Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia
Asal mula manusia modern
Fosil- fosil dan artefak
yang ditinggalkan oleh manusia purba dimasa pengembaraan mereka, menjadi
satu-satunya petunjuk untuk penelitian persebaran manusia purba.
Seiring berjalannya
waktu, teknologi yang berkaitan dengan penelitian ini telah ditemukan. Salah
satu teknologi itu adalah teknologi genetika. Penerapan teknologi genetika
telah digunakan dalam penelitian ini.
Idenya adalah,
menggunakan DNA mitokondria (mtDNA) untuk mengetahui hubungan antar
populasi. Dasar persamaan genetik digunakan untuk mengungkap cikal bakal
manusia modern.
Menurut salah satu buku
refrensi kami, penelitian membuktikan bahwa kode- kode genetika manusia atau
genom ternyata 99,9 % identik di seluruh dunia. Selebihnya adalah DNA yang
bertanggung jawab membedakan setiap individu seperti, warna mata ,resiko
penyakit, dan DNA yang fungsinya tidak begitu jelas.
Mutasi acak yang tidak
berbahaya dapat terjadi dalam DNA manusia. Namun tetap saja, mutasi-mutasi yang
memberikan petunjuk tetap terlindungi. Salah satunya adalah DNA mitokondria
yang selalu diteruskan utuh dari ibu kepada anaknya. Contoh lain terjadi pada
kromosom Y yang menentukan laki-laki, berpindah utuh dari ayah ke anak
laki-laki.
Dari penelitian tersebut
juga, para ilmuan dapat menyimpulkan bahwa, seluru manusia modern sekarang ini
, semua merupakan satu kerturunan. Atau satu nenek moyang (“Hawa” mitokondria).
Hawa mitokondria segara bergabung dengan “Adam kromosom Y”. Bisa dikatakan semua
umat manusia terkait dengan Hawa mitokondria, melalui rantai para ibu yang
tidak pernah terputus.
Kesimpulan dari
penelitian tersebut menjelaskan sesuatu. Bahwa,manusia modern bukan merupakan
keturunan dari manusia purba semacam Homo sapiens yang hidup sekitar 500.000
tahun yang lalu. Atau bahkan, spesies yang lebih tua seperti Homo habilis, Homo
ergaster ,dan Homo erectus.
Kemudian kita akan
menggali lebih dalam lagi tentang penerapan teknologi genetika untuk prsebaran
manusia. Pada poin selanjutnya.
2. Variasi suku bangsa dalam
menentukan persebaran manusia
Variasi atau keberagaman
antara satu kelompok ke krlompok lain, dapat menjadi petunjuk dalam penyebaran
manusia.
Gen dapat bermutasi.
Secara alamiah, gen tersebut memang tidak membahayakan atau pun membawa akibat
buruk. Hanya saja mutasi tersebut menghasilkan individu yang memiliki has
tertentu. Mutasi tersebut juga menghasilkan sifat keraagaman sel yang disebut
dengan polimorfisme.
Polimorfisme, ternyata
dapat juga digunakan sebagai penelitian asal usul manusia dan berbagai hubungan
seperti, kekerabatan antar ras dan suku, serta membedakan ras yang satu dengan
yang lain.
Ini membuktikan bahwa
jauh dekatnya kekerabatan suatu populasi atau kelompok dapat dilihat dari
persamaan variasi suku bangsa tersebut. Jika jumlah variasi yang memisahkan dua
kelompok etnik, semakin jauh kekerabatanya. Namun terjadi hal yang sebaliknya.
Jika ada dua orang yang mtDNA nya persis sama, maka kemungkinan besar mereka
memiliki hubungan kekerabatan yang sangat dekat.
3. Daerah asal manusia
Sejak lama para ilmuan
telah meneliti tentang daerah asal manusia. Atau bisa dikatakan peradaban awal
manusia di muka bumi. Pada poin ini kami akan menjelaskan tentang hal tersebut.
Masih dengan menggunakan
teknologi genetika mtDNA, para ilmuan mencoba untuk mengungkap daerah asal
manusia.
Dipimpin oleh seorang
ilmuan yang bernama Allan Wilson dan rekan- rekan di University of California,
Barkeley. Mereka mulai meneliti di pertengahan tahun 1980-an. Mereka
membandingkan mtDNA wanita- wanita di seluruh dunia, dan menemukan bahwa
wanita-wanita keturunan Afrika menunjukan keanekaragaman yang lebih banyak dua
kali lipat, dibanding keturunan lainnya.
Max Ingman doctor genetik
asal Amerika, menyatakan pendapat yang senada dengan pendapat tadi. Beliau
menyatakan bahwa, kemungkinan besar manusia modern berasal dari suatu tempat di
daratan Afrika, berkisar 100-200 ribu tahun lalu. Dari sanalah para nenek
moyang, menyebar ke berbagai tempat. Gen-gen penyusun manusia modern ini, sama
sekali tidak tercampur gen manusia purba.
4. Perjalanan manusia modern
Oppenheimer, memaparkan
pendapat sebagian besar ahli dunia tentang persebaran manusia sejak lahir di
tanah Afrika sekitar 170 ribu tahun silam.
Pada 90-85 ribu tahun
silam, sekelompok manusia meninggalkan Afrika ke timur, lewat Laut Merah. Dalam
10 ribu tahun, mereka terus bergeser mengikuti garis pantai Asia hingga
sampai ke pantai di Cina.
Dari sisi genetis,
pendekatan Oppenheimer itu didukung oleh para pakar genetika. Penelitian hampir
100 ilmuwan genetika Asia, termasuk Profesor Sangkot Marzuki yang memimpin
Lembaga Eijkman, sudah memetakan genetika manusia Asia. Hasilnya adalah, Asia
Tenggara adalah pusat penyebaran (manusia modern) setelah Afrika.
Pendapat lainnya
mengatakan bahwa, setelah sampai Asia, mereka berpencar secara berkelompok.
Satu kelompok tinggal di sekitar semenanjung Arab, India dan mugkin wilayah
Asia yang lebih jauh.
Masih dari pendapat yang
sama, para pengembara tadi sampai di Australia Barat Daya 45.000 tahun yang
lalu. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya fosil seorang laki- laki di
Lake Mungo.
Tidak ada jejak fisik
dalam perjalanan tersebut. Kemungkinan sudah lenyap oleh naiknya air laut
sesudah zaman es.
Berbagai jenis ras
diperkiraan berasal dari asia tengah hal tersebut didasarkan atas penemuan
tulang belulang kuno. Contohnya Papua Melanosoid, Europoid, Mongoloid, dan
Austroloid. Dari percampuran mereka lahirlah bangsa melayu yang menyebar
melalui sungai dan lembah kedaerah pantai dikarenakan adanya wabah
penyakit , ke teluk Tonkin lalu indo cina menyebar ke Kamboja, Muang Thai yang
kemudian menjadi bangsa Austroasia. Yang kemudian mereka munuju kepulaan dan
kemudian menjadi bangsa Austronesia.
Bangsa Thailand Selatan, Singapura, Indonesia, Brunei, dan Philipina Selatan
memiliki kesamaan terhadap bangsa cina di sebelah timur dan bangsa India di
sebelah barat
- Penyebaran Manusia dan Bahasa Austronesia
Bahasa di asia tengah
berasal dari keluarga sinn-tibet yang melahirkan bahasa Cina, Siam, Tibet,
Miao, Yiu, dan Burma. Penyebaran keselatan melahirkan bahasa Dravida,yaitu
Telugu, Tamil, Malayalam, sedangkan penyebaran ke Asia Timur dan Tenggara
melahirkan bahasa Austronesia yang menurunkan bahasa Melayu, Melanesia,
Mikronesia, Polinesia.
Oleh karena itu ada
kesamaan istilah ,bahasa,nama hewan dan tumbuhan,jadi bangsa pendukung bahasa
Austronesia itu berasal dari daerah campa.cochin china,dan kamboja dan daerah
di sekitar pantai , namun wilayah itu bukanlah penduduk asli.tempat
asal mereka berada di daerah yang jauh lebih tinggi.
- Penyebaran Pendukung Kebudayaan Kapak Persegi
Menurut Kern dan Von
Heine Geldern persebaran kapak persegi berasal dari daerah Yunan di
Cina Selatan , yaitu di daerah hulu sungai sungai terbesar di Asia Tenggara
seperti di sungai Brahmaputra, Irrawaddy, Salwin, Yang-tse-kiang, sungai Mekhong,
dan sungai Menam. Dengan melalui lembah sungai itu kebudayaan dan manusia
pendukungnya menyebar menuju hilir sungai sehingga sampai ke asia tenggara
bagian utara. Disini kebudayaan itu mempunyai cabang kebudayaan kapak
bahu. Dalam perkembangnya masing-masing berdiri sendiri dan mempunyai
jalan penyebaran yang berbeda. Pendukung kebudayaa kapak persegi yaitu adalah
bangsa Austronesia,mempunyai pusat di daerah Tonkin. Karena mereka
memiliki kepandaian membuat perahu bercadik, mereka berlayar menggunakan perahu
tersebut ke Malaysia barat kemudian ke Sumatra, Jawa, Bali, dan terus ke timur.
Sebagian menuju Kalimantan, dari Kalimantan barat laut kebudayaan kapak persegi
tersebar ke Philipina , Formosa, dan Jepang .
- Penyebaran Manusia dengan Perahu Bercadik
Hornell yang mengadakan penyelidikan
terhadap jenis-jenis perahu di Nusantara dan negar-negara disekitarnya
menyimpulkan bahwa perahu bercadik adalah perahu khas bangsa Indonesia. Di
India selatan ada beberapa suku yang menurut corak kebudayaan dan fisiknya
banyak menyerupai orang Indonesia. Diantaranya suku terkenal sebagai penyelam
mutiara di teluk Manar. Mereka juga menggunakan perahu bercadik, sedangkan suku
Shanar kehidupannya terutama dari perkebunan kelapa. Tanaman kelapa tersebut
diperkirakan berasal dari Indonesia melalui
Srilangka.
- Gelombang Kedatangan Penduduk dari Asia Daratan ke Wilayah Nusantara
Berdasarkan fosil-fosil
yang telah di temukan di wilayah Indonesia dapat diketahui bahwa sejak 2 juta
tahun yang lalu wilayah ini telah di huni. Penhuninya adalah manusia-manusia
purba dengan kebudayaan seperti : meganthropus paleojavanicus, pithecanthropus
erectus, pithecanthropus soloensis dan homo wajakensis. Manusia-manusia purba
ini utamanya homo wajakensis lebih mirip dengan manusia-manusia yang kini
dikenal sebagai penduduk asli Australia, aborigin.
Dengan demikian,”penduduk asli Indonesia” adalah kaum negroid atau melanesoid atau astroloid, yang berkulit hitam. Wilayah nusantara kemudian kedatangan bangsa melanesoid yang berasal dari Tonkin, tepatnya dari bacson-hoabinh. Dari artefak-artefak yang ditemukan di tempat asalnya menunjukan bahwa induk bangsa ini berkulit hitam, berbadan kecil dan termasuk tipe veddoid-austrolaid.
Sebelum didatangi bangsa-bangsa pengembara dari luar, tanah dinusantara belum menjadi kepemilikan siapa pun. Hal ini berbeda dengan Manusia Indonesia Purba yang tidak memerlukan tanah sebagai modal untuk hidup karena mereka berpindah-pindah. Ketika sampai di satu tempat yang dilakukannya adalah mengumpulkan makanan (food gathering). Biasanya mencari lembah-lembah atau wilayah yang terdapat aliran sungai untuk mendapatkan ikan atau kerang (terbukti dengan ditemukannya fosil-fosil manusia purba diwilayah nusantara di lembah-lembah sungai), walaupun tidak tertutup kemungkinan ada pula yang memilih mencari di pedalaman.
Ketika bangsa Melanesoid datang, mereka mulai menetap, walaupun seminomaden. Jika sudah tidak mendapatkan lagi makanan mereka akan pindah. Oleh karena itu, mereka memilih daerah yang banyak menghasilkan. Wilayah aliran sungai pula yang akan menjadi targetnya. Alat-alat sederhana seperti: kapak genggam atau choppers, alat-alat tulang dan tanduk rusa berhadapan dengan kapak genggam yang lebih halus atau febble, kapak pendek dan sebagainya.
Kebudayaan bangsa Melanesoide ini adalah kebudayaan Mesolitikum yang sudah mulai hidup menetap dalam kelompok, sudah mengenal api, meramu dan berburu binatang. Teknologi pertanian juga sudah mereka miliki sekalipun mereka belum dapat menjaga agar satu bidang tanah dapat ditanami berkali-kali. Cara bertani mereka masih dengan sistem perladangan berpindah-pindah. Dengan demikian, mereka harus berpindah ketika lahan yang lama tidak bisa ditanami lagi atau karena habisnya makanan ternak. Gaya hidup ini dinamakan dengan seminomaden.
Dalam setiap perpindahan manusia beserta kebudayaan yang datang ke nusantara, selalu di lakukan oleh bangsa yang tingkat peradabannya lebih tinggi dari bangsa yang dating sebelumnya. Dari semua gelombang pendatang dapat di lihat bahwa mereka adalah bangsa-bangsa yang mulai bahkan telah menetap. Jika kehidupan mereka masih berpindah, maka perpindahan bukanlah sesuatu hal yang aneh.
Namun dalam kehidupan yang telah menetap, pilihan untuk meninggalkan daerah asal bukan tanpa alasan yang kuat. Ketika kehidupan mulai menetap, maka tanah yang mereka butuhkan adalah tanah sebagai media untuk tetap hidup. Mereka sangat membutuhkan tanah yang luas karena teknologi pertaniannya masih rendah.
Sekitar tahun 2000SM, bangsa melanesoid yang akhirnya menetap di nusantara kedatangan pula bangsa dan kebudayaannya lebih tinggi yang berasal dari rumpun melayu austronosia yakni bangsa melayu tua atau proto melayu, suatu ras mongoloid yang berasal dari daerah yunan, dekat lembah sungai Yang Tze, Cina Selatan.
Orang-orang melayu tua, telah mengenal budaya bercocok tanam yang cukup maju dan bahkan mereka sudah beternak. Dengan demikian mereka telah dapat menghasilkan makanan sendiri (food producing). Kemampuan ini membuat mereka dapat menetap secara lebih permanen. Pola menetap ini mengharuskan mereka untuk mengembangkan berbagai jenis dasar-dasar kebudayaan.
Mereka juga mulai membangun satu sistem politik dan pengorganisasian untuk mengatur pemukimannya. Pengorganisasian ini membuatnya sanggup belajar membuat peralatan rumah tangga dari tanah dan berbagai perlatan lain dengan lebih baik. Mereka mengenal adanya sistem kepercayaan untuk membantu menjelaskan gejala alam yang ada sehubungan dengan pertanian mereka.
Arus pendatang tidak hanya datang dalam sekali saja. Pihak-pihak yang kalah dalam perebutan tanah di daerah asalnya akan mencari tanah-tanah di wilayah lain. Demikian juga, yang menimpa bangsa melayu tua yang sudah mengenal bercocok tanam, berternak, dan menetap. Kembali lagi, daerah subur dengan aliran sungai atau mata air yang menjadi incaran. Namun kedatangan bangsa melayu tua juga memungkinkan terjadinya percampuran darah antara bangsa ini dengan bangsa Melanesia yang telah terlebih dahulu datang di nusantara.
Pada tahun 200-300SM, datanglah orang-orang melayu tua yang telah bercampur dengan bangsa aria di daratan yunan. Mereka disebut orang melayu muda atau deutero melayu dengan kebudayaan perunggunya. Kebudayaan ini lebih tinggi lagi dari kebudayaan batu muda yang telah ada karena telah mengenal logam sebagai alat perkakas hidup dan alat produksi.
Kedatangan bangsa melayu muda mengakibatkan bangsa melayu tua yang tadinya hidup disekitar aliran sungai dan pantai terdesak pula ke pedalaman karena kebudayaannya tidak banyak berubah. Dengan menguasai tanah, bangsa melayu muda dapat berkembang dengan pesat kebudayaannya bahkan menjadi penyumbang terbesar untuk cikal bakal bangsa indonesia sekarang.
Dalam kedatangan-kedatangan tersebut penduduk yang lebih tua menyerap bahasa dan adat para imigran. Jarang terjadi pemusnahan dan pengusiran bahkan tidak ada penggantian penduduk secara besar-besaran. Percampuran-percampuran inilah yang menjadi cikal bakal nusantara yang telah menjadi titik pertemuan dari ras kuning ( mongoloid ) yang bermigrasi ke selatan dari yunan, ras hitam yang di miliki oleh bangsa melanesoid
Dengan demikian,”penduduk asli Indonesia” adalah kaum negroid atau melanesoid atau astroloid, yang berkulit hitam. Wilayah nusantara kemudian kedatangan bangsa melanesoid yang berasal dari Tonkin, tepatnya dari bacson-hoabinh. Dari artefak-artefak yang ditemukan di tempat asalnya menunjukan bahwa induk bangsa ini berkulit hitam, berbadan kecil dan termasuk tipe veddoid-austrolaid.
Sebelum didatangi bangsa-bangsa pengembara dari luar, tanah dinusantara belum menjadi kepemilikan siapa pun. Hal ini berbeda dengan Manusia Indonesia Purba yang tidak memerlukan tanah sebagai modal untuk hidup karena mereka berpindah-pindah. Ketika sampai di satu tempat yang dilakukannya adalah mengumpulkan makanan (food gathering). Biasanya mencari lembah-lembah atau wilayah yang terdapat aliran sungai untuk mendapatkan ikan atau kerang (terbukti dengan ditemukannya fosil-fosil manusia purba diwilayah nusantara di lembah-lembah sungai), walaupun tidak tertutup kemungkinan ada pula yang memilih mencari di pedalaman.
Ketika bangsa Melanesoid datang, mereka mulai menetap, walaupun seminomaden. Jika sudah tidak mendapatkan lagi makanan mereka akan pindah. Oleh karena itu, mereka memilih daerah yang banyak menghasilkan. Wilayah aliran sungai pula yang akan menjadi targetnya. Alat-alat sederhana seperti: kapak genggam atau choppers, alat-alat tulang dan tanduk rusa berhadapan dengan kapak genggam yang lebih halus atau febble, kapak pendek dan sebagainya.
Kebudayaan bangsa Melanesoide ini adalah kebudayaan Mesolitikum yang sudah mulai hidup menetap dalam kelompok, sudah mengenal api, meramu dan berburu binatang. Teknologi pertanian juga sudah mereka miliki sekalipun mereka belum dapat menjaga agar satu bidang tanah dapat ditanami berkali-kali. Cara bertani mereka masih dengan sistem perladangan berpindah-pindah. Dengan demikian, mereka harus berpindah ketika lahan yang lama tidak bisa ditanami lagi atau karena habisnya makanan ternak. Gaya hidup ini dinamakan dengan seminomaden.
Dalam setiap perpindahan manusia beserta kebudayaan yang datang ke nusantara, selalu di lakukan oleh bangsa yang tingkat peradabannya lebih tinggi dari bangsa yang dating sebelumnya. Dari semua gelombang pendatang dapat di lihat bahwa mereka adalah bangsa-bangsa yang mulai bahkan telah menetap. Jika kehidupan mereka masih berpindah, maka perpindahan bukanlah sesuatu hal yang aneh.
Namun dalam kehidupan yang telah menetap, pilihan untuk meninggalkan daerah asal bukan tanpa alasan yang kuat. Ketika kehidupan mulai menetap, maka tanah yang mereka butuhkan adalah tanah sebagai media untuk tetap hidup. Mereka sangat membutuhkan tanah yang luas karena teknologi pertaniannya masih rendah.
Sekitar tahun 2000SM, bangsa melanesoid yang akhirnya menetap di nusantara kedatangan pula bangsa dan kebudayaannya lebih tinggi yang berasal dari rumpun melayu austronosia yakni bangsa melayu tua atau proto melayu, suatu ras mongoloid yang berasal dari daerah yunan, dekat lembah sungai Yang Tze, Cina Selatan.
Orang-orang melayu tua, telah mengenal budaya bercocok tanam yang cukup maju dan bahkan mereka sudah beternak. Dengan demikian mereka telah dapat menghasilkan makanan sendiri (food producing). Kemampuan ini membuat mereka dapat menetap secara lebih permanen. Pola menetap ini mengharuskan mereka untuk mengembangkan berbagai jenis dasar-dasar kebudayaan.
Mereka juga mulai membangun satu sistem politik dan pengorganisasian untuk mengatur pemukimannya. Pengorganisasian ini membuatnya sanggup belajar membuat peralatan rumah tangga dari tanah dan berbagai perlatan lain dengan lebih baik. Mereka mengenal adanya sistem kepercayaan untuk membantu menjelaskan gejala alam yang ada sehubungan dengan pertanian mereka.
Arus pendatang tidak hanya datang dalam sekali saja. Pihak-pihak yang kalah dalam perebutan tanah di daerah asalnya akan mencari tanah-tanah di wilayah lain. Demikian juga, yang menimpa bangsa melayu tua yang sudah mengenal bercocok tanam, berternak, dan menetap. Kembali lagi, daerah subur dengan aliran sungai atau mata air yang menjadi incaran. Namun kedatangan bangsa melayu tua juga memungkinkan terjadinya percampuran darah antara bangsa ini dengan bangsa Melanesia yang telah terlebih dahulu datang di nusantara.
Pada tahun 200-300SM, datanglah orang-orang melayu tua yang telah bercampur dengan bangsa aria di daratan yunan. Mereka disebut orang melayu muda atau deutero melayu dengan kebudayaan perunggunya. Kebudayaan ini lebih tinggi lagi dari kebudayaan batu muda yang telah ada karena telah mengenal logam sebagai alat perkakas hidup dan alat produksi.
Kedatangan bangsa melayu muda mengakibatkan bangsa melayu tua yang tadinya hidup disekitar aliran sungai dan pantai terdesak pula ke pedalaman karena kebudayaannya tidak banyak berubah. Dengan menguasai tanah, bangsa melayu muda dapat berkembang dengan pesat kebudayaannya bahkan menjadi penyumbang terbesar untuk cikal bakal bangsa indonesia sekarang.
Dalam kedatangan-kedatangan tersebut penduduk yang lebih tua menyerap bahasa dan adat para imigran. Jarang terjadi pemusnahan dan pengusiran bahkan tidak ada penggantian penduduk secara besar-besaran. Percampuran-percampuran inilah yang menjadi cikal bakal nusantara yang telah menjadi titik pertemuan dari ras kuning ( mongoloid ) yang bermigrasi ke selatan dari yunan, ras hitam yang di miliki oleh bangsa melanesoid
Keberadaan masyarakat
awal di Kepulauan Indonesia diketahui dan didukung oleh beberapa teori dan
pendapat yang dikemukakan oleh tokoh- tokoh ahli. Teori yang mendukung dikenal
dengan teori IMIGRASI.
Menurut Teori Imigrasi,
terdapat beberapa petunjuk keberadaan masyarakat
awal di Kepulauan
Indonesia
1. Prof. Dr. H. Kern
→Bangsa Indonesia berasal dari Asia. Teori ini didukung oleh perbandingan bahasa, karena bahasa yang
dipakai di Kepulauan Indonesia, Polinesia, Melanesia, Micronesia berawal dari
satu akar bahasa yang bernama bahasa Austronesia.
2. Van Heine Geldern
→Bangsa Indonesia berasal dari daerah Asia. Pendapat ini didukung oleh artefak-artefak (bentuk budaya) yang
ditemukan di Indonesia memiliki banyak persamaan dengan yang ditemukan di
daratan Asia.
3. Prof. Moh Yamin
→Bangsa Indonesia berasal dari daerah Indonesia sendiri. Hal ini dibuktikan dengan penemuan fosil-fosil dan
artefak tertua dengan jumlah terbanyak yang ditemukan di daerah Indonesia.
Pendapat Tokoh-tokoh
tentang Asal-Usul Bangsa Indonesia
- Max Muller
Asal dari bangsa
Indonesia adalah daerah Asia Tenggara.
- Prof. Dr. H. Kern
Bangsa Indonesia berasal
dari daerah Campa, Kochin, Cina, Kamboja. Kern juga menyatakan bahwa nenek
moyang bangsa Indonesia mempergunakan perahu-perahu bercadik menuju Kepulauan
Indonesia. Pendapat Kern didukung adanya persamaan nama dan bahasa.
- Willem Smith
Willem Smith membagi
bangsa-bangsa di Asia atas dasar bahasa yang digunakannya, yaitu bangsa yang
berbahasa Togon, bangsa yang berbahasa Jerman dan bangsa yang berbahasa
Austria. Bahasa Austria dibagi 2 yaitu bangsa yang berbahasa Asia dan bahasa
Austronesia. Bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia mendiami wilayah
Indonesia, Melanesia, dan Polinesia.
- Hogen
Bangsa yang mendiami
daerah pesisir Melayu berasal dari Sumatra. Bangsa ini bercampur dengan bangsa
Mongol yang kemudian disebut bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu. Bangsa
Proto Melayu (Melayu Tua) menyebar di wilayah sekitar Indonesia tahun 3000 SM –
1500 SM. Bangsa Deutro Melayu (Melayu Muda) menyebar di wilayah Indonesia
sekitar tahun 1500 SM – 500 SM.
- Drs. Moh. Ali
Bangsa Indonesia berasal
dari daerah Yunan. Pendapat Moh Ali dipengaruhi pendapat Kern bahwa bangsa
Indonesia berasal dari daerah Mongol dan terdesak oleh bangsa-bangsa yang lebih
kuat; mereka menyebar ke arah selatan sampai ke wilayah Indonesia. Menurut Moh
Ali : nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari hulu-hulu sungai-sungai besar
di Asia dan kedatangannya di Indonesia secara bergelombang.
- Gelombang I 3000 SM – 1500 SM
- Gelombang II 1500 SM – 500 SM
Ciri-ciri Gelombang I
adalah kebudayaan Neolithikum dengan jenis perahu bercadik I. Gelombang II
menggunakan perahu bercadik dua.
- Prof. Dr. Kroom
Asal-usul bangsa
Indonesia dari daerah Cina Tengah, yang terdapat sumber-sumber sungai besar.
Mereka menyebar ke wilayah Indonesia sekitar tahun 2000 SM – 1500 SM.
- Mayundar
Bangsa-bangsa yang
berbahasa Austronesia berasal dari India kemudian menyebar ke Indo-Cina terus
ke daerah Indonesia dan Pasifik.
- Prof. Moh. Yamin
Asal bangsa Indonesia
dari daerah Indonesia sendiri pendapat ini didukung suatu pernyataan tentang
Blood Und Breden Unchro yang artinya darah dan tanah bangsa indonesia berasal
dari Indonesia sendiri. Fosil dan artefak itu lebih banyak dan lebih lengkap
ditemukan di wilayah Indonesia dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya di
Asia. Misalnya dengan penemuan manusia purba sejenis Homo soloensis, Homo
wajakensis.
- Brandes
Meneliti dengan
perbandingan bahasa. Bangsa yang bermukim di Kepulauan Indonesia memiliki
banyak persamaan dengan bangsa-bangsa pada daerah-daerah yang membentang dari
sebelah utara Pulau Formosa, sebelah barat daerah Madagaskar, sebelah selatan
yaitu tanah Jawa, Bali, sebelah timur sampai ke tepi pantai barat Amerika
(terdesak oleh alam).
Berdasarkan penggunaan
bahasa yang dipakai di berbagai kepulauan Kern berkesimpulan bangsa Indonesia
berasal dari satu daerah dan menggunakan bahasa yang sama, yaitu bahasa Campa
dan agak ke utara yaitu daerah Lonkin.
Namun, sebelum bangsa
Indonesia tiba di daerah Kepulauan Indonesia, sudah ditempati bangsa berkulit
hitam dan berambut keriting. Bangsa tersebut hingga sekarang menempati
daerah-daerah Indonesia timur dan daerah- daerah Australia.
Opmerkings
Plaas 'n opmerking