 hari lagi aku sudah boleh mulai latihan”
“ohh” jawab Wooyoung singkat. Min memperhatikan Wooyoung yang sepertinya sedang menghindarinya
“waeyo oppa? Apa aku punya salah?”
“eh? Ani. Kau tak ada salah. Kenapa kau bertanya seperti itu?”
“kau… kau sepertinya sedang marah padaku”
“marah? Marah kenapa?” reaksi Wooyoung makin aneh dimata Min
“coba kau berkaca oppa, kau pasti tau kalau sekarang kau aneh”
“mwo? Aneh? Aku biasa saja” Wooyoung membuang muka
“haha, biasa? Kau bilang ini biasa? Kau aneh oppa”
“bicara apa kau? Aku benar-benar
baik-baik saja” Wooyoung berusaha berbicara dengan santai, tapi tak
bisa. Keringatnya mengucur deras tanpa bisa ia kendalikan
“oh, baguslah kalau begitu. Aku fikir kau marah padaku”
Wooyoung memperhatikan wajah Min yang
tiba-tiba muram. Ia tak tega melihat ekspresi Min yang seperti itu.
Wooyoung mencoba mencairkan suasana dengan mengacak rambut Min
“oppa! Aishh!” Min memasang wajah kesal pada Wooyoung. Wooyoung menjulurkan lidahnya pada Min, menggodanya
“kau terlalu berlebihan, babo”
Min terdiam dan memandangi Wooyoung “ini
Wooyoung oppa yang kukenal” Min tersenyum dan keduanya mulai tertawa.
Seolah-olah melepaskan beban mereka selama beberapa hari ini
“Min-ah” suasana tiba-tiba menjadi serius
“ne?”
“ada yang ingin kutanyakan padamu”
“apa?” Min mulai bingung dengan wajah serius Wooyoung
“kau… apa benar kau…”
Klikk
Belum selesai Wooyoung bertanya, terdengar suara pintu dibuka. Seseorang masuk sambil membawa 6 kotak pizza ukuran besar.
Dengan langkah dan senyum riang ia menyapa semua orang didalam ruangan itu
“annyeonghaseyo!”
Semua menoleh, member 2PM, member Miss A, Wooyoung & Min serta pelatih dance 2PM & Miss A menoleh kearah orang itu.
Hongki meletakkan 6 kotak pizza yang dibawanya dilantai lalu membungkuk menyapa semua orang
“annyeonghaseyo hyung, noona!” ia menoleh kearah Min lalu melambaikan tangannya “annyeong aegi”
Seisi ruangan ternganga. Terlalu kaget
mendengar ucapan Hongki tadi. Kondisi Wooyoung lah yang terparah, ia
mematung. Tak bergerak sama sekali.
ooOoo
Min’s POV
Hp ku berdering lagi. Telepon dari
orang yang sama. Sahabatku? Tentu. Tak masalah bagiku menganggapnya
sahabatku. Toh sejak 1 tahun yang lalu kami memang cukup dekat satu-sama
lain.
Tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku tak
bisa bersikap biasa padanya. Aku tak bisa menutupi perasaanku yang
kecewa, mengetahui orang yang kuanggap sebagai sahabatku ternyata
berpacaran dengan orang yang kucintai selama 3 tahun.
Setiap melihat layar hand phone ku menunjukkan namanya, siluet kejadian malam itu kembali muncul dikepalaku dan menggores hatiku
Flashback…
Tokk tokk tokk…
Pintu kamarku diketok dengan tidak sabar olehnya, membuatku merasa kesal karena aku sedang lelah sekali malam ini.
Kubuka pintu dan langsung mendapat rangkulan erat darinya, tanda kebahagiaan yang ia alami baru saja.
“waeyo Jiyeon-ah?” tanyaku bingung. Ia masih belum melepaskan pelukannya
“eonnie, aku seperti ingin menangis saat ini” ia memelukku makin erat
“waeyo?” aku kebingungan, wajahnya tadi jelas-jelas menunjukkan kalau ia sedang bahagia, kenapa sekarang malah ingin menangis?
“ia menembakku eonnie, ia menyatakan
perasaannya padaku eonnie” aku semakin tak mengerti apa yang sedang ia
bicarakan. Ia? Ia siapa? Selama ini Jiyeon tak pernah cerita tentang
seorang lelaki pun dan sekarang ia seperti ini?
“Jiyeon-ah” aku mengusap punggungnya
untuk menenangkannya “ceritakan padaku pelan-pelan ya? Sekarang lepaskan
dulu pelukanmu, aku sulit bernafas”
Ia melepaskan pelukannya lalu
mengusap air matanya yang mulai mengalir. Aku menutup pintu kamarku lalu
menariknya duduk ditempat tidur.
Beberapa saat kami sama-sama terdiam, ia masih sibuk menenangkan dirinya sendiri yang benar-benar terlihat bahagia
“eonnie, aku sudah tak sendiri lagi
sekarang. Aku sudah punya pacar. Kami baru saja jadian, aku begitu
bahagia eonnie. Rasanya seperti terbang kelangit tingkat tujuh. Bahkan
lebih menyenangkan lagi dari itu eonnie” ia terus berbicara mengenai
kebahagiannya, aku hanya tersenyum memperhatikan wajahnya yang
berseri-seri
“memang kau tau rasanya terbang kelangit ketujuh?” aku menggodanya
“eonnie!”
“haha. Arasseo. Tapi siapa laki-laki
itu? Selama ini kau tak pernah bercerita padaku bahwa kau sedang dekat
dengan seseorang. Siapa dia? Apa aku kenal? Artis kah?” tanyaku
antusias, rupanya semangat kebahagiannya juga ikut mempengaruhiku
“kami kenal sudah lama eonnie. Aku
juga menyukainya sejak pertama kami kenal. Dia salah satu member dari
boyband yang sekarang sedang digilai. Tapi tentu saja bukan karena itu
aku menyukainya” ia buru-buru meralat ucapannya padahal aku sendiri tak
mencelanya
“ia dulu pernah jadi bintang tamu
diacara Heroes dan menjadi pasanganku, ia benar-benar baik padaku dan
melindungiku saat itu, makanya aku langsung menyukainya. Sayangnya kami
tak pernah bertemu lagi sejak itu”
Bintang tamu heroes? Siapa? Big Bang? Super Junior? TVXQ? Siapa?
Aku penasaran dengan siapa laki-laki
itu sebenarnya tapi Jiyeon masih terus saja berbicara dengan semangat
dan aku tak ingin merusak kebahagiannya dengan mencela pembicaraannya.
Jadi aku hanya bisa diam dan terus mendengarkan ceritanya
“kami bertemu lagi setahun lalu
eonnie. Saat itu aku datang kelokasi syuting IU, aku sengaja kesana
untuk bisa bertemu dengannya dan berhasil. Aku bertemu dan mengobrol
banyak dengannya, ia juga meminta nomor hp ku dan kami sering
berkomunikasi lewat hp”
Aku tersenyum melihat Jiyeon yang
sepertinya kehabisan nafas karena ceritanya yang begitu menggebu-gebu.
Ia menenangkan dirinya lalu melanjutkan lagi
“kami memang tak pernah pergi
berduaan. Ia tak pernah mengajakku dan aku tak mungkin mengajakknya
karena aku perempuan. Kami hanya bertemu beberapa kali itupun dalam
acara music. Awalnya ku kira ia tak menyukaiku makanya tak pernah
mengajakku kencan, tapi ternyata ia malu. Dan malam ini ia sudah
mengatakan semuanya dan tanpa berfikir aku langsung menjawa iya. Aku
punya pacar eonnie!”
Wajah dan matanya benar-benar
memancarkan kebahagian. Aku memeluknya dengan erat, menunjukkan bahwa
aku juga bahagia karena sekarang ia sudah memiliki kekasih yang dicintai
dan mencintainya
“tapi, siapa laki-laki itu? Dari tadi kau bercerita panjang lebar tapi tak menyebutkan namanya” ucapku masih sambil memelukknya
“eonnie mengenalnya. Bahkan sangat mengenalnya. Wooyoung oppa, eonnie. Pacarku sekarang adalah Wooyoung oppa”
Nama itu seperti sebuah tamparan keras diwajahku. Rasanya seperti sebuah tombak menghujam didadaku.
Terlalu kaget, aku bahkan tak tau
harus bereaksi seperti apa sekarang. Nafasku terasa begitu sesak, air
mataku mulai mengalir begitu menyadari bahwa orang yang selama ini
kucintai sekarang sudah menjadi milik Jiyeon, sahabatku
“eonnie, kenapa diam? Kau ikut bahagia kan?” Tanya nya penuh semangat dan memper-erat pelukan kami.
Aku takut kalau aku menjawab, ia akan
mendengar suaraku yang bergetar. Aku hanya mengangguk menjawab
pertanyaannya, dan melepaskan pertahananku hingga air mataku mengalir
tanpa kutahan sama sekali.
End of flashback…
Kupandangi layar hp ku lagi, nama dan
wajah itu masih muncul disana. Entah sudah berapa kali Jiyeon
menelponku ini, aku hanya menjawabnya 2 kali.
Lebih mudah bagiku untuk membalas sms nya
dari pada harus mendengar suaranya. Aku terlalu takut aku tak mampu
menahan perasaanku.
Kugenggam erat-erat hp ku berharap ia
berhenti menelponku. Aku benar-benar masih belum siap jika harus
berbicara dengannya, baik itu melalui telepon ataupun bertemu langsung.
Hatiku benar-benar belum siap.
Apa yang sedang kau lakukan Min?
Menghindari sahabatmu? Masih marah padanya? Iri padanya? Kau benar-benar
egois Min! Jiyeon tak punya salah apapun padamu! Kenapa kau harus
membencinya? Angkat telepon itu Min! Jangan jadi manusia pengecut dan
egois, ayo cepat angkat!
Kugerakkan jariku untuk menekan tombol hijau di hand phone ku. Ibu jariku bergetar ketika mendekati tombol itu.
Benar Min, Jiyeon tidak bersalah. Jangan
salahkan dia untuk sesuatu yang ia sendiri tak tahu. Kukuatkan diriku
sendiri dan kutekan tombol itu lalu perlahan kudekatkan ketelingaku
“yeobosaeyo?” sudah lama aku tak mendengar suaranya
“oh” jawabku singkat
“eonnie~~~” kudengar suarany seperti suara seseorang yang ingin menangis
“Jiyeon-ah”
“bogoshiepposseo eonnie”
“na do, Jiyeon-ah” jawabku datar
“eonnie masih marah padaku?” tanyanya tiba-tiba
“nan? Kenapa aku harus marah?”
“eonnie menghindariku belakangan ini. Bahkan tidak memberiku kabar kalau eonnie sedang sakit”
“mianhae. Aku hanya tak mau kau cemas. Kau sedang sibuk sekarang, aku tak mau mengganggu jadwalmu”
Ia terdiam. Aku sendiri tak tahu harus berkata apa padanya.
“eonnie~~~” panggilnya lagi, nada suaranya berubah menjadi serius
“ne?”
“ada yang ingin kukatakan” suaranya semakin pelan
“apa itu Jiyeon-ah?”
“sebenarnya…”
-tuuuutttttttt-
Telepon kami terputus. Entah apa yang akan dikatakannya tadi tapi aku bersyukur karena tak perlu mendengarnya.
Hatiku kembali merasa sakit. Bukan hanya karena kenyataan yang harus kuhadapi, tapi juga karena keegoisan diriku.
Aku menjauhi Jiyeon yang sudah seperti adikku sendiri hanya karena ia berpacaran dengan Wooyoung oppa.
Aaaarrgghhhhhh!!!!!
Aku melempar hp ku kelantai dan aku
menangis sekencang-kencangnya. Fei eonnie yang kamarnya berada disamping
kamarku langsung berlari masuk dan mendapatiku sedang menangis.
Ia mendekat lalu memelukku erat, mengusap punggungku dan berusaha menenangkanku.
“eonnie” panggilku lirih
“ne, Min-ah?”
“bantu aku. Bantu aku melupakannya.
Dengan begitu tak akan ada lagi yang tersakiti. Hongki oppa tidak akan
tersakiti, aku juga bisa bersahabat lagi dengan Jiyeon. Kumohon, bantu
aku eonnie” aku terisak dibahu Fei eonnie yang hangat. Ia memang bisa
menjadi kakak sekaligus ibu diantara kami semua
“eonnie pasti akan membantumu. Asalkan itu bisa benar-benar membuatmu bahagia Min-ah”
Kupejamkan mataku dan kubulatkan tekatku. Aku meyakinkan diriku sendiri.
Benar Min-ah, ini lah satu-satunya jalan
yang ada. Dengan melupakan Wooyoung oppa dan melupakan perasaanmu
padanya, semuanya akan kembali seperti dulu. Kau pasti bisa, tidak,
bukan itu, tapi KAU HARUS BISA!
ooOoo
Author’s POV
Pagi itu suasana kantor JYPEnt cukup ramai. Hampir semua artis naungan JYPEnt ada disitu. Wonder Girls, 2AM, San E, 2PM dan JOO.
Semua berkumpul diruang tengah yang
ukurannya cukup besar. Ada sebuah TV besar diruangan itu yang sedang
menayangkan program music MCountdown.
Yang mereka tunggu-tunggu akhirnya muncul
juga. MC memanggil nama mereka dan kameramen langsung mengarahkan
kamera pada 4 orang gadis yang sedang berada diposisi tidur dengan kaki
tarangkat keatas. Koreografi yang benar-benar belum pernah dilakukan
girl band manapun.
Terdengar suara fans berteriak kencang
memanggil nama mereka satu persatu. Musik dimulai dan gerakan anggun
serta powerful langsung ditunjukkan oleh Miss A dengan semangat
menggebu-gebu.
Mereka tampil seksi sekaligus mempersona
siang itu membat seisi ruangan yang menonton melalui layar kaca bertepuk
tangan bangga akan penampilan mereka.
Park Jinyoung bertepuk tangan sangat keras, tapi ada seseorang yang bertepuk tangan tak kalah keras dengannya.
Wooyoung berdiri sambil bertepuk tangan
dengan semangat, matanya tak lepas dari layar kaca meskipun Miss A sudah
tak ada lagi disana.
Wajahnya menunjukkan betapa kagumnya ia pada comeback stage Miss A malam itu.
Tepuk tangan yang lain telah berhenti, tapi Wooyoung masih terus bertepuk tangan sambil memandang layar TV.
Ia masih terus membayangkan penampilan Miss A tadi terutama Min yang benar-benar terlihat memukau.
Semua mata langsung tertuju pada Wooyoung yang masih belum menyadari sekitarnya.
Nichkhun menyenggol pinggang Wooyoung tapi ia tetap melanjutkan tepuk tangan bodohnya.
Park Jinyoung tertawa melihat tingkah laku Wooyoung, selama beberapa saat yang lain juga akhirnya ikut tertawa.
“Wooyoung-ah” Nichkhun menggoyangkan tubuh Wooyoung dan langsung membuatnya tersadar
“Ah, hyung” Wooyoung memandang Nichkhun
lalu menyadari bahwa semua mata tertuju padanya, ia kebingungan melihat
semua orang diruangan itu memandangnya dengan wajah meledek dan
keheranan
“Wooyoung-ah” panggil Park Jinyoug
“ne, hyung” Park Jinyoung menggerakkan
jari telunjukknya menyuruh Wooyoung untuk mendekat, sambil menunduk
Wooyoung berjalan menuju Park Jinyoung yang duduk disamping TV
“Wooyoung-ah, segitu bangganya kah kau pada Miss A?”
“n-ne?” Wooyoung tak mengerti ucapan PD nya
“baiklah kalau begitu. Hahahaha”
Park Jinyoung tertawa terbahak-bahak, seisi ruangan juga ikut tertawa. Membuat Wooyoung semakin tak mengerti.
Ia tertunduk malu, masih belum menyadari apa yang telah ia perbuat tadi.
ooOoo
Wooyoung’s POV
“hyung~~~” aku menarik tangan Nichkhun hyung “ayo beritahu aku. Apa yang sudah kulakukan tadi? Kenapa semua orang menertawaiku?”
“kau benar ingin tau?” aku mengangguk dengan semangat
“kau akan malu jika kuberitahu” ia pergi meninggalkanku
Apa yang sudah kuperbuat tadi? Kenapa aku
bisa tak ingat sama sekali. Aku benar-benar bingung, sama sekali tak
tahu apa yang harus kulakukan. Nichkhun hyung saja tak mau
memberitahuku, apa lagi yang lain. Arrgghhhhh!!!!!!!!
“oppa~~~!!!” panggil suara itu, aku menoleh
“Jiyeon-ah, apa yang kau lakukan disini malam-malam?”
“aku menghubungi ponselmu tapi tak aktif. Aku ingin makan malam bersamamu. Ini aku bawa chicken” ia menunjukkan kotak bawaannya.
Jiyeon memang selalu tahu kesukaanku, bahkan hal-hal yang kuanggap remeh sekalipun ia menganggapnya penting untuk diketahuinya
Aku mengajaknya keruang latihan. Agar
yang lain tidak mengganggu kami. Bukan karena aku ingin berduaan
dengannya, tapi aku malas jika harus diledek oleh memberku. Jiyeon
menurutiku sambil menggandeng tanganku.
“oppa, besok kau ada jadwal?” tanyanya setelah kami selesai makan
“ani. Hanya latihan. Wae?”
“kau tak ingat?” tanyanya lagi. Aku memutar otakku, mencoba mengingat-ingat. Ah! Ulang tahunnya
“aku ingat tentu saja”
“jinjja?” kulihat matanya berbinar
kesenangan akan jawabanku. Padahal kalau ia tak menanyakannya, aku
mungkin tidak akan ingat sampai besok
“oppa, bisakah kita jalan-jalan besok?” pintanya dengan wajah merayu
“jalan-jalan? Kemana?”
“kemana saja. Asal bersamamu aku ikut”
“Jiyeon-ah, besok itu ulang tahunmu. Jadi kau lah yang harus menetukan besok kemana. Oppa yang akan menurutimu”
“baik, bagaimana kalau taman bermain?”
“taman bermain? Aku ini lahir tahun 89, sudah terlalu tua untuk kesana”
“gurae, bagaimana kalau kebun binatang?”
“kebun binatang? Hmm… boleh juga”
“biar oppa bisa pulang” aku terdiam sesaat mencerna ucapannya.
Maksutnya aku pulang kekebun binatang?
Aku memandangnya dengan tatapan marah tapi ia malah menjulurkan lidahnya
padaku. Sangat imut.
Astaga! Apa yang kufikirkan? Apa aku
mulai menyukai Jiyeon? Tidak Wooyoung-ah, tidak boleh. Ia bukan
seseorang yang boleh kau cintai seperti itu.
“oppa?” ia mengguncangkan bahuku, membuatku tersadar dari lamunanku
“n-ne?” ia menatapku sambil menyipitkan matanya, membuat ia terlihat makin cute. Ups!
“wajahmu memerah” ia mendekat kepadaku
“mungkinkah?” ia semakin mendekat. Bisa kurasakan nafasnya sekarang, ia
sama gugupnya denganku.
Ia mendekatkan bibirnya dengan bibirku, semakin dekat sampai bibir bawah kami sedikit bersentuhan.
Aku menghentikannya. Kutahan bahunya
dengan genggamanku dan kujauhkan ia dariku. Ia menunduk, tak mengucapkan
satu patah katapun.
Aku tak menyadarinya, sampai kulihat
bulir-bulir bening itu menetes dari matanya. Ia menangis, lagi-lagi aku
membuatnya menangis.
“Jiyeon-ah?” aku mengangkat dagunya dan kulihat wajahnya kecewa
“oppa masih belum bisa mencintaiku? Wae? Apa aku tak pantas?” ia menangis lagi, hampir sama derasnya seperti waktu itu.
Seperti hari dimana aku membuatnya harus merasakan sakit yang tak seharusnya ia rasakan
“Jiyeon-ah, mianhae” air mataku ikut
mengalir. Aku benar-benar tak ingin membuatnya menangis lagi, aku tak
ingin gadis dihadapanku ini menderita lagi.
Dia layak mendapatkan kebahagiaan yang sudah kurenggut dulu. Aku harus membahagiakannya.
Kudekatkan kembali wajahnya dengan
wajahku. Aku makin mendekatkan wajahku perlahan. Kulihat ia menutup
matanya, mengerti akan apa yang ingin kulakukan.
Benar, jika ini yang kau inginkan, akan ku berikan. Semua yang bisa membuatmu bahagia, akan kulakukan.
Aku memejamkan mataku dan mencium bibirnya…
ooOoo
“oppa, beli eskrim sebentar yuk”
Jiyeon menarik tanganku menuju penjual eskrim didekat kami, untung saja ini hari kerja jadi kebun binatang ini tak begitu ramai.
Kami berdua pun tak perlu terlalu sulit menyamar, cukup memakai topi saja sudah membuat kami tak dikenali.
“ayo duduk disana” ajakku setelah membeli
eskrim, Jiyeon menggandeng tanganku lalu menarikku menuju sebuah bangku
didepan kandang burung beo
“oppa, kau senang hari ini?”
“tentu saja, kau?”
“aku sangat senang, ini ulang tahun yang paling menyenangkan dalam hidupku”
Aku mengerutkan kening, bingung akan ucapannya. Ia tersenyum melihat ekspresiku.
“aku sama sekali belum pernah merayakan ulang tahun berdua saja dengan orang yang kusayangi, oppa. Kau yang pertama”
Benarkah? Jadi selama ini ia tak pernah
merayakan ulang tahunnya dengan laki-laki itu? Perasaan sedih perlahan
merasukiku ketika bayangan laki-laki itu muncul dikepalaku.
Siluet kejadian-kejadian yang masih menghantuiku muncul dihadapanku bagaikan ribuan jarum yang menusuk dadaku.
“oppa?! Gwenchana?” Jiyeon mengguncangkan tubuhku
“ah, ne Jiyeon-ah, oppa baik-baik saja”
“kenapa wajahmu berubah menyeramkan begitu?”
“wajahku? kenapa dengan wajahku? apa aku tak tampan lagi?” godaku, ia tersenyum
“kau selalu tampan dimataku, oppa”
Ia memeluk tubuhku dengan erat, kupeluk
ia kembali berusaha menghangatkannya dari cuaca yang begitu dingin hari
ini, berusaha menjaganya sebisaku.
ooOoo
Hongki’s POV
Hp ku berbunyi, kurogoh saku celanaku
dan segera meraih hpku. Nama itu muncul disana, kuperhatikan sesaat
sebelum akhirnya kutekan tombol hijau.
“yeoboseo” ucapku dengan malas
“…”
Kudengarkan perlahan suaranya, dengan malas aku menjawab dengan suara yang tak bisa kututupi.
Kumasukkan kembali hpku kedalam saku
celanaku, kupandangi sekelilingku mencari jaket dan ransel kecil yang
selalu kubawa kemana-mana.
Kuraih semuanya dalam hitungan detik dan langsung berlari keluar dari dormku.
Jonghoon memandangiku dengan heran, aku
melewatinya tanpa berkata satu patah katapun padanya. Minhwan yang
berada dipintu bahkan nyaris kutabrak.
“Hyung!” protesnya saat aku sudah berada diatas motorku
“mian” langsung kutarik gas motorku, melaju menuju kantor JYP Ent
Hanya dalam 10 menit aku sudah sampai dan
sekarang tengah berdiri mengatur nafasku didepan pintu masuk. Tanganku
baru akan menyentuh pegangan pintu, tiba-tiba pintu terbuka dari dalam.
“oppa?” tanyanya keheranan “sejak kapan kau disini?”
“Min-ah, kebetulan sekali. Mau kemana kalian?” member Miss A yang lain tepat dibelakangnya
“pulang”
“tak ada latihan lagi?”
“tidak ada. Wae?”
“aku ingin mengajakmu jalan-jalan. Kau mau?”
“jalan-jalan? Kemana?”
“sudahlah eonnie, kemanapun ikut saja” Suzy mendorong tubuh Min mendekat padaku
“benar Min-ah, anggap saja sebagai refreshing. Jangan lupa pulang nanti bawakan aku ttuckbokee ya”
Jia langsung menarik lengan Fei dan Suzy
menjauhi kami berdua. Bisa kulihat dari ekspresinya bahwa Min sebenarnya
malas pergi denganku, tapi aku pura-pura tak menyadarinya.
“gaja!” kutarik tangannya dan menyuruhnya naik keatas motor, kutancap gas motorku ketempat dimana semuanya sudah kutentukan.
ooOoo
Min’s POV
Kebun binatang? Kenapa mengajakku kemari? Hongki oppa masih terus berjalan didepanku sambil menggandeng erat tanganku.
Sejak tadi kuperhatikan matanya terus berkeliling seperti mencari sesuatu, ia bahkan tak memperhatikan aku sama sekali.
“oppa” aku berhenti, ia menoleh kaget “sebenarnya apa yang kau cari?”
“aku? Mencari apa? Aku tidak mencari apa-apa”
“lalu apa yang kita lakukan disini sejak tadi?”
“tantu saja jalan-jalan dan melihat binatang-binatang lucu”
“tapi yang kita lakukan sejak tadi
hanyalah berjalan dan terus berjalan, oppa. Tak ada satu binatang pun
yang kita perhatikan sejak tadi”
“ah, mian. Aku terlalu semangat”
“aku lelah oppa, bisakah kita istirahat dulu. Aku haus dan ingin duduk”
“ah baiklah”
Matanya menatap sekeliling dan menemukan sebuah bangku kosong.
“kau duduk disana, aku pergi beli minuman dulu. Kau mau apa? Coke?”
“apa saja yang penting dingin”
Ia mengacak rambutku sesaat lalu berjalan
menuju mesin penjual minuman diujung lorong, aku berjalan lunglai
kebangku kosong tadi.
Terlalu lelah, aku menghempaskan tubuhku
dibangku itu tanpa memperhatikan sekelilingku, beberapa orang hilir
mudik tanpa mengenaliku.
Kupejamkan mataku berusaha melepas lelah berjalan tak menentu selama sejam terakhir, sesuatu yang dingin menyentuk pipiku.
“aww”
“mian, dingin sekali ya?”
“tentu saja, oppa”
Ia memberikan coke ditangannya padaku, tentu saja tak perlu kubuka lagi karena ia sudah membukanya terlebih dahulu.
Kehausan, coke itu kuhabiskan dalam
sekali minum, Hongki oppa tersenyum memperhatikanku yang sama sekali tak
menjaga image ku sebagai seorang perempuan.
“setelah ini, apa yang ingin kau lihat?” tanyanya dengan antusias
“hmm, bagaimana kalau harimau?”
“harimau? Gurae, setelah ini kita akan pergi melihat harimau”
“tapi nanti ya oppa, aku masih sangat lelah”
“gurae”
Hongki oppa menarik tubuhku mendekatinya, meletakkan kepalaku didadanya dan bersenandung kecil, seperti sebuah nina bobo.
Hampir saja aku terlelap, sebuah suara menyadarkanku, suara yang sangat kukenal tapi juga ingin kujauhi.
“eonnie?!”
Aku dan Hongki oppa langsung menoleh
kearah suara itu, Jiyeon melambaikan sebelah tangannya dengan riang
sedangkan tangan yang satunya lagi masih menggandeng erat tangan
Wooyoung oppa.
Aku diam saja, tak mampu bereaksi, pemandangan dihadapanku membuatku merasa sakit. Ini tang paling aku takutkan akan terjadi.
“annyeong Jiyeon-sshi, Wooyoung hyung!”
Hongki oppa melambaikan tangannya pada mereka berdua, Wooyoung oppa hanya mengangkat sebelah tangannya dan melambai sesaat.
Aku masih diam, belum mampu bereaksi,
berusaha mengumpulkan dulu kepingan hatiku dan membangkitkan
pertahananku agar tidak runtuh.
“eonnie?” sapanya lagi
“annyeong Jiyeon-ah”
Kupaksa wajahku memasang senyum palsu padanya. Kulihat wajah Wooyoung oppa berubah muram dan marah.
ooOoo
Wooyoung’s POV
Tersenyum? Bagus, tandanya kau sedang bahagia sekarang Min-ah. Hongki kah yang membuatmu bahagia? Perfect!
Jiyeon menarikku mendekat kearah mereka
berdua, malas sekali bertemu mereka disini. Seoul adalah kota yang cukup
besar, kenapa kami harus bertemu disini?
“eonnie~~”
Jiyeon melepas tangannya dariku lalu
memeluk Min yang membalas pelukannya dengan canggung, matanya
seolah-olah menunjukkan kalau ia tak menginginkan pelukan itu.
“Jiyeon-ah” ucap Min pelan saat Jiyeon melepas pelukannya dan kembali menggandengku
“eonnie, apa yang kau lakukan disini? Berkencan?”
“ne, hehe” wajah Hongki berubah merona, aku memalingkan wajahku, enggan melihat ekspresinya
“wah kebetulan sekali, bagaimana kalau kita double date saja?”
“mwo? Ani ani, aku tak ingin mengganggu kalian berdua” Min langsung menolak ajakan Jiyeon, membuatku lega mendengarnya
“wae?” suara Jiyeon terdengar kecewa
“Hongki oppa, kau mau kan? Akan menyenangkan loh, lagi pula kapan lagi
kita bisa punya kesempatan double date begini. Iya kan?”
“sebenarnya aku juga tertarik, bagaimana denganmu hyung?” Hongki menatapku
“ah? Aku? Kalau aku…” aku bingung harus menjawab apa, Jiyeon menatapku dengan tatapan memelas
“oppa jebal, sekali ini saja, ya?”
Aku mendesah pasrah “terserah padamu saja Jiyeon-ah”
“gurae, kalau begitu, Min-ah ayo ikut. 3 lawan 1, kau tak bisa menang”
Hongki menarik tangan Min dan
membangunkannya, aku merasa sangat kesal melihat itu semua, tapi aku
sendiri tak mampu berbuat apapun.
“gaja…” Jiyeon menarik tanganku dan berjalan duluan, membiarkan Hongki dan Min dibelakang kami.
Aku bersyukur Jiyeon melakukan itu, karena dengan begitu aku tak perlu melihat semua kemesraan mereka.
ooOoo
“ahhh…….. lelah sekali” kami duduk disebuah bangku berukuran cukup panjang setelah seharian berkeliling.
Aku sendiri tak tahu hewan apa saja yang ada disana, karena sejak tadi bukan itu yang kuperhatikan.
“oppa, temani aku beli minuman sebentar” Jiyeon tiba-tiba mengajak Hongki pergi
“wae? Kenapa aku? Nanti Wooyoung hyung cemburu kalau kau pergi denganku”
“dia masih lelah, lihat saja wajahnya, aku tak mau membuatnya sakit. Ayo oppa”
Jiyeon menarik tangan Hongki dan meninggalkan aku dan Min berdua saja, suasana yang sangat canggung dan aneh.
Kami sama-sama tak mengucapkan sepatah
katapun, bahkan saling melihatpun tidak. Sesekali aku melirik kearahnya
tapi ia hanya diam sambil menutup matanya.
Apa ia tidur? Kuperhatikan wajahnya yang
kelelahan, ia pasti benar-benar tertidur, badannya bergoyang dan hilang
keseimbangan lalu jatuh dipundakku.
Aku terdiam, terlalu kaget, jantungku berdebar tak karuan. Kuperhatikan Min yang sepertinya sama sekali tak terbangun.
Aku mengatur debaran jantungku agar lebih
tenang, aku takut jarak kami ini bisa membuatnya mendengat debaran
jantungku yang semakin menggila.
Wajahnya benar-benar lugu ketika tertidur, benar-benar berbeda ketika pertama kali aku bertemu dengannya dulu.
Min-ah, kenapa kau begitu mempesonaku?
Kenapa aku sama sekali tak bisa menghilangkanmu dari kepalaku? Kenapa
kejadian 4 tahun lalu masih selalu datang dalam mimpiku?
Aku tersenyum, menikmati setiap detik kedekatan kami ini, menikmati setiap pandanganku pada wajahnya yang cantik.
Min-ah, seandainya waktu bisa berhenti, aku rela seperti ini selamanya.
ooOoo
Min’s POV
Kau ini bodoh atau apa Min? kenapa
jadi bisa tertidur seperti ini? Dan sekarang apa yang kau lakukan? Tidur
dibahunya? Tidak, lebih tepat jika dikatakan PURA-PURA tidur dibahunya.
Tak mungkin aku bangun sekarang, pasti
akan sangat memalukan, jantungku juga kenapa jadi seperti ini, kenapa
jadi seperti ingin melompat keluar begini.
Aku bisa merasakan hembusan nafas Wooyoung oppa dikepalaku, apa ia sedang menghadap kearahku saat ini?
Sebenarnya aku sendiri sangat senang
dengan keadaan ini, meskipun ada sedikit rasa taku dihatiku. Bagaimana
kalau Wooyoung oppa merasa terganggu dengan ini semua?
Kemudian saat aku kembali memikirkan
Jiyeon dan Hongki oppa, bagaimana kalau mereka datang dan melihat kami
dalam keadaan begini.
Kupaksakan diriku melawan rasa egoisku
untuk bangun, kurasakan pula Wooyoung opa langsung menegakkan tubuhnya
dalam posisi canggung.
Benar kan, aku membuatnya merasa tak nyaman. Bodoh sekali kau ini Min!
“oppa, mianhae. Aku ketiduran” aku berusaha menutupi wajahku yang merah karena malu
“ah, ani, tak apa-apa”
Kami sama-sama terdiam, tak tahu harus
mengatakan apa. Aku sendiri sudah terlalu malu karena hal tadi, tak
sanggup lagi membuka mulutku.
“Min-ah…” Wooyoung oppa memanggilku dengan suara yang sangat pelan
“ne oppa?”
“sebenarnya, ada yang ingin kutanyakan…”
“apa itu?”
“apa kau…”
“serius sekali kalian berdua? Sedang apa?” Jiyeon datang dan langsung duduk ditengah tengah kami berdua.
Hongki oppa juga langsung duduk disebelah
kananku, kedatangan mereka membuat kami sangat terkejut, aku bahkan tak
tahu harus bereaksi seperti apa.
“ah Jiyeon-ah, kapan kau kembali? Aku tak melihatmu datang”
“tak sadar? Aku sudah berdiri disini sejak tadi oppa, ini minumanmu”
Aku juga menerima minumanku dari Hongki
oppa, kami terus mengobrol meskipun aku dan Wooyoung oppa sama sekali
tak pernah mengucapkan satu katapun satu sama lain.
“oh iya oppa, kado ku mana?” tanya
Jiyeon, Wooyoung oppa terlihat menegluarkan sebuah kotak kecil dari
sakunya lalu memberikannya pada Jiyeon.
“apa ini oppa?”
“buka saja”
Aku dan Hongki memperhatikan Jiyeon
membuka kado itu, didalamnya terdapat sebuah kalung putih dengan liontin
berbentuk kucing keci, membuatku sangat iri.
“jeongmal gwiyeowoyo oppa, gomawo”
Wooyoung oppa membantu Jiyeon memakai kalungnya, hatiku terasa begitu panas melihat pemandangan itu.
“hyung, kau benar-benar romantis ya” Hongki oppa memuji Wooyoung oppa yang hanya tersenyum menanggapinya
“benar” tambahku pendek
“tentu saja, Wooyoung oppa adalah laki-laki paling romantis didunia”
Jiyeon mengakhiri pujiannya dengan memberikan sebuah ciuman dipipi Wooyoung oppa, membuatku tersentak kaget.
“Jiyeon-ah” Wooyoung oppa menatap Jiyeon kaget
“wae? Aku tak boleh menciummu?”
Wooyoung oppa terdiam, menatap kedalam
mata Jiyeon yang terus memandanginya dengan wajah kekanakan yang sangat
menyebalkan dimataku.
“boleh…” Jiyeon terlihat sangat senang dengan jawaban Wooyoung oppa lalu memeluknya.
Mataku terasa panas, dadaku sesak, hatiku
sakit melihat pemandangan dihadapanku. Bisakah kau hapus perasaan ini
Tuhan? Aku sungguh tak kuat lagi menahannya.
Aku bangkit dan pergi tanpa berkata
apa-apa, meninggalkan mereka semua yang pasti keheranan akan tingkahku,
begitu pula Hongki oppa yang langsung mengejarku.
Aku berlari sekuat mungkin menjauhi
Hongki oppa yang terus mengejarku, kemudian aku masuk kedalam sebuah
toilet umum, Hongki oppa tak mungkin bisa masuk kesini.
Tapi aku salah, ia tetap masuk dan
mengejarku sampai kedalam toilet, untung saja keadaan toilet sepi, hanya
ada aku dan dia disana.
Ia meraih tanganku dan menghentikanku, aku sama sekali tak berbalik menatapnya. Ia menarikku kedalam pelukannya.
“menangislah Min-ah, aku akan tetap menunggu sampai air mata mu untuknya habis, aku akan menunggumu” bisiknya pelan.
Air mataku kembali tumpah, lagi-lagi aku
menangis dipelukannya. Air mata ini pasti menyakitinya, pasti sangat
menyakitkan baginya.
“mianhae oppa” ucapku lirih
Ia mendekapku makin erat dipelukannya.
To be continue…
ooOoo
Annyeonghaseyo readers… *bow*
Gimana? Makin gaje ya ceritanya?
Mian, susah banged buad dapet inspirasi akhir-akhir ini.
Otak author lagi gak bisa diajak berkhayal dan bener-bener lagi ngambek kayaknya, hehe.
Mau nyelesain part ini aja rasanya susah banget. (-_-“)
Mohon do’anya ya semoga besok-besok gak begini lagi. (>,<)
Kritik dan saran tetap ditunggu ya, buat perkembangan chapter selanjutnya.
Thanks for reading…
Khamsahamnida… <3 *bow*
Opmerkings
Plaas 'n opmerking